Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Author

Book, movie/series, and fiction enthusiast contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tentang Motivator dengan Privilege, Apakah Masih Relate untuk Kita?

30 Juli 2025   15:12 Diperbarui: 31 Juli 2025   06:01 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Motivator. (Freepik/wavebreakmedia_micro)

"Jangan takut untuk mulai berbisnis. Dulu saya pernah rugi sampai ratusan juta. Tapi saya nggak menyerah karena Papa saya memberi modal lagi untuk bisnis kedua, hingga akhirnya bisa sesukses sekarang."

Gimana, pernah mendengar kata-kata motivasi seperti ini? Ketika seseorang merintis sebuah bisnis, usaha, atau hal lain di mana perjuangannya terasa menarik untuk dijadikan motivasi diri. Semua memang terasa membakar semangat, sampai akhirnya kita mulai paham ada yang namanya privilege.

Katakan bahwa orang tadi sempat gagal menjalankan bisnisnya, kemudian diberi kesempatan kedua memulai usaha baru dengan modal dari orangtuanya, yang sampai akhirnya jadi sukses. 

Kembali pada diri sendiri. Bercermin, juga melihat realita. Jika motivasi-motivasi itu ditelan mentah dengan alasan jangan takut mengambil risiko, rasanya bukan hal yang bisa relate dengan kehidupan orang lain yang tak memiliki privilege layaknya motivator tersebut.

Jika kita yang gagal, misalnya, setelah mengumpulkan modal bertahun lamanya, akankah seinstan itu untuk bangkit? Rasanya perjuangan akan jauh lebih keras dari pada saat merintis pertama kali. Layaknya menaiki anak tangga. Semakin tinggi, maka ketika jatuh akan semakin sakit.

Ilustrasi by Mployee
Ilustrasi by Mployee

Saya menulis ini karena beberapa hari lalu mendapati sebuah konten tentang anak laki-laki yang mungkin berusia 10 tahun, memberi motivasi bahwa betapa enaknya menjadi perintis. Tak ada yang memberi arah, tapi justru di situ letak keseruannya.

Usut punya usut, ternyata content creator tersebut merupakan anak dari seorang pengusaha kaya raya. Ya bahasa kerennya ternyata orangtuanya sudah tajir melintir dan menjadikan dirinya otomatis punya privilege yang tidak semua orang miliki. Bahkan di beberapa kontennya pun, ia pernah mendapat angpao imlek senilai puluhan juta plus dapat juga IPhone keluaran terbaru.

Hal inilah yang kemudian membuat banyak netizen murka karena orang dengan privilage tidak pantas memberi motivasi soal rintis-merintis jika dia sendiri telah lahir dari keluarga serba ada. Kalau begitu, mari kita bahas lebih dalam dari sudut pandang saya pribadi yang mana bisa berbeda dengan pandangan Kompasianer lain.

image by inilah.com
image by inilah.com

PRIVILAGE DAN TITIK NOL KITA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun