Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bagaimana Rasanya Sakit Flu di Masa Depan?

20 Februari 2019   13:10 Diperbarui: 20 Februari 2019   13:53 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Technology oleh Lorenzo Cafaro - Foto: pexels.com

Di suatu pagi, di tahun 3201.

Notifikasi email mengabarkan sebuah berita kesehatan. Beberapa orang di daerah saya mengalami sakit flu atau influenza. Algoritma kesehatan (IO) segera bekerja agar saya tidak terjangkit sakit flu.

Segera IO mengkalkulasi data genetika keluarga saya. Data kesehatan digital keluarga saya yang diunggah seratus tahun menjadi basis. IO memperkirakan kalau pada bulan yang sama paman saya di tahun 2021 mengalami influenza. Dan 10 tahun sebelumnya, ayah saya pernah sakit flu juga. Namun probabilitas sakit flu pada bulan lain pada keluarga anggota lain cukup kecil. 

IO segera memperkirakan bagaimana data ribuan orang di sekitar saya. Apakah frekuensi dan jumlah yang terkena penyakit flu cukup banyak dan sering 20 tahun ke belakang? Riwayat kesehatan publik yang direpositori selama ratusan tahun oleh pemerintah segera dikalkulasi. 

Walau saya berpotensi terkena penyakit flu dari orang sekitar. Namun kecenderungan kecil akibat stamina dan daya tahan tubuh saya masih bagus. Setidaknya selama 1 sampai 2 bulan ke belakang. Flu jarang menjangkiti orang yang badannya termasuk fit. 

Dari fitness tracker pribadi, di dapat data biometrik saya yang cukup. Dari mulai tekanan darah, detak jantung, luaran kalori, pola tidur dan makan, sampai tingkat stress sudah terukur baik. Namun, penyakit sepeti flu menurut IO juga diperhitungkan faktor eksternal.

Kemungkinan saya akan mengalami flu pun belum sepenuh bisa divalidasi. IO segera memperhitungkan kondisi cuaca 1 minggu ke belakang. Dan memprediksi cuaca 1 bulan ke depan. Dari kumpulan data meterologis 100 tahun lalu. Bulan ini dan 2 bulan ke depan intensitas hujan cukup besar.

Cuaca yang cenderung fluktuatif selama 1 minggu dari sekarang, disilangkan dengan data pengidap flu 20 tahun ke belakang. Kalkulasi cuaca dan pengidap flu 20 tahun ke belakang di hari dan bulan yang sama menyebut hasil, 50% saya tetap terkena flu.

50% potensi saya terkena flu kembali ditelusur IO via diet makan. Orang yang terkena flu akan ditelusur dietnya. Dari basis data kesehatan publik, distribusi makanan, dan data konsumen. Ditemukan bahwa orang yang rawan terkena flu tidak memakan sayur dan buah bervitamin C.

Maka distribusi dan pengolahan sayuran dan buah-buahan bervitamin C tinggi ditelusur IO. Buah-buahan seperti jeruk banyak datang dari daerah dataran tinggi dan bukan buah ekspor. Maka data penjualan buah segera IO selidiki. Dimanakan buah dan sayuran lokal bisa didapat atau dipesan.

IO pun segera memberikan notifikasi pada smart-fridge di rumah saya. Ketika saya membuka kulkas dan akan mengambil es krim. IO akan mengingatkan dengan suara asli. Bahwa saya harus makan buah dan sayur bervitamin C agar tidak terkena flu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun