Dua tahun lalu, saya menonton sebuah film Taiwan berjudul More Than Blue (2018)Â yang sebelumnya merupakan adaptasi dari film Korea berjudul sama yang duluan tayang tahun 2009. Sejujurnya versi Taiwan yang saya tonton kala itu benar-benar membuat perasaan tersayat hingga saya menangis.
Tak disangka bahwa ternyata Indonesia pun mengadaptasi film yang berhasil membuat saya nangis jelek itu. Kali ini tidak menggunakan judul sama, melainkan menjadi Tak Ingin Usai di Sini di mana tayang serentak di layar lebar sejak tanggal 5 Juni 2025 lalu.
Dengan pemeran utama Vanesha Prescilla dan Bryan Domani, akhirnya saya menyempatkan diri menonton film ini langsung di bioskop untuk membuktikan apakah bisa sesedih versi sebelumnya yang benar-benar menyayat perasaan.
Maka dari itu di tulisan kali inilah saya mencoba untuk mengulasnya lebih jauh dengan meminimalisir spoiler yang ada. Seperti biasa, saya akan memulainya dengan sinopsis, sedikit gambaran cerita, hingga analisis pribadi tentang kurang lebihnya film ini. Yuk, langsung check this out!
SINOPSIS
Mengisahkan tentang persahabatan antara K (Bryan Domani) dan Cream (Vanesha Prescilla) yang dimulai sejak mereka di bangku SMA. Sama-sama punya latar belakang ditinggal kedua orang tua, menjadikan hubungan mereka semakin dekat meski punya dua sifat yang berbeda. K sebagai laki-laki pendiam, sementara Cream perempuan dengan semangat tinggi yang ceplas ceplos dan apa adanya.
Dimulai di bangku kuliah, Cream menawarkan diri untuk tinggal di apartemen milik K dengan membayar uang bulanan layaknya sebuah kos-kosan. Hal ini tentu membuat keduanya semakin dekat karena tinggal di atap yang sama. Makan bareng, nonton bareng, dan semuanya bersama.
Meski begitu, tidak ada ikatan hubungan dari keduanya dan masih sebatas sahabat saja. Padahal baik K dan Cream terlihat memiliki perasaan sama yang belum terungkapkan satu sama lain.
Cerita mulai terbangun dan terasa rumit ketika K tiba-tiba tumbang kehilangan kesadaran. Ketika memeriksanya di Rumah Sakit, ternyata ia mendapat diagnosa kanker stadium 4 dengan harapan hidup kurang dari satu tahun. Di sinilah ia dihadapkan pada pilihan apakah akan memberi tahu Cream soal penyakitnya ini, atau justru menutupnya rapat agar perempuan itu tidak memiliki beban dan perasaan sedih.
Perjalanan keduanya pun berlanjut di mana K ingin mencari pendamping untuk Cream yang bisa menjaganya ketika nanti ia tiada sebagai harapan terakhirnya sebelum ia meninggal dunia.