Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Author

Book, movie/series, and fiction enthusiast contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jiwa Tetap Tenang Selama Berpuasa dengan Cara Sederhana Ini

13 Maret 2025   14:32 Diperbarui: 13 Maret 2025   15:16 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu luang yang kita miliki saat berpuasa hendaklah dilakukan dengan sesuatu yang bermanfaat, salah satunya membaca buku. Saya merekomendasikan buku-buku non-fiksi untuk pengembangan diri. Rekomendasinya bisa baca di sini ya >>  Saatnya Upgrade Diri di Bulan Ramadan dengan 5 Rekomendasi Buku Ini

dokpri
dokpri
Dengan membaca contoh buku seperti yang pernah saya ulas sebelumnya bisa memberikan perspektif berbeda tentang hidup. Mulai dari diri sendiri, kehidupan yang tak sempurna, juga tentang sekitar. Dari membaca ini juga yang jika dilakukan rutin untuk jangka waktu panjang, kita bisa lebih mengontrol emosi diri karena telah paham sudut pandang lain tentang hidup.

Tak terbatas pada buku yang membahas soal kehidupan, buku-buku keagamaan pun sangat bisa masuk list untuk bisa dibaca saat Ramadan. Entah itu buku tentang hukum islam, misalnya, atau sejarah kehiduapan nabi. Dengan melihat dari sisi agama islam tentu bisa memberikan rasa nyaman dan tenang bagi jiwa.

BATASI PERTEMUAN 

Menjalin silaturahmi terutama dengan kerabat lama tentu bukan hal salah. Di bulan Ramadan ini biasanya pun menjadi ajang reuni untuk berkumpul dengan kawan-kawan lama dengan agenda bukber yang menumpuk. Mulai dari teman sekolah lah, teman kuliah, geng ini, geng itu, teman kerja, dan masih banyak lain.

Poin yang saya tekankan di sini adalah kita harus bisa memfilter siapa saja yang sekiranya memang bisa kita jalin hubungannya. Bukan maksud untuk memutus silaturahmi, tapi kadang ada beberapa orang yang secara personal kehadirannya justru tidak mengenakan bagi diri. Bisa karena cerita masa lalu, sikap yang mungkin tak disukai, ataupun hal lain.

ilustrasi by umroh.com
ilustrasi by umroh.com

Saya pribadi pun menerapkan ini sejak beberapa tahun ke belakang. Jika memang hubungan tidak dekat-dekat banget dan masih ada keperluan yang lebih penting, ajakan bukber dengan kawan lama beberapa kali saya pilih. Lain lagi jika memang bersama teman yang sudah dekat dan lama tak bertemu.

Belum lagi jika dalam pertemuan itu justru merembet ke pertanyaan pribadi seperti, kapan nikah, kapan punya anak, kerja di mana sekarang? dan lain hal yang sebenarnya membuat beberapa orang justru tak nyaman. 

Membatasi pertemuan ini pun menjadi langkah prefentif atas hal-hal yang nantinya bisa membuat mental kita malah terganggu karena bertemu kawan lama.

MENDEKATKAN DIRI PADA SANG PENCIPTA

Tiga poin sebelumnya tadi berfokus pada hubungan kita dengan sekitar. Kali ini tentu menjadi yang tak kalah penting bahkan sebenarnya ada di posisi nomor satu. Yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT yang telah mencipatakan kita.

ilustrasi by ajnn.net
ilustrasi by ajnn.net

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun