Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Author

Book, movie/series, and fiction enthusiast contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Puasa Banyak Jajan Berujung Sampah, Mulai Kelola Dengan Langkah Kecil

14 Maret 2025   22:02 Diperbarui: 14 Maret 2025   22:02 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by yayasansigma.or.id

Suasana Ramadan yang hanya dirasakan setahun sekali selama kurang lebih satu bulan ini memang memberikan kenangan tersendiri yang tak bisa dirasakan di bulan lain. Menghadari acara bukber, war takjil, hingga solat tarawih menjadi contoh kecil yang selalu dinanti.

Di hampir separuh bulan puasa ini pun kita bisa melihat suasana Ramadan yang begitu kental, terutama ketika menjelang berbuka saat orang-orang berburu takjil. Menu-menu mulai dari manisan, gorengan, hingga makanan berat menjadi sesuatu yang wajib dibeli dan harus ada saat waktu magrib.

Tak dapat dipungkiri bahwa di bulan puasa ini kita lebih banyak mengkonsumsi makanan dan minuman dibanding hari-hari biasa. Banyak menu yang hanya ada di bulan ini karena sulit ditemukan jika bukan Ramadan. Hal ini tanpa disadari berujung pada penumpukan sampah yang dihasilkan oleh setiap rumah tangga.

Tidak hanya dari sisi konsumen sebagai pembeli, namun penjual pun punya andil dalam penumpukan sampah ini. Produksi makanan ataupun minuman yang dibuat meninggalkan sisa bahan baku tak terpakai yang berujung jadi sampah.

Sebenarnya permasalahan sampah memang jadi hal yang bisa dibahas kapan saja tanpa menunggu Ramadan. Tapi mengingat bahwa produksi sampah di bulan Ramadan akan meningkat dari biasanya, maka kita perlu langkah khusus untuk mengelolanya lebih bijak.

Maka di tulisan ini saya ingin memberikan sedikit cara kecil yang bisa kita lakukan untuk mengelola sampah. Yuk simak di sini.

MEMISAHKAN SAMPAH

Hal pertama adalah dengan tidak menyatukan semua sampah menjadi satu. Sederhananya, pisahkan antara sampah kering dan sampah basah. Contoh sampah kering antara lain seperti plastik, botol, kertas, dan lainnya. Sementara contoh sampah basah yang sering dijumpai ialah sisa-sisa makanan.

Ilustrasi by Desa Jagapati Kab. Bandung
Ilustrasi by Desa Jagapati Kab. Bandung

Mulailah membuat dua tempat sampah berbeda agar mempermudah pengelolaan ini. Setelah dirasa penuh, terutama di sampah kering, pilih lagi sampah yang sekiranya bisa didaur ulang.

Jenis sampah seperti botol plastik bisa dipisahkan lagi secara khusus untuk diberikan/dijual ke tukang loak. Biasanya merekalah yang nantinya akan mengolah ini di tempat khusus. Dengan begini kita setidaknya kita telah punya aksi nyata meskipun terlihat kecil.

Dari sampah basah juga harus diperhatikan nih. Isi yang kebanyakan sisa makanan menjadikan bukti bahwa ada makanan yang terbuang. Cobalah untuk lebih bijak ketika mengambil makan agar meminimalisir sisa-sisa yang akan jadi sampah. Meski kelihatannya sedikit, tapi lama-lama akan menumpuk, apalagi jika dikalikan dengan banyaknya rumah tangga yang ada di sekitar rumah.

Atau kita bisa juga menyiasatinya dengan memberi sisa makanan ke hewan peliharaan seperti ayam. Dengan begini sisa makanan pun tak akan terbuang sia-sia.

DIET PLASTIK

Ketika saya berkunjung ke Jakarta, sedikit kaget ketika tahu bahwa di minimarket sana sudah tak lagi menggunakan kantong plastik. Setiap konsumen setidaknya diwajibkan membawa tas kanvas/totebag sebagai wadah dari belanjaan mereka. Hal ini tentu sangat baik untuk mengurangi sampah plastik, apalagi plastik adalah jeni sampah yang sulit terurai.

ilustrasi by tokohinspiratif.id
ilustrasi by tokohinspiratif.id

Saya pun mulai menerapkan untuk tidak menggunakan kantong plastik ketika ke minimarket. Jika belanjaan sedikit cukup bawa saja pakai tangan. Jika memang tahu akan belanja banyak, maka sejak dari rumah sudah membawa tas kanvas lebih dulu. Meski memang awalnya seperti aneh, tapi lama-lama mulai terbiasa.

Ini juga bisa kita terapkan jika membeli jajanan di pinggir jalan ataupun di tempat makan. Membawa wadah bekal sendiri jadi solusi untuk mengurangi penggunaan plastik. Jika memungkinkan, ketika war takjil misalnya, mulailah bawa tumbler dan kotak makan sebagai wadah jajan.

Hal ini bisa kita lakukan juga ketika pergi ke luar seperti mal. Lakukanlah jika memang tak merepotkan karena akan memakan cukup banyak ruang dari apa yang kamu bawa.

Jika kesulitan membawa wadah yang memakan volume besar, bisa juga biasakan membawa peralatan makan (sendok, garpu, sumpit, sedotan) sendiri yang bahannya bukan plastik sekali pakai. Jadi ketika jajan di luar kita meminimalisir sampah yang dibuang nanti.

GUNAKAN KEMBALI APA YANG BISA DIGUNAKAN

Sampah seperti botol plastik sebenarnya bisa kita gunakan kembali lho. Misalnya, sebagai tempat sabun cuci piring, pewangi pakaian/detergen cair, atau wadah pembersih lantai. Selain mengurangi sampah, kita pun tak perlu repot-repot lagi mengeluarkan biaya untuk membeli wadahnya.

ilustrasi by yayasansigma.or.id
ilustrasi by yayasansigma.or.id

Cara ini sudah saya terapkan di rumah yang ternyata memang cukup efektif. Meski terlihat kecil dan tak berarti, percayalah bahwa langkah ini sangat bermanfaat untuk di waktu yang akan datang.

Yang bisa dilakukan selanjutnya adalah menghindari wadah sekali pakai yang hampir sama seperti poin sebelumnya. Misalnya membeli makanan yang ada wadah plastiknya. Daripada langsung dibuang, bisa juga lho digunakan kembali. Seperti saya misalnya yang menggunakan kembali untuk wadah spons cuci piring.

Itu tadi hanya sebagian kecil dari contoh produk yang bisa kita manfaatkan kembali. Sekarang, coba Kompasianer lihat kembali apa saja yang ada di rumah yang bisa digunakan kembali. Jangan langsung dibuang ya!

...

Nah itu tadi sedikit langkah kecil yang bisa saya berikan di tulisan kali ini. Sekali lagi saya ingatkan bahwa jangan pernah merasa bahwa langkah yang dilakukan ini tak berguna karena kelihatannya kecil. Tapi di masa depan nanti, kita menyadari bahwa langkah ini jauh lebih berarti daripada yang kita duga.

Akhir kata, semoga bermanfaat ya. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

-M. Gilang Riyadi, 2025-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun