Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Demi FYP Saya Rela . . .

7 Januari 2023   16:38 Diperbarui: 9 Januari 2023   19:00 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dance oleh Rodnae Production (pexels.com)

Kontenisasi menjadi sebuah terma baru di dunia digital. Konten, baik teks, video, atau audio, mudah diciptakan dan dibagikan. Via perangkat digital sesederhana smartphone, ide dan objek konten ada dimana-mana. Pegang HP, klik photo atau tekan record. Bubuhi caption, pakai filter, lalu otw share.

Konten pun kian variatif, out of the box, dan sangat tersegmentasi. Dari satu isu atau tragedi, bisa diteropong dengan berbagai jenis persepsi, ranah ilmu, sampai karakteristik influencer. 

Kontroversi konten yang tercipta pun jadi sekadar wacana publik. Kini nyaris tidak ada istilah konten jelek. Yang kini dipahami cuma, saya atau kamu bukan target segmentasi konten.

Mencari sensasi dapat FYP, trending, atau istilah untuk viral sering menjadi fokus. Bagi influencer, jadi viral berarti lebih banyak eksposur, yang juga berarti potensi endorsement atau monetisasi. 

Bagi orang awam, mendapat FYP berarti menjadi terkenal, banyak like, tambah followers. Bisa juga terbersit ingin untuk menjadi influencer. Dan siklus influencer berulang.

Baik sengaja viral atau tidak sengaja, godaan mendapatkan uang dari medsos cukup menggiurkan. Karena ketika sudah viral secara positif, maka pertumbuhan citra biasanya ikut baik. Bagi yang tidak memanfaatkan momentum ini dengan baik, mungkin dianggap merugi bagi orang lain.

Jika bisa berandai-andai, maka demi FYP saya rela...

Merencanakan blue print konten saya ke depan. 

Apakah konten saya dimulai dengan sesuatu hal yang sederhana lalu menjadi kompleks. Atau secara harian, mingguan, atau bulanan konten saya menerangkan hal-hal yang saya ketahui dan kuasai. Hal-hal berikut juga patut saya pikirkan dan mitigasi. 

Apa konsekuensi jika saya tidak mengunggah secara berkala? Jika konten saya secara tidak sengaja menyinggung seseorang atau kelompok, apa yang saya segera lakukan? Apa saja yang diperlukan jika ada pihak yang mau bekerjasama, endorse, atau menampilkan konten saya di platform lain?

Memikirkan dengan sangat ciri khas konten saya. 

Konten sebaiknya memiliki ciri khas atau karakter. Konten juga bisa memiliki niche atau ceruk tersendiri. Dengan karakter atau niche konten, aspirasi, produksi, dan publikasi konten bisa lebih terjaga. Karena konten atau produksinya saya kuasai dengan baik.

Bisa jadi kekhasan konten ini nampak pola dan jenisnya seiring saya memposting konten. Walaupun mungkin membutuhkan konsistensi dan daya analisis personal. Karena jika sekadar sering posting dan variasinya sangat kompleks, mengkurasi, dan membuat ciri spesifik konten pribadi akan cukup sulit.

Mengkomunikasikan ide dan gagasan dengan baik. 

Komunikasi tetap menjadi kunci konten sukses. Baik komunikasi atau interaksi dengan audiens, maupun dengan tim konten. Walau mungkin, konten yang diunggah berkala bisa dilakukan sendiri. Namun jika sudah cukup besar dan mendapat eksposur luar biasa, tim juga dibutuhkan.

Mengelola tim dengan berbagai ide tentu tidak mudah. Menjadikan satu tim sefrekuensi dengan visi dan misi produksi konten saya, mungkin akan sulit. Tetapi bukan tidak mungkin. Memilih dan mendekatkan secara personal dan profesional dengan anggota tim sebaiknya dijadikan potensi, bukan tantangan.

Menerima kritikan, bahkan julidan. 

Saya sadar dan sering melihat konten baik pun bisa dipelintir netizen yang multi-perspektif. Apa yang harus saya mitigasikan dengan detail jika hal ini terjadi. Memblokir atau melaporkan fans atau followers yang julid bukan pilihan prioritas. Bisa jadi malah menjadi boomerang di kemudian hari.

Baper atau kebawa pikiran tentu tidak bisa dihindari. Namun sejauh mana saya bisa meluangkan sejenak waktu dan strategi mengurangi efeknya, juga perlu dipikirkan. Daripada dipikirkan sendiri, saya perlu lagi mengkomunikasikannya dengan audiens saya. Tim pun bisa dibagi bebannya dan dicarikan solusi bersama.

Jadi demi FYP, yang bisa mendatangkan kebaikan untuk saya, 4 aktivitas di atas baiknya saya lakukan. Karena menjadi terkenal bisa dilakukan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Namun memberikan pengalaman, ilmu, kebahagiaan, dan inspirasi tidak semua bisa dilakukan. 

Jangan cuma untuk legitimasi medsos, kita gadaikan kebahagiaan kita.

Salam,

Wonogiri, 07 Januari 2023

04:38 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun