Mohon tunggu...
Mochamad Gilang Ramadan
Mochamad Gilang Ramadan Mohon Tunggu... Mahasiswa Institut Pendidikan Indonesia

Aku adalah seseorang yang sedang berada dalam fase pencarian. Berusaha memahami siapa diriku sebenarnya di tengah banyaknya ekspektasi, perubahan, dan pertanyaan hidup. Di balik krisis identitas yang aku rasakan, ada jiwa yang dalam, penuh pemikiran, dan tidak puas hanya dengan jawaban-jawaban dangkal. Aku mungkin merasa seperti tersesat di persimpangan, bertanya-tanya ke mana harus melangkah, siapa yang sebenarnya aku inginkan, dan apa makna dari semua ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maraknya Pelecehan Seksual: Apakah Pendidikan Bisa Jadi Solusi?

17 April 2025   22:20 Diperbarui: 17 April 2025   22:18 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pelecehan illustration art

Kasus pelecehan seksual kembali mencuat dan mengguncang publik. Kali ini, yang menjadi sorotan adalah seorang dokter kandungan di Garut, Jawa Barat. Tersangka diduga melakukan tindakan tidak senonoh terhadap pasiennya saat proses pemeriksaan USG. Lebih mengejutkan lagi, korban diperkirakan lebih dari satu orang. 

Kasus ini tidak hanya memancing kemarahan masyarakat, tapi juga membuka ruang diskusi tentang moralitas dan pendidikan. Bagaimana bisa seseorang yang menempuh pendidikan tinggi---lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad)---terlibat dalam tindakan yang tidak manusiawi ini?

Pendidikan dan Pola Pikir

Menanggapi peristiwa ini saat pembelajaran berlangsung di kelas saya, Dekan sekaligus Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut, Dr. Lina Siti Nurwahidah, M.Pd., menegaskan pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk membentuk karakter dan pola pikir seseorang.

"Pendidikan merubah pola pikir manusia supaya lebih baik." ujar Dr. Lina.

Namun, beliau juga mengingatkan bahwa pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga harus mencakup pembentukan etika, empati, dan tanggung jawab sosial. Dalam hal ini, pendidikan karakter menjadi elemen yang sangat krusial.

Peran Perempuan dalam Menjaga Diri

Pada saat pembelajaran berlangsung di kelas, Dr. Lina juga menyampaikan pesan khusus kepada perempuan.

"Sebagai wanita harus bisa menjaga kehormatannya."

Pernyataan ini tentu bukan untuk menyalahkan korban, melainkan sebagai ajakan agar perempuan dibekali dengan keberanian, pengetahuan, dan kesadaran untuk mengenali serta melawan berbagai bentuk kekerasan seksual. Edukasi dan pemberdayaan perempuan harus terus digalakkan, baik melalui jalur formal maupun nonformal.

Profesionalisme Gagal Menjamin Moralitas

Kasus ini menyadarkan kita bahwa gelar akademis dan status profesional tidak menjamin kualitas moral seseorang. Di sinilah urgensi untuk menyatukan pendidikan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada hasil akademis harus mulai direformasi agar menghasilkan manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermoral.

Pendidikan Harus Lebih dari Sekadar Gelar

Apa yang terjadi di Garut bukan hanya kasus hukum, tetapi juga refleksi dari krisis nilai dalam sistem pendidikan kita. Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, pendidikan harus benar-benar menjadi alat pembentuk karakter, bukan sekadar tempat mengejar ijazah.

Sudah saatnya semua pihak---pendidik, orang tua, institusi, dan masyarakat---bergandengan tangan. Membangun generasi yang cerdas dan beradab adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri maraknya pelecehan seksual yang terjadi di mana-mana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun