Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bercakaplah dengan Teman, di Dunia Nyata (SDMS 15/30)

7 April 2023   00:20 Diperbarui: 9 April 2023   21:42 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Friendship oleh Helena Lopes/pexels.com

Pertemanan juga membentuk pengalaman dan persepsi pada dunia. Sejarah telah menulis pertemanan dalam epos, legenda, cerita rakyat, dsb. Dalam cerita-cerita ini pertemenan membantu seseorang dalam hidup. Sampai diri sendiri juga merasakan naik dan turun, dan manfaat pertemanan.

Medium menjalin pertemenan pun telah dikembangkan. Mulai dari surat, radio, sampai perangkat komunikasi digital seperti komputer dengan internet. Komunikasi yang tercipta mendukung pertemanan penggunanya. Sosial media yang hadir sebagai bagian dari internet, mengamplifikasi cara berteman.

Bahkan cikal bakal medsos mengambil istilah Friendster. Aplikasi chat seperti Mig33 atau BBM juga mendorong pertemanan semakin personal. Path dan Google+ sempat hadir menawarkan fitur photo sharing dan circle. 

Namun, medsos yang masih eksis seperti Facebook, Instagram, Twitter, TikTok kini tersirat menjadi platform pertemanan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa user yang menghabiskan lebih banyak waktu di medsos sebenarnya lebih kesepian. Studi Twenge menemukan dampak pelik medsos pada remaja. Mereka yang menghabiskan lebih sedikit waktu bergaul dengan teman, ternyata berinteraksi lebih lama di medsos.

Walau sejatinya persahabatan yang baik sangat penting untuk kesehatan diri. Persahabatan berkorelasi erat dengan kesehatan yang lebih baik, terutama seiring bertambahnya usia. 

Fakta lain dari sebuah studi cross-sectional terhadap lebih dari 270.000 orang dewasa mendapati menjalin persahabatan bisa menghindarkan penyakit kronis.

Berkumpul dan berbicaralah kembali dengan teman. Aktivitas ini dapat menjalin pertemanan yang baik. Namun, terkadang media sosial bisa mengganggu konsentrasi dan kualitas percakapan. 

Oleh karena itu, berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk berbicara dengan teman tanpa distraksi medsos:

  • 1. Matikan notifikasi medsos saat sedang mengobrol dengan teman.
    Hal ini akan mengurangi godaan untuk melihat atau mengecek notifikasi yang masuk dari media sosial. Cara ekstrim, setel ponsel pintar ke mode pesawat agar tidak terganggu oleh notifikasi atau panggilan telepon atau video call. 
  • 2. Simpan ponsel di tempat yang tidak mudah dijangkau atau dilihat saat sedang mengobrol.
    Misalnya, letakkan ponsel pintar di dalam tas atau di laci meja. Dengan begitu, akan jauh godaan untuk mengambil atau melihat ponsel pintar saat sedang berbicara dengan teman.
  • 3. Fokuskan perhatian pada teman yang sedang mengobrol.
    Dengarkan apa yang teman katakan dengan baik dan tunjukkan rasa tertarik dan empati. Aktivitas seperti mengangguk-angguk, tersenyum, atau memberikan tanggapan sesekali menunjukkan bahwa obrolan didengarkan.
  • 4. Hindari membahas topik yang berkaitan dengan medsos saat sedang mengobrol dengan teman.
    Misalnya, hindari membahas tentang postingan viral, selebgram, atau kontroversi yang terjadi di medsos. Hal ini akan membuat percakapan lebih bermakna dan mendalam bersama teman.

Bertemu teman secara tatap muka jelas memberikan kesan berbeda bila via medsos. Manfaatkan dengan baik waktu ini. Dan mengobrol dengan teman juga menjadi salah satu detoks dari medsos. Temui teman lama yang sudah lama tidak bertemu juga menjadi cara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun