Jangan salah paham, bukan berarti aku tidak bisa move on. Aku sudah mampu melupakan dia sejak setahun lalu, bahkan sempat juga menjalin hubungan dengan perempuan lain meski akhirnya putus.
Yang akan kuceritakan memang tentang dia, semata-mata karena pagi tadi aku dihubunginya untuk bertemu di tempat ini. Well, dulu tempat ini memang menjadi spot favorit kami, yaitu toko bunga yang di dalamnya terdapat kafe mini.
Alasan putus? Ya, biasalah, ada beberapa prinsip yang tak sejalan dengan pribadi masing-masing. Kami putus baik-baik juga. Tak ada drama, pertengkaran, atau air mata. Ups, maaf. Untuk poin terakhir sebenarnya memang terjadi. Lagipula, siapa juga yang tak akan menangis ketika hubungan yang terjalin tiga tahun pada akhirnya kandas?
Oh, itu dia sudah datang.
Perempuan berambut panjang ini membawa sebuah kotak ukuran sedang yang langsung disimpan di permukaan meja. Aku mencoba menebak sebelum membukanya. Dan ternyata benar, isinya barang-barang yang dulu pernah kuberikan untuknya. Kami saling tatap kemudian.
"Kamu masih bisa simpan ini," kataku menolak halus.
"Naren, tolong ngerti sekali ini aja."
Aku mengerutkan kening, menatapnya dengan tidak bersahabat karena sedikit tersinggung.
"Coba jelaskan di bagian mana aku nggak pernah mengerti kamu?"
"Dengar, aku ke sini bukan untuk berdebat."
Tak lama, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ah, undangan pernikahan. Sangat mudah ditebak.