Mohon tunggu...
Ginanjar Hambali
Ginanjar Hambali Mohon Tunggu... Guru - Guru Ekonomi

Saya mengajar di SMA. Selain aktivitas mengajar, sesekali saya menulis, dan sering berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagi Guru, Baiknya Bicara Kekuatan

22 Februari 2024   10:34 Diperbarui: 22 Februari 2024   10:38 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat rapat awal tahun di salah satu sekolah, kepala sekolah menghimbau kepada para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Beragam tanggapan baik yang disampaikan langsung maupun dengan cara berbisik-bisik; tentang fasilitas  seperti jaringan internet yang kurang mendukung, laboratorium sekolah yang kurang memadai, minat belajar peserta didik yang kurang menggebu, buku-buku yang kurang lengkap.

Hasilnya; bukan hanya himbauan dari kepala sekolah, guru yang memiliki rencana memperbaiki kualitas pembelajaran, semangatnya menjadi lemah, karena memusatkan perhatian pada kelemahan dan kekurangan yang dimiliki. Sampai saat ini masih banyak guru dan mungkin saya juga, ketika membicarakan bagaimana meningkatkan kualitas pembelajaran lebih banyak berbicara tentang kelemahan dan atau kekurangan.

Terlalu banyak membicarakan kekurangan dan kekurangan bisa membuat kekuatan dan yang telah berjalan dengan baik menjadi tertutup. Semangat terkalahkan oleh perhatian atau pembicaraan yang mengarah pada hal-hal negatif. Lama-lama, pasrah dengan keadaan. Apapun yang mau dikerjakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran seperti terhalang tembok kokoh yang tidak bisa diruntuhkan.

Padahal, bila kekurangan dan masalah diibaratkan sebagai tembok pembatas, tentu selalu ada jalan untuk meruntuhkannya. Barangkali di sekeliling tembok ada tangga untuk melewati. Mungkin ada pekakas yang dapat digunakan untuk menghancurkan. Melalui kolaborasi dan memandang setiap guru memiliki potensi yang bisa disatukan, untuk menghancurkan penghalang kemajuan.

Pendekatan berbasis masalah seperti tertulis dalam Modul 3.2 Pendidikan Guru Penggerak, lebih memusatkan pada kelemahan, kekurangan, dan apa yang tidak berfungsi. Kebalikan pendekatan berbasis masalah adalah pendekatan berbasis aset, yang dikembangkan oleh Dr. Katryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.

Membayangkan masa depan dan atau yang terjadi. Pada saat rapat kembali di sekolah, kepala sekolah menghimbau kepada para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Masih dengan kekurangan yang sama, namun, guru-guru lebih fokus untuk melihat kekuatan dan potensi yang ada di sekeliling mereka, dalam mengembangkan pembelajaran yang lebih baik.

Pada saat membicarakan bagaimana meningkatkan kualitas pembelajaran para guru lebih fokus pada kekuatan dibanding berkutat disekitar masalah dan kekurangan. Misalnya, ketika membicarakan tentang tempat praktek, para guru melihat sekeliling mereka ada hamparan sawah dan sungai, hewan dan tumbuhan, sentra usaha dan pasar, gunung dan pantai, bangunan fisik dan kehidupan sosial masyarakat, semuanya tinggal disesuaikan dengan materi pelajaran.

Dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memperbaiki pembelajaran, guru dapat berbagi dengan rekan guru di sekolah. Mereka saling belajar bagaimana memanfaatkan aplikasi dalam meningkatkan hasil belajar. Saling belajar, menghadirkan inovasi pembelajaran di kelas pada guru yang lain. Serta seterusnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun