Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

2020, Tahun yang Murung Bagi Teknologi

10 Januari 2020   09:22 Diperbarui: 10 Januari 2020   11:25 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Macbook oleh free-photos - Foto: pixabay.com

Peneliti dari Princeton menemukan hal mengejutkan dari ekses disinformasi pada Pemilu. Sejak 2014, ada setidaknya 24 negara Pemilunya diinterfensi pihak asing. Juga ada 40 negara mengeksploitasi pemilih melalui interfensi domestik. Baik dilakukan pemerintah sendiri atau organisasi lokal.

Di Indonesia, hoaks seolah menjadi menu sehari-hari informasi. Melalui grup WhatsApp, beragam hoaks muncul. Mulai dari hoaks seputar obat dan makanan. Sampai hoaks terkait bencana yang tidak hanya merugikan namun membahayakan nyawa. 

Sayangnya, dengan minimnya literasi media dan digital, banyak yang termakan hoaks. Bahkan banyak juga yang sampai dipenjara. Masih hangat ingatan kita pada hoaks yang disebar Ratna Sarumpaet. Atau 3 orang ibu di Karawang yang percaya mapel Agama akan dihapus dan akhirnya ditangkap polisi.

Selalu ada 2 sisi dalam setiap entitas kehidupan. Bahkan untuk teknologi yang kita anggap membwa kemanfaatan.

Socrates sendiri menentang ilmu filsafat dituliskan ke dalam catatan. Karena menganggap tulisan melemahkan daya pikir dan mengingat kita. Gutenberg pun menyesal saat ia menciptakan pencetakan buku dan koran di abad ke 14. Publik dibanjiri buku stensil porno, koran gosip murahan, sampai buku terlarang.

Begitupun dengan teknologi informasi yang kini kita punyai. Di awal tahun 90-an, internet begitu cerah dengan nuansa optimis. Bahwa dengan interkoneksi, umat manusia akan berkolaborasi menuju kebaikan bersama.

Namun, dalam hiper-konektivitas kini kita temui ekses negatif. Sebuah sisi teknologi yang mungkin tidak begitu dipikirkan dulu. Namun kini menjadi isu yang jika dibiarkan akan memenuhi internet dengan nuansa pesimis. 

Salam,

Jakarta Selatan, 10 Januari 2020

09:15 am

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun