Mohon tunggu...
Hernoer Tjahjo
Hernoer Tjahjo Mohon Tunggu... -

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melampaui Batas Langit Pikiran

7 Februari 2017   00:12 Diperbarui: 7 Februari 2017   00:17 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang anak kecil berusia 4-5 tahun ,diajak jalan-jalan oleh ayahnya. Sampailah perjalanan mereka  di depan sebuah gunung yang cukup tinggi. Sang Ayah kemudian bertanya: " Nak, bisakah kamu mencapai puncak diatas sana ?" Sang Anak menjawab : "Nggak bisa yah, saya kan masih kecil." Kemudian Sang Ayah kembali bertanya:" Walaupun kamu mengeluarkan seluruh kemampuan kamu? " Sang Anak kembali menjawab : "Iya Yah", saya kan belum besar " . Sang Ayah kemudian kembali berkata: " kamu bisa Nak melakukannya". Kata Sang anak " Masak sih Yah? "kata sang anak yang masih tidak percaya kata ayahnya. " Sekarang kamu pejamkan mata, " kata sang ayah sambil menggendong anaknya tadi naik gunung itu bahkan sampai ke puncaknya. Ketika sampai di puncak,sang ayah kemudian berkata" Nak, kamu belum melakukan kemampuanmu yang satu ini , apa itu? yakni meminta ayah untuk membawamu keatas". Demikian cerita singkatnya.

Apa sebenarnya yang mau diajarkan sang ayah kepada anaknya ? Sebenarnya ayah tersebut mengajarkan dengan mengatakan  kamu memang tidak  tidak mampu , tapi sebenarnya bersamamu itu ada kekuatan lain yang bisa mengantarkanmu sampai,kalau saat ini bapakmu yang mengantarmu, sebenarnya ada Allah yang selalu bersamamu, yang selalu akan menolongmu, dengan perantaraan siapapun itu.

Kisah ini memang sederhana, namun memberikan dampak cara berfikir yang berbeda ketika kelak anak itu beranjak  dewasa dan mulai merasakan hidup mandiri.

Mengapa cara berfikir itu penting?

 Pada masa kini banyak yang merasa putus asa dalam mengarungi hidup. Ada yang putus asanya levelnya pasrah tanpa berbuat apa-apa,namun ada juga yang berputus asa sampai berniat ingin mengakhiri hidup. Ini adalah dampak dari cara berfikir yang kurang tepat.

Di satu sisi , kita sering mendengar bahwa katanya orang-orang sukses kebanyakan justru bukan yang dulu sekolahnya pintar, namun yang sekolahnya biasa-biasa saja. Sementara yang pintar hidupnya hanya biasa-biasa saja.  Lho, apakah kalau begitu kita kalau sekolah jangan pintar-pintar, jadi yang nggak pintar saja biar kelak bisa lebih sukses? demikian mungkin  ada yang bertanya . Bukan demikian, bukan soal pintar nggak pintar, tapi soal mau atau tidak mau berusaha melakukan yang terbaik buat dirinya.  Sebenarnya orang yang pintar juga banyak yang sukses, orang pintar yang nggak sukses itu dikarenakan kepintaran akalnya membelenggu kemauannya sehingga tidak berani mencoba. Sementara orang yang nggak terlalu pintar,melihat juga kemungkinan resiko, namun mereka berani terjun dan menjalani serta mampu beradaptasi sehingga bisa luwes dalam mengarungi hidup.

Jadi kebuntuan  berfikir,bisa  membuat seseorang putus asa karena tidak melihat segala kemungkinan yang menolongnya. Demikian pula kecanggihan berfikir, ternyata juga bisa menjadi perintang  seseorang untuk mencoba melakukan hal yang berbeda . Akibatnya hidupnya juga jalan di tempat.

Terus bagaimana dong?  kita perlu melakukan yang terbaik dari kita, diiringi dengan ikhtihar ruhaniyah . Ikhtihar ruhaniyah  yang seperti apa  ? iktihar ruhaniyah seperti mendatangi majelis ilmu, melakukan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebagai contoh untuk kasus orang yang putus asa sampai berniat mengakhiri hidup tadi, dengan mendatangi majelis ilmu, kita akan tahu bahwa Allah tidak akan pernah memberikan cobaan kepada hambaNya di luar kemampuan hamba itu,"laa Yukallifulloohu nafsan illa wus'aha ( QS .AlBaqoroh:286) , dengan itu orang akan mempunyai keyakinan yang mantap. Sebenarnya kalau dipikir,Allah memang tidak pernah memberikan cobaan di luar kemampuan hambaNya, kalau misalnya orang itu tidak kuat, maka Allah kasih orang itu pingsan. Kalau orang itu pikirannya nggak kuat, Allah kasih orang itu menjadi gila, sehingga dia tidak lagi merasakan beban itu. Tidak ada cobaan diluar kemampuan kita.

Selanjutnya kenapa perlu mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan ketaatan kepadaNya ,karena Allah lah sebaik baik bergantung dan sebaik-baik pemberi pertolongan. Ketika kita dekat dengan Allah, maka Allah akan lebih dekat kepada kita,dan lebih akan menolong kita. Ketika Allah yang Maha Besar telah kita libatkan dalam urusan kita, maka segala urusan yang kita pandang besar akan menjadi kecil,dan selanjutnya Allah yang akan membuat skenario selanjutnya untuk membereskan urusan urusan kita.

Dengan cara itu, pada akhirnya kita bisa melampui batas langit pikiran kita, sebagai kisah anak kecil di awal tulisan ini .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun