Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Google Deepdream, Surrealisme ala Artificial Intelligence

8 Juli 2015   09:28 Diperbarui: 8 Juli 2015   09:28 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(Knight by Michael Tyka)"][/caption]

Bagaimana jika Google memiliki sebuah mesin yang bisa 'menerka' wajah Anda? Seperti sebuah keping puzzle, foto yang Anda unggah bisa ditebak oleh sebuah 'robot hidup' buatan Google. Artificial Intelligence (AI) ini sedang dikembangkan Google dengan codename Deepdream. Bukan seperti mesin face-detector biasa, Deepdream akan lebih 'manusia'. Dimana sistemnya akan 'menyerupai' sistem neural. Dengan pengkodean yang rumit, mesin ini akan mampu mendistorsi gambar untuk dikenali. Karena masih dalam tahap pengembangan, foto yang dikenali pun bisa dibilang 'mengerikan'.

[caption caption="(Red Tree by Michael Tyka, sebelum Deepdream)"]

[/caption]

[caption caption="(Red Tree by Michael Tyka, setelah Deepdream)"]

[/caption]

Dengan mengenali sebuah image, baik foto manusia atau benda, alam bahkan video, Deepdream menginterpretasinya dengan kode. Kode ini lalu diulang dengan pola yang sudah mesin ini punyai. Sehingga muncullah interpretasi gambar Deepdrem yang bisa disebut 'menakutkan' sekaligus surrelias. Pada satu sisi, sistem neural untuk menginterpretasi gambar cukup rumit. Pada sisi lain, depiksi gambar yang terbaca menjadi surrealis. Coba perhatikan beberapa depiksi gambar asli dengan interpretasi Deepdream.

[caption caption="(Children by John Mendoca setelah Deepdream)"]

[/caption]

Cara kerja Deepdream ini, seperti diurai seorang engineer Google Mordvinsev, cukup rumit. Dengan melatih parameter network neuron AI, mesin ini dilatih dengan jutaan gambar. Network neural yang terdiri dari 10-30 lapisan neuron artificial ini lalu 'berbicara' dengan masing-masing lapisan, sampai lapisan output didapat. Lapisan pertama akan mengenali sudut atau lipatan. Lapisan kedua akan mengenali bentuk utuh seperti pintu atau daun. Sehingga lapisan akhir akan keluar interpretasi utuh. Neuron yang ada akan terkativasi lebih dalam  jika mengenali gambar yang lebih rumit seperti gedung atau pepohonan.

[caption caption="(Iterative Low-Level Feature by Michael Tyka)"]

[/caption]

Hasil dari kebanyakan interpretasi Deepdream lebih menyerupai binatang. Karena network neural ini meang dilatih dengan banyak gambar binatang. Sehingga, wajar jika banyak gambar output yang mirip binatang. Menariknya, karena data yang tersimpan menjadi sangat abstrak, semua hasil yang ada merupak campuran dari semua itu. Oleh sebab itu, mesin ini pun memungkinkan para seniman berkreasi. Mesin ini menjadi media mencampur konsep visual dengan dasar network neural, tambah Mordinsev dalam blogpost-nya.

Referensi:

Micheal Tyka Gallery | Google Research Blog | dangerousmind.net | telegraph.co.uk

Salam,

Solo, 08 Juli 2015

09:29 am

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun