Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Digital Presence

15 Februari 2023   00:42 Diperbarui: 15 Februari 2023   00:44 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mask oleh Helena Jankoviov Kovov (pexels.com)

Media sosial sebagai panggung atau portfolio bebas kita pilih. Saat seorang pengguna memakai topeng figur yang diinginkan. Atau sebaik mungkin menampilkan prestasi dan reputasi diri. Di medsos, digital presence menjadi pondasi utama user. Memilih foto profile, membuat bio, atau menampilkan title/afiliasi, menjadi atribusi digital presence.

Digital presence atau kehadiran secara digital mengkonversi manusia dalam bentuk byte digital atau virtual. Ada banyak keterbatasan, tapi juga tumbuh kelebihan. Minim interaksi empat mata, gesture, dan intonasi jadi kendala. Tapi anonimitas dan euforis menjadi keuntungannya.

Tanpa disadari juga, medsos mengharuskan kita memenuhi beberapa syarat. Beberapa syarat ini menjadi karakteristik digital presence. Ada 4 karakteristik yaitu, berperspektif ke dalam, berhakikat narasi, dapat digubah, dan dapat dimultiplikasi.

Berperspektif ke dalam diri. Berorientasi ke dalam berarti medsos menampilkan kondisi internal seseorang. Pengguna di medsos umumnya menampilkan pikiran, perasaan, dan kepribadian. Walau ada juga yang berfokus pada keadaan eksternal user, seperti tinggi, berat, dan penampilan. 

Namun tetap, saat user berinteraksi dengan user lain secara virtual, ia akan berupaya menampilkan gambaran paling sempurna. Entah itu dalam hal fisik, atau juga dalam pemikiran luar biasa. Dunia digital memampukan potongan atau fragmen diri untuk memupuk jejak digital dirinya sendiri.

Ada dua motif untuk fenomena di atas ini. Pertama, user senang dengan mode digital dimana mereka berbicara dengan user lain di medsos secara anonim. Kedua, users mampu menyamarkan identitas offline di dunia digital. User menganggap mereka dapat menyesuaikan gagasan dengan user lain tanpa perlu melanggar privasi.

Memiliki hakikat narasi. Di medsos interaksi dengan user lain yang belum pernah ditemui secara langsung sering terjadi. User tersebut tentu perlu sedikit deskripsi diri atau akun yang dimiliki. Hal ini karena dalam komunikasi online yang berbasis teks, user tidak menjadi siapa-siapa sampai ia mengetik di keyboard. 

Deskripsi diri, atau bio membuat user lain mampu mengenali, walau sekilas. Sampai pada waktunya, user akan memberi tahu tentang dirinya di dunia nyata. Prosedur menceritakan narasi diri kepada user lain saat ini mulai inovatif. Dari mulai postingan permanen, dalam 24 jam, atau menggunakan filter atau avatar.

Saat sesi perkenalan di medsos user membutuhkan hal berbeda. Dalam kolom komentar, deskripsi diri user dimulai dengan pilihan  foto profil atau nama akun. Dengan kedua atribusi ini menjadikan ciri khas yang bisa diklaim dan diingat. Serupa dengan mendandani diri dengan kosmetik di dunia nyata, foto dan nama profil ditujukan untuk memberikan impresi.

Dapat digubah. Berbeda dengan representasi diri di dunia nyata. Dunia digital, user mudah saja mengubah bahkan menghapus identitas. Bentuk diri virtual yang dibangun secara online tidak berbeda dari bentuk fisik. Walau, kondisi digital di medsos dengan anonimitasnya  memungkinkan user memilih tidak teridentifikasi. 

User berhak untuk dapat menghindar dari sesuatu konsekuensi yang tidak diinginkan. User dengan mudah dapat membangun diri/akun baru. Ketika email masih gratis dibuat, fenomena ini terbukti menjadi siklus berulang. Sehingga user dengan niat negatif, dapat  menciptakan lebih dari satu variasi diri mereka di medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun