Mohon tunggu...
Gina Rahma Juliana
Gina Rahma Juliana Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Muhammadiyah Kuningan

Saya seorang mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang menyukai membaca dan menggambar. Menggambar menurut saya adalah cara kreatif untuk menyampaikan ide-ide, sedangkan membaca adalah cara untuk memperluas wawasan dan memperjelas pemahaman. Saya berharap dengan keduanya, saya dapat menginspirasi generasi muda untuk belajar dengan penuh semangat dan kreativitas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Integritas dalam Profesi Guru SD

29 Juni 2025   10:30 Diperbarui: 29 Juni 2025   16:38 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulias Saat Mewawancarai Guru SD Negeri Sukajaya  (Dokumentasi Pribadi, 2025)

Oleh: Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Kuningan| SD Negeri Sukajaya, Desa Sukajaya Kecamatan Cimahi, Kabupaten Kuningan

(Universitas Muhammadiyah Kuningan - https://umkuningan.ac.id/ )

Di era digital seperti sekarang ini, profesi guru tidak hanya dituntut untuk mampu menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi teladan dalam membangun karakter peserta didik. Salah satu nilai utama yang harus dimiliki oleh seorang guru, khususnya di jenjang Sekolah Dasar, adalah integritas. Dan di tengah arus perkembangan teknologi dan kemajuan dunia pendidikan, peran guru tidak lagi sebatas sebagai penyampai materi pelajaran. Guru menjadi figur sentral yang membentuk karakter dan moral peserta didik sejak usia dini. Sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), saya menyadari bahwa nilai integritas adalah salah satu pilar terpenting dalam menjalankan profesi mulia ini.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Mukroma (2019:271-272), dijelaskan bahwa integritas berasal dari kata “integrity” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Istilah ini bahkan telah digunakan sejak tahun 1633 oleh Sir Thomas untuk menunjukkan makna “Wholeness” atau “Completeness”. Artinya, seorang yang berintegritas adalah pribadi yang utuh, jujur, dan memiliki prinsip moral yang kuat. Nilai ini tidak seharusnya hadir hanya karena tuntutan pekerjaan, melainkan tumbuh dari kesadaran untuk membangun lingkungan yang lebih baik—baik di keluarga, organisasi, maupun bangsa.

Sebagai mahasiswa yang sedang mempelajari dunia pendidikan secara langsung di lapangan, saya melakukan wawancara dengan dua narasumber dari SD Negeri Sukajaya, Kecamatan Cimahi, Kabupaten Kuningan—yakni Wakil Kepala Sekolah dan salah satu guru SD. Dari keduanya, saya semakin yakin bahwa integritas adalah fondasi penting dalam profesi guru.

Penulis Saat Mewawancarai Wakil Kepala Sekolah SD Negeri Sukajaya (Dokumentasi Pribadi, 2025)
Penulis Saat Mewawancarai Wakil Kepala Sekolah SD Negeri Sukajaya (Dokumentasi Pribadi, 2025)

Pentingnya integritas ini juga saya temukan saat mewawancarai Wakil Kepala Sekolah, Bapak Ahmad, S.Pd.SD, menyampaikan bahwa:

“Integritas itu sangat penting, apalagi di dunia pendidikan sekarang yang sudah masuk era digital. Anak-anak bisa dengan mudah mengakses banyak informasi, jadi penting bagi guru untuk tetap menjaga kejujuran dan etika agar bisa membimbing siswa dengan benar. Tanpa integritas, arah pendidikan bisa melenceng.”

Pernyataan ini menegaskan bahwa guru yang tidak menjaga integritas bisa berdampak langsung pada arah dan kualitas pendidikan yang diterima siswa. Apalagi di era informasi yang serba cepat, keteladanan dari guru menjadi pondasi utama dalam membentuk sikap anak-anak.

Beliau juga menambahkan bahwa integritas guru terlihat dari hal-hal kecil seperti datang tepat waktu, adil dalam menilai, serta bertanggung jawab atas tugasnya. Ketika ditanya bagaimana jika ada guru yang tidak menunjukkan etika atau kejujuran? Bapak Ahmad menjawab dengan tegas namun solutif:

“Biasanya kami lakukan pembinaan terlebih dahulu. Kami ajak berdiskusi, beri nasihat, dan jika perlu, ada tindak lanjut administratif sesuai peraturan sekolah. Intinya kami upayakan solusi terbaik, tapi tetap tegas demi menjaga kualitas pendidikan.”

Langkah ini menunjukkan bahwa pengawasan terhadap etika guru tidak hanya bersifat hukuman, tapi juga edukatif dan pembinaan berkelanjutan.

Penulias Saat Mewawancarai Guru SD Negeri Sukajaya  (Dokumentasi Pribadi, 2025)
Penulias Saat Mewawancarai Guru SD Negeri Sukajaya  (Dokumentasi Pribadi, 2025)

Sementara itu guru kelas di sekolah yang sama, Ibu Euis Efa Yuliartika, S.Pd, menyampaikan pendapat senada:

“Integritas itu sangat penting bagi seorang guru SD. Karena integritas mencakup kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Seorang guru harus bisa menjadi panutan.”

Dalam praktik sehari-hari, beliau menekankan pentingnya bersikap jujur kepada siswa, baik dalam menyampaikan materi maupun dalam menilai hasil kerja mereka. Ketika terjadi kesalahan pun, beliau tidak segan untuk mengakuinya dan memperbaiki, sebagai bentuk tanggung jawab dan keteladanan.

Beliau juga menambahkan bahwa:

“Guru yang punya integritas pasti akan disiplin dalam segala hal—baik dalam datang ke sekolah, dalam menyampaikan materi, maupun dalam menegakkan aturan di kelas.”

Sebagai mahasiswa calon guru, saya mendapatkan pelajaran berharga dari wawancara ini. Integritas bukan sekadar nilai yang ditulis dalam visi sekolah, tetapi harus benar-benar ditunjukkan melalui sikap dan tindakan setiap hari. Melalui pengalaman lapangan ini, saya menyadari bahwa membentuk guru yang profesional dan beretika tidak cukup dengan mengandalkan kecerdasan intelektual. Kejujuran, tanggung jawab, dan keteladanan adalah modal penting yang wajib dimiliki.

Namun sayangnya, di tengah padatnya tuntutan administrasi dan beban kerja guru, kadang integritas bisa tergerus jika tidak dijaga dengan kesadaran pribadi yang kuat. Rutinitas yang padat seringkali membuat guru terlena, hingga akhirnya melonggarkan sikap profesional. Padahal, integritas bukan sekadar etika kerja, tapi cerminan kepribadian sejati yang harus melekat dalam diri seorang pendidik.

Misalnya, dalam hal penilaian siswa atau kehadiran di kelas, tidak sedikit yang terjebak pada praktik asal-asalan karena merasa lelah atau terburu-buru. Ini berbahaya karena setiap keputusan guru memiliki dampak jangka panjang terhadap karakter dan sikap siswa. Guru bukan hanya pendidik, tapi juga cermin. Ketika guru menunjukkan sikap tidak jujur atau tidak disiplin, anak-anak bisa menirunya tanpa sadar. Inilah sebabnya mengapa integritas tidak boleh menjadi pilihan—melainkan keharusan.

Melihat ke depan, dunia pendidikan akan semakin kompleks. Teknologi terus berkembang, kurikulum pun akan terus berganti. Namun satu hal yang tidak akan pernah usang adalah nilai integritas. Guru yang berintegritas akan selalu dibutuhkan, karena mereka bukan hanya mengajarkan pelajaran, tetapi membentuk manusia. Maka dari itu, sebagai calon guru, saya merasa terpanggil untuk terus melatih diri—tidak hanya dalam aspek akademik, tetapi juga dalam membangun etika dan kepribadian. Karena menjadi guru bukan hanya tentang menjadi pintar di depan kelas, tetapi tentang menjadi benar di hati siswa.

Sebagai mahasiswa PGSD, saya berpendapat bahwa Profesi guru adalah amanah besar yang bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi juga
menanamkan nilai. Oleh karena itu, integritas harus menjadi ruh utama dalam menjalankan
tugas mulia ini. Guru yang berintegritas akan menghasilkan murid-murid yang bukan hanya
cerdas, tetapi juga berkarakter. Dan di sinilah, pendidikan yang sejati dimulai.


Penulis adalah mahasiswa Program Studi PGSD Universitas Kuningan (https://umkuningan.ac.id)
yang sedang menjalani pengalaman lapangan di SD Negeri Sukajaya, Kecamatan Cimahi,
Kabupaten Kuningan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun