Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Memangnya Kalau Artis Jadi Caleg?

27 Januari 2014   23:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(photo: tabloidbintang.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="(photo: tabloidbintang.com)"][/caption] Kalau tulisan lain membahas (atau lebih tepat membredel) betapa artis atau selebritis kurang pantas menjadi Caleg. Artikel sederhana ini ingin sedikit melihat fenomena Caleg dari selebritis ini pada sisi netral. Pada sisi yang bukan mendeskreditkan artis. Pada sisi yang cuma selentingan fikir orang awam. Bukan orang-orang yang terlalu memojokkan artis atau selebritis yang menjadi Caleg. Toh mereka pada umumnya manusia. Sama seperti saya, Anda dan kita semua. Ada keinginan yang ingin dicapai di masa depan. Terlepas dari luwes dan licinnya para oknum Parpol melobi artis atau selebritis untuk menjadi Caleg mereka. Seperti Angel Lelga, Jane Shalimar, Anang atau Destiara Talita pun banyak disindir nyinyir dan dicibir tanpa ampun di dunia maya. Memandang sebelah mata. Meragukan kemampuan mereka dalam menjadi penyambung lidah rakyat. Atau gagal mewakili konstituennya. Dan ini merupakan syak wasangka pada umumnya. Adalah hak artis atau selebritis untuk dipilih. Benar atau tidaknya janji saat kampanye, bisa dilihat ke depan. Bisa dibuktikan saat mereka duduk sebagai wakil rakyat. Apalah daya kita manusia biasa yan tidak mampu melihat masa depan. Tidak bisa melihat prestasi atau capaian Caleg artis di masa depan. Kalau belum diuji atau teruji di DPRD/DPR/MPR nanti, kadang kita sudah dengan segera mendeskreditkan mereka. Tidakkah menjadi Caleg adalah sebuah pengalaman berarti dalam hidup artis atau selebritis. Entah berakhir pahit atau manis, menjadi Caleg adalah pengalaman hidup yang bermakna. Sebuah fase dimana diri mereka ditempa cibiran. Sebuah masa dimana tempat, orang, dan suasana yang baru buat mereka. Orang-orang politik dengan suasana hangat menjelang Pemilu 2014, adalah suatu yang berbeda, bahkan berkesan. Pernah dalam hidup kita, dimana kita menginjakkan kaki ke suatu tempat atau suasana baru. Menjadi sebuah momen yang tidak terlupakan. Begitupun dengan Caleg artis atau selebritis ini. Suasana dan tempat asing yang mereka blusuk-i adalah momen yang bisa mereka ceritakan ke anak cucu mereka. Walau gagal menjadi Anggota Legislatif. Setidaknya mereka bisa dengan nyata dan jujur betapa (kotornya?) dunia politik Parpol dan pemerintahan sesungguhnya. [caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="(photo: consciousnessondemand.blogspot.com)"]

(photo: consciousnessondemand.blogspot.com)
(photo: consciousnessondemand.blogspot.com)
[/caption] Sedang saya masih disini, melihat para Caleg selebritis ini 'bertarung' merengkuh suara. Saya hanya bisa melihat lalu-lalang artis atau selebritis yang menjadi Caleg di televisi atau baliho. Pengalaman politik saya nyatanya nol besar. Berbicara menyoal (atau setidaknya berkesan) politik pun saya hanya bisa beropini lewat berita dan media. Tanpa dengan pasti, melihat dan menyentuh tanah politik diluar sana. Para Caleg artis dan selebritis ini pun sejatinya belajar beretorika. Belajar memahami cara melobi dan membujuk untuk mendapat suara. Walau dengan cara apapun. Setidaknya nama dan wajah mereka yang sering muncul di televisi, bisa menjadi starter-pack merengkuh hati pemilih. Di panggung kampanye mereka pun bersilat lidah memutar fikir menebar janji manis. Ya mereka pun bisa. Saya belum tentu bisa. Lagi, pengalaman di panggung kampanye adalah momen berharga buat mereka. Dengan gegap hati dan gempita janji, mereka merayu hati para pemilih. Seperti berdagang, mereka menawarkan janji mereka jika nanti terpilih. Ya janji mereka para Caleg artis atau selebritis. Saat pembuktian janji di DPRD/DPR/MPR nanti, toh semuanya akan tergantung dari birokrasi dan lobi-lobi para petinggi nanti. Dan Caleg artis atau selebritis ini jika terpilih menjadi Anggota Legislatif nanti, merasakan dengan panca indra mereka, dunia politik pemerintahan sesungguhnya. Sedang saya, masih disini memandangi dan membaca berita politik. Cuma dengan referensi berita sana sini, menulis apa yang kiranya nyata di dunia politik pemerintahan disana. Mengira dan menduga. Sedang mereka disana merasa dan melakukannya. Politik. Dan sebagai orang awam, saya cuma berpesan pada Caleg artis atau selebritis semoga sukses. Semoga  semua biaya dan upaya terbalas dengan Anda dijadikan Anggota Legislatif. Dan yang saya ingin, jujur kalian menjadi politisi saja. Tidak lagi terjun kembali ke dunia showbiz. Seperti Nurul Arifin atau Rieke (Oneng) Diah Pitaloka yang sudah sreg dengan profesi mereka saat ini. Tahu betul apa yang mereka lakukan. Mewakili suara konstituen bukanlah sebuah permainan. Bukan pula sebuah monopoli pendongkrak suara demi kursi. Janji bukan sekadar omong belaka. Ia adalah pertautan antar pemahaman hati dan perbuatan. Suara konstituen adalah motor. Dan kalian adalah nahkodanya. Mau dibawa kemana para pendukung kalian, adalah kewajiban kalian. Hak para pemilih kalian adalah janji kampanye. Salam, Solo, 27 Januari 2014 11:29 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun