Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Author

Book, movie/series, and fiction enthusiast contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Tentang Ibu dan Ilmu yang Kuterapkan Hingga Saat Ini

19 Maret 2025   22:22 Diperbarui: 19 Maret 2025   22:22 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga tahun lalu, aku kehilangan salah satu orang paling penting di hidup ini. Ia yang telah melahirkan, membesarkan, juga membuat aku bisa bertahan di kehidupan yang keras ini.

Waktu itu Ibu harus bolak-balik sampai ke 5 rumah sakit untuk mencari ruang ICU yang kosong, mengingat tahun itu kasus covid-19 masih cukup tinggi dan rumah sakit pun di mana-mana penuh.

Ketika dirawat selama 2 hari di ruang ICU dengan kondisi kritis karena terinfeksi virus covid-19, pun itu juga sama sekali tidak bisa dijenguk keluarga, akhirnya Ibu tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ibu pergi untuk selamanya dari kehidupanku, dari kehidupan keluarga di rumah.

dokpri 2022
dokpri 2022

Satu tahun pertama sejak Ibu pergi adalah masa-masa terberat karena aku, khususnya, seakan menjalani hidup dengan satu kaki. Serba timpang dan tak tahu ke mana arah hidup ini berlanjut. Bahkan saat itu aku tidak menganggap Ibu sudah meninggal, melainkan hanya tidak ada di rumah saja dan suatu hari akan pulang.

Jangan tanya soal kesedihan. Ketika sendirian di kamar, terutama setelah habis solat, air mata ini diam-diam mengalir membasahi wajah karena masih belum siap ditinggal oleh orang yang benar-benar penting dalam hidup. Orang yang juga jadi salah satu inspirasiku.

Tahun kedua Ibu tiada, aku semakin terbiasa dan mulai bisa mengikhlaskan kepergiannya. Lagipula, ada atau tidak adanya Ibu, aku tetap harus melanjutkan kehidupan. Bekerja mencari nafkah, merawat Ayah yang jadi satu-satu orangtua, hingga memikirkan masa depan untuk berkeluarga dan memiliki keturunan.

Dari situ aku sadar bahwa ditinggal oleh orang terpenting dalam hidup memang akan sangat berat di awal. Namun lama-kelamaan kita akan semakin terbiasa dengan kondisi ini. Ini juga menjadi pengingat bahwa semua yang kita miliki di dunia sejatinya milik Allah SWT. Jadi cepat atau lambat, siap atau tidak, ya semua akan kembali kepada-Nya.

Tahun ketiga Ibu tiada, aku bisa merasakan setiap warisan yang telah diberi ketika ia masih ada. Bukan warisan secara materi, tapi sebuah ilmu. Sebenarnya memang banyak ilmu-ilmu penting yang Ibu beri. Namun yang sampai sekarang melekat dan terpakai adalah ilmu memasak.

Sejak kecil, aku memang sering membantu Ibu di dapur untuk mempersiapkan masakan. Maka dari itu setiap bumbu di dapur sudah kuhapal. Merica, ketumbar, jahe, lengkuas, kencur, pala, kunyit, dan masih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun