Kita sudah beberapa minggu di rumah dan jenuh mulai menghinggapi. Bagi banyak keluarga yang bapak atau ibu bekerja, work from home bisa jadi menjemukan. Anak-anak yang biasanya bermain dan bersama sepanjang hari selama weekend. Semasa WFH, kini hampir setiap hari.
Kegiatan yang dilakukan dan terinspirasi sosmed sudah hampir semua dilakukan. Mulai dari membuat Dalgona Coffee hingga berlatih planking bersama sekeluarga. Tak jarang, aktivitas baru ini berlangsung hanya beberapa hari.Â
Kebosanan akan kegiatan monoton mulai terasa bukan. Namun, banyak yang mungkin terlupakan dalam aktivitas keluarga adalah membaca dan memasak. Bagaimana jika kedua aktivitas ini dilakukan bersama, membaca buku sembari memasak bersama?
Yes. buku Manis Asam Pedasnya Indonesia ini bisa menjadi inspirasi kegiatan bonding keluarga. Buku resep karya Sora Algamar ini selain sudah pernah dibuat sendiri oleh Sora. Semua resep masakan Indonesia yang ada pun mudah dan murah untuk diolah.Â
Mengapa memasak? Lalu mengapa juga seorang anak diminta untuk memasak? Apalagi jika itu anak laki-laki?
FYI saja, Sora adalah seorang anak laki-laki usia yang duduk di bangku kelas 6 SD. Jadi, tidak salah seorang anak laki-laki juga belajar memasak bukan.
Mungkin beberapa pertanyaan di atas muncul seketika dalam pikiran kita semua. Dan akan saya coba jawab. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa seorang anak harus kita ajarkan memasak. Dalam hal ini tanpa memandang gender, yaitu:
Pertama, memasak adalah skill survival dasar.
Memasak adalah aktivitas bertahan hidup nenek moyang kita seusai menemukan api. Dengan memasak, bahan makanan lebih aman dimakan, serta mudah dan lezat untuk diolah dan dikonsumsi. Â
Bayangkan kita tidak pulang beberapa hari dan anak di rumah saja. Uang jajan pun sudah habis. Memasak sendiri menjadi jawaban. Di spektrum ekstrim lain, kondisi bencana alam, misalnya. Bukankah anak akan lebih bisa survive jika bisa memasak.
Semodern apapun sebuah keluarga, memasak sudah lama dan bisa jadi diwariskan dari kakek nenek atau leluhurnya dulu. Beberapa keluarga pun memiliki masakan spesial. Di sinilah bonding atau keterikatan kita dengan anak bisa kembali kuat.
Jika saat kita sibuk bekerja atau beraktivitas lain jarang memasak bersama. Dengan aktivitas baru ini, memasak resep dari buku Sora, misalnya, bukan tak mungkin bisa menguatkan kembali kebersamaan dan kehangatan keluarga.
Ketiga, memasak menjadi bentuk kebanggaan orangtua.
Orangtua mana yang tidak senang anaknya bisa memasak. Atau mungkin mewariskan sebuah masakan spesial dari nenek/kakek dalam keluarga besarnya. Banyak restoran keluarga yang setidaknya bertahan dari generasi ke generasi bukan?
Namun, alangkah lebih baik memasak juga menjadi pendidikan soft-skill untuk anak dari orangtua. Suatu hal yang bisa jadi dibanggakan di masa depan.
Nah, ketiga alasan ini saya simpulkan dari kegigihan Sora. Di mana kebanyakan anak cowok mungkin memilih bermain bola atau gim. Ia malah sibuk mencatat dan mempraktekkan beragam resep masakan. Kedua orangtua Sora mendukung hobi anaknya ini.Â
Sebagai bentuk apresiasi orangtua Sora. Maka dibuatlah buku Manis Asam Pedasnya Indonesia ini. Selain itu, juga menjadi jejak prestasi Sora di masa depan. Bukan tidak mungkin dari buku resep pertama yang diterbitkan ini akan ada lagi buku resep masakan yang dibuat oleh Sora.
Jadi, memasak bersama anak bisa kita mulai dari sekarang. Â Aktivitas yang sudah barang tentu eksploratif dan merekatkan bonding kita dengan anak.
Salam,
Wonogiri, 12 April 2020
10:46 pm