Mohon tunggu...
Gilang abitio
Gilang abitio Mohon Tunggu... Mahasiswa yang sedang menempuh program sarjana ilmu komunikasi S1

saya seseorang yang sangat tertarik pada bidang jurnalistik terutama pada pos berita dan tulisan budaya,hobi saya berkegiatan dialam dan kegiatan budaya terutama pada pelestarian tosan aji.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Korosi yang Wajar Pada Keris: Indikator Perawatan dan Usia

14 Juni 2025   13:35 Diperbarui: 14 Juni 2025   13:35 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: korosi pada sebuah keris yang terjadi secara alami (dokumentasi pribadi)

Keris sebagai warisan budaya Nusantara menyimpan banyak nilai historis dan filosofi. Namun, sebagaimana benda logam pada umumnya, keris juga rentan terhadap proses alamiah berupa pelapukan atau korosi. Pada keris-keris tua yang berusia ratusan tahun, korosi sering kali menjadi fenomena yang tidak terhindarkan, apalagi jika keris tersebut mendapatkan perawatan yang kurang baik. Korosi dalam hal ini dapat menjadi indikator penting dalam menilai apakah sebuah keris dirawat dengan baik atau justru diabaikan selama bertahun-tahun.

Secara alami, korosi pada keris terjadi akibat interaksi logam besi dengan kelembaban udara, air, dan unsur-unsur lain yang dapat mempercepat proses oksidasi. Bila bilah keris tidak dirawat secara berkala---seperti tidak dilumuri minyak pelindung atau dibiarkan dalam lingkungan yang lembab---maka proses karat atau korosi pun berlangsung secara progresif. Dalam kondisi seperti ini, munculnya karat bisa menjadi salah satu petunjuk bahwa keris tersebut memang telah lama tidak dirawat atau mungkin memang sangat tua.

Namun, korosi juga bukan satu-satunya tanda bahwa sebuah keris berusia tua. Dalam beberapa kasus, terdapat upaya dari pihak tertentu untuk "menua-kan" penampilan keris agar terlihat seperti keris sepuh atau antik. Salah satu caranya adalah dengan mempercepat proses pelapukan logam menggunakan bahan kimia tertentu Teknik ini kerap dilakukan oleh oknum yang ingin menjual keris biasa dengan harga tinggi, karena tampilan yang tua dan berkarat sering kali dianggap memiliki nilai lebih oleh pembeli yang belum berpengalaman.

Pelapukan buatan ini menghasilkan korosi yang sekilas sangat mirip dengan korosi alami. Bahkan bagi mata awam, membedakan keduanya bisa menjadi hal yang sulit. Padahal, ada perbedaan mendasar antara korosi alami dan buatan. Pada keris yang benar-benar tua, korosi biasanya tidak merata. Ketidaksamaan ini muncul karena faktor perbedaan kekerasan logam antara bagian pamor dan bagian besi baja. Perbedaan ini menyebabkan daya tahan terhadap korosi juga berbeda-beda, sehingga lapisan-lapisan halus bisa terbentuk secara alami antara pamor dan besi bilah.

Sementara itu, pelapukan buatan---khususnya yang dilakukan dengan cara perendaman dalam bahan kimia---cenderung merusak bilah secara keseluruhan. Tidak ada perbedaan signifikan antara pamor dan besi, karena semua bagian bilah terpapar bahan yang sama. Akibatnya, permukaan keris bisa tampak aus secara menyeluruh dan kehilangan struktur pamor yang semestinya muncul sebagai ciri khas keris sepuh.

Kondisi ini menyisakan tantangan tersendiri bagi para kolektor atau pecinta keris. Mereka harus mampu membedakan antara korosi alami, dengan korosi buatan yang bertujuan menipu penampilan. Dalam hal ini, pemahaman mendalam tentang karakteristik besi, struktur pamor, dan pola pelapukan menjadi sangat penting. Di sinilah letak pentingnya ilmu "tanting"yakni kemampuan menilai ciri fisik dan teknisnya, termasuk dari aspek korosi.

Meskipun korosi tidak dapat dijadikan satu-satunya penentu apakah sebuah keris sepuh atau tidak, namun aspek ini tetap bisa menjadi acuan awal dalam proses penilaian. Hal ini karena tidak semua pemilik keris mampu atau sempat merawat bilah pusaka mereka secara rutin. Maka, keberadaan korosi dalam jumlah dan pola tertentu dapat menunjukkan sejauh mana keris tersebut telah melalui perjalanan waktu dan perawatan.

Dengan kata lain, korosi pada keris merupakan pisau bermata dua. Di satu sisi, ia bisa menjadi penanda usia dan keaslian, namun di sisi lain ia juga bisa menjadi jebakan visual yang menyesatkan. Oleh karena itu, pengamatan dan pengetahuan yang mendalam tetap menjadi bekal utama dalam menilai dan menghargai keris  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun