Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Author

Book, movie/series, and fiction enthusiast contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Tak Ingin Usai di Sini", Pahitnya Sebuah Rahasia dari Perasaan Terpendam

10 Juni 2025   18:43 Diperbarui: 11 Juni 2025   13:07 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Poster Film 'Tak Ingin Usai di Sini' (Shot by M. Gilang Riyadi)

Dua tahun lalu, saya menonton sebuah film Taiwan berjudul More Than Blue (2018) yang sebelumnya merupakan adaptasi dari film Korea berjudul sama yang duluan tayang tahun 2009. Sejujurnya versi Taiwan yang saya tonton kala itu benar-benar membuat perasaan tersayat hingga saya menangis.

Tak disangka bahwa ternyata Indonesia pun mengadaptasi film yang berhasil membuat saya nangis jelek itu. Kali ini tidak menggunakan judul sama, melainkan menjadi Tak Ingin Usai di Sini di mana tayang serentak di layar lebar sejak tanggal 5 Juni 2025 lalu.

Dengan pemeran utama Vanesha Prescilla dan Bryan Domani, akhirnya saya menyempatkan diri menonton film ini langsung di bioskop untuk membuktikan apakah bisa sesedih versi sebelumnya yang benar-benar menyayat perasaan.

Maka dari itu di tulisan kali inilah saya mencoba untuk mengulasnya lebih jauh dengan meminimalisir spoiler yang ada. Seperti biasa, saya akan memulainya dengan sinopsis, sedikit gambaran cerita, hingga analisis pribadi tentang kurang lebihnya film ini. Yuk, langsung check this out!

SINOPSIS

Mengisahkan tentang persahabatan antara K (Bryan Domani) dan Cream (Vanesha Prescilla) yang dimulai sejak mereka di bangku SMA. Sama-sama punya latar belakang ditinggal kedua orang tua, menjadikan hubungan mereka semakin dekat meski punya dua sifat yang berbeda. K sebagai laki-laki pendiam, sementara Cream perempuan dengan semangat tinggi yang ceplas ceplos dan apa adanya.

K dan Cream (image by tempo.co)
K dan Cream (image by tempo.co)

Dimulai di bangku kuliah, Cream menawarkan diri untuk tinggal di apartemen milik K dengan membayar uang bulanan layaknya sebuah kos-kosan. Hal ini tentu membuat keduanya semakin dekat karena tinggal di atap yang sama. Makan bareng, nonton bareng, dan semuanya bersama.

Meski begitu, tidak ada ikatan hubungan dari keduanya dan masih sebatas sahabat saja. Padahal baik K dan Cream terlihat memiliki perasaan sama yang belum terungkapkan satu sama lain.

Cerita mulai terbangun dan terasa rumit ketika K tiba-tiba tumbang kehilangan kesadaran. Ketika memeriksanya di Rumah Sakit, ternyata ia mendapat diagnosa kanker stadium 4 dengan harapan hidup kurang dari satu tahun. Di sinilah ia dihadapkan pada pilihan apakah akan memberi tahu Cream soal penyakitnya ini, atau justru menutupnya rapat agar perempuan itu tidak memiliki beban dan perasaan sedih.

Perjalanan keduanya pun berlanjut di mana K ingin mencari pendamping untuk Cream yang bisa menjaganya ketika nanti ia tiada sebagai harapan terakhirnya sebelum ia meninggal dunia.

Semuanya semakin terasa rumit ketika Cream menemukan seorang laki-laki tampan yang membuatnya jatuh hati, yaitu Armand (Rayn Wijaya), padahal laki-laki itu sudah punya tunangan, yaitu Vero (Davina Karamoy)

CHEMISTRY KUAT DUA KARAKTER UTAMA

Karena sebelumnya saya sudah menonton versi Taiwannya, tentu saya mengetahui betul bagaimana karakter keduanya di sana. Apalagi, julukan K dan Cream pun menjadi merupakan sapaan original baik dari versi Korea hingga Taiwan.

image by IMDb
image by IMDb

Saya cukup kagum ketika melihat dua pemeran utama Bryan Domani dan Vanesha yang ternyata bisa memerankan karakter K dan Cream sesuai dengan apa yang sudah saya tonton sebelumnya. Keduanya memiliki karakter kuat dan sesuai dengan apa yang saya harapkan.

Untuk chemistry-nya pun cukup oke sebagai couple dalam kisah romansa yang terjebak dalam hubungan tanpa status meski sebenarnya saling sayang. Di beberapa adegan malah bisa bikin saya baper, apalagi bagi penonton yang mungkin punya kisah yang sama seperti K & Cream.

Adegan-adegan romansanya yang manis tidak sampai cringe kok. Tapi bagi saya ada beberapa adegan yang justru jadi terkesan membosankan dan ingin rasanya dipercepat agar selesai. Mungkin ini karena saya sudah menonton versi sebelumnya jadi sudah lebih tahu bagaimana detail cerita dan klimaksnya.

DAVINA KARAMOY DAN ROSSA SEBAGAI MPV

Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap dua pemeran utamanya yang telah memberikan akting terbaik dan menghiasi 80% isi cerita, namun bagi saya ada lagi yang lebih menarik perhatian.

image by IMDb
image by IMDb

Pertama, adalah tokoh Vero yang diperankan oleh Davina Karamoy yang semakin dikenal ketika membintangi film Ipar Adalah Maut. Ia berhasil membawa peran Vero yang galak, ambisius, namun tetap memiliki sisi rapuh yang tak terlihat orang-orang. Sejak kemunculan pertama di pertengahan film, saya selalu menantikan kehadiran dia di scene selanjutnya.

Sementara itu yang kedua ialah Rossa. Ia menjadi cerita pembuka sebagai dirinya sendiri yang sedang memulai rekaman. Tanpa disangka, ternyata Rossa ikut berakting juga meski tak memiliki durasi yang panjang. Namun secara tak langsung, Rossa punya peran penting yang akan ada di akhir cerita.

ADAPTASI YANG SUKSES BIKIN BANJIR AIR MATA

Karena saya sudah menonton versi Taiwan, maka ketika menonton versi Indonesia ini sebenarnya tak begitu spesial karena jalan ceritanya sudah diset 80% sama, sehingga apa yang terjadi benar-benar akan tertebak. Inilah kenapa saya malah ingin cepat-cepat beres untuk segera ke bagian klimaks yang sedih.

Benar saja, di 15 menit terakhir yang jadi bagian tersedih ini masih tetap bisa membuat saya menangis. Bahkan penonton lain pun bisa saya dengar ikut menangis melihat kisah tragis antara K dan Cream di akhir cerita.

K & Cream versi Taiwan (image by IMDb)
K & Cream versi Taiwan (image by IMDb)

Selain membuat baper, film ini pun diam-diam memberi pesan bagi penontonnya untuk bisa segera mengungkapkan perasaan kepada orang yang kita sayang sebelum terlambat, yang bahkan nantinya tidak bisa diungkapkan sama sekali.

K dan Cream pun memberi kisah segar untuk para penonton yang merasa bosan dengan cerita romansa yang itu-itu saja bahkan nyaris seperti cerita FTV. Dengan Tak Ingin Usai di Sini, setidaknya penonton bisa ikut merasakan kasmaran khas anak muda, kekecewaan, tawa, hingga tangis yang ada di ujung film.

image by IMDb
image by IMDb

Nah, jadi kira-kira bagaimana ya kisah akhir K dan Cream? Akankah keduanya menemukan kebahagiaan dan bisa mengungkapkan perasaan masing-masing? Jawabannya tentu harus menonton di bioskop terdekat mumpung masih diberi banyak layar.

Film ini mendapat skor sebesar 8.6/10 di situs IMDb sampai dengan tulisan ini dibuat. Sementara saya pribadi memberi skor cukup di 8.0/10 dengan pertimbangan seperti yang telah dituliskan di atas.

Akhir kata, sekian untuk ulasan kali ini. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

-M. Gilang Riyadi, 2025-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun