Mohon tunggu...
gintanghaisani
gintanghaisani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang tertarik dengan bidang jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Nature

Di Balik Tren Kekinian: Jejak Fast Fashion Pada Lingkungan

5 Oktober 2025   13:11 Diperbarui: 5 Oktober 2025   13:11 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Fenomena Fast Fashion

Industri fashion saat ini menjadi salah satu sektor yang berkembang sangat pesat. Munculnya fenomena fast fashion telah mengubah pola konsumsi pakaian banyak masyarakat. Model bisnis yang menekankan produksi cepat dan tren yang berganti dengan cepat telah menciptakan budaya konsumtif di kalangan masyarakat. Hal ini membuat masyarakat, khususnya generasi muda, semakin terdorong untuk membeli pakaian dengan gaya terbaru agar selalu tampil kekinian. 

Kehadiran merek-merek global seperti H&M, Zara, dan Shein, ditambah dengan maraknya tren belanja online, menyebabkan siklus produksi dan konsumsi pakaian bergerak semakin cepat. Popularitas fast fashion sendiri tidak terlepas dari kelebihannya yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan konsumen modern secara praktis. Konsep ready-to-wear yang menjadi dasar fast fashion menjadikan pakaian lebih praktis dan langsung bisa digunakan tanpa perlu penyesuaian khusus. Produk ready-to-wear ini juga mudah didapatkan serta diproduksi dalam skala besar, sehingga memungkinkan hadirnya berbagai koleksi baru yang terus mengalir ke pasar. Kondisi ini otomatis mendorong produksi yang masif serta penjualan dengan cepat kepada masyarakat yang terobsesi dengan tren terbaru.

Dampak Lingkungan yang Terabaikan

Di balik popularitas dan keuntungan ekonominya, industri fast fashion menyimpan berbagai permasalahan serius terhadap lingkungan. Model bisnis ini telah mendorong krisis lingkungan, menjadikannya salah satu sektor paling polutif di dunia.

Konsumsi Air yang Besar

Proses produksi tekstil membutuhkan penggunaan sumber daya alam dalam skala besar, terutama air. Produksi tekstil, khususnya kapas, membutuhkan jumlah air yang sangat besar dalam proses produksinya. Menurut data dari PDAM, hanya untuk memproduksi satu kaos katun dibutuhkan sekitar 2.700 liter air. Jumlah ini jelas memberikan tekanan besar terhadap ketersediaan sumber daya air dan mengancam keberlangsungan ekosistem perairan.

Limbah Kimia Berbahaya

Selain konsumsi air, proses produksi dan pewarnaan tekstil juga menghasilkan limbah kimia yang berbahaya. Di tahap pewarnaan kain, limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti pewarna sintetis dan logam berat kerap langsung dibuang ke sungai-sungai terdekat tanpa pengolahan yang memadai. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan turunnya kualitas air dan merusak ekosistem. Air sungai yang terkontaminasi tidak hanya membahayakan organisme perairan, tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia yang memanfaatkan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

Penyebaran Mikroplastik

Fast fashion juga menimbulkan dampak buruk melalui pencemaran mikroplastik yang berasal dari serat sintetis. Banyak dari pakaian modern diproduksi menggunakan bahan polyester, nylon, atau akrilik yang merupakan turunan plastik. Setiap kali dicuci, pakaian berbahan serat sintetis seperti poliester ini akan melepaskan mikroplastik ke lingkungan, yang kemudian mengalir ke saluran air dan membahayakan kesehatan manusia. Pada akhirnya, mikroplastik ini kemudian berakhir di laut, mencemari ekosistem perairan, dan masuk ke rantai makanan melalui ikan dan biota laut lainnya. Dampaknya bukan hanya pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan manusia, karena mikroplastik berpotensi masuk ke tubuh melalui konsumsi hewan laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun