Mohon tunggu...
Ginna Megawati
Ginna Megawati Mohon Tunggu... Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Ilmu Gizi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Personalized Nutrition, Masa Depan Pola Makan Yang Lebih Sehat?

14 Februari 2025   11:22 Diperbarui: 14 Februari 2025   11:22 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sejak tahun 1980, Dietary Guidelines for Americans (DGAs) telah menjadi panduan utama bagi rekomendasi nutrisi di Amerika Serikat, terutama bagi orang sehat. Tetapi tentu saja panduan ini dirancang untuk populasi umum, bukan untuk kebutuhan spesifik setiap individu. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pendekatan nutrisi yang bersifat personal bisa memberikan hasil yang jauh lebih baik dalam membentuk kebiasaan makan dan meningkatkan kesehatan kita dibandingkan dengan panduan secara umum.

Pada tahun 2017, American Society for Nutrition menegaskan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana perbedaan individu bisa berperan dalam membentuk strategi pengaturan nutrisi yang lebih efektif. Seperti kita ketahui, setiap orang punya gaya hidup, kebiasaan makan, lingkungan sosial, hingga faktor genetik yang unik. Karenanya, pendekatan yang sama belum tentu cocok untuk semua orang.

Konsep pengaturan nutrisi yang dipersonalisasi ini didefinisikan oleh International Life Sciences Institute Amerika Utara pada tahun 2018 sebagai pendekatan gizi yang didasarkan pada informasi spesifik individu yang didapatkan dengan bukti ilmiah yang kuat. Konsep ini bertujuan untuk membantu seseorang mengubah kebiasaan makan mereka dan memperoleh manfaat kesehatan yang nyata.

Jadi, apa saja yang jadi komponen utama dari konsep personalized nutrition ini?

Pertama, data spesifik individu menjadi kunci. Ini mencakup segala sesuatu yang lebih mendetail dari sekadar rekomendasi umum, seperti kebiasaan makan, faktor sosial, riwayat kesehatan, bahkan genetik dan biomarker darah. Dengan informasi ini, rekomendasi nutrisi bisa lebih sesuai dengan kebutuhan pribadi seseorang.

Kedua, pendekatan ini harus berbasis sains. Artinya, data yang dikumpulkan serta metode analisis yang digunakan harus sesuai standar ilmiah, diterima para ahli, dan bisa diuji ulang dengan hasil yang konsisten. Dengan begitu, rekomendasi yang diberikan bisa dipercaya dan efektif.

Ketiga, yang tak kalah penting adalah bagaimana cara seseorang mempertahankan kebiasaan sehat dalam jangka panjang. Personalisasi nutrisi bukan cuma soal memilih makanan sehat, tapi juga membangun gaya hidup yang bisa diikuti dalam waktu lama agar manfaatnya benar-benar terasa.

Keempat, manfaat kesehatan yang diperoleh harus bisa diukur. Ini bisa dilihat dari berbagai indikator, seperti kadar vitamin dan mineral dalam tubuh, berat badan, komposisi tubuh, hingga kadar gula darah. Dalam pendekatan ini, kesehatan didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk beradaptasi dan tetap stabil menghadapi tantangan fisik, sosial, maupun emosional.

Dengan kemajuan teknologi, personalisasi nutrisi semakin berkembang. Saat ini, ada banyak alat yang bisa membantu kita mengumpulkan dan menganalisis data individu dengan lebih mendalam, mulai dari informasi genetik, riwayat penyakit, pola makan, status gizi, hingga preferensi makanan dan gaya hidup. Meski begitu, beberapa metode ini masih perlu divalidasi lebih lanjut sebelum benar-benar bisa digunakan secara luas.

Jadi, personalisasi nutrisi ini dapat menjadi masa depan dalam menjaga kesehatan. Dibandingkan dengan panduan nutrisi konvensional secara umum, pendekatan ini menawarkan cara yang lebih akurat dan relevan bagi tiap individu. Dengan perkembangan teknologi dan penelitian yang terus berjalan, bukan tidak mungkin di masa depan kita semua bisa mendapatkan rekomendasi nutrisi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan tubuh kita sendiri. Menarik bukan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun