Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Persib Bukan Sekadar Tim Sepak Bola

25 Januari 2017   12:19 Diperbarui: 26 Januari 2017   09:24 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Live Report Lapangan Sepakbola Lodaya, Bandung. (dokumentasi pribadi)

Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung atau disingkat Persib merupakan identitas masyarakat kota kembang bahkan Jawa Barat. Klub sepak bola yang pada masa penjajahan Belanda masih bernama Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) ini menjelma menjadi kekuatan terbesar sepak bola nasional, bisa dibilang besar karena fanatisme pendukungnya yang luar biasa.

Kata ‘luar biasa’ dibuktikan pada latihan perdana Maung Bandung pasca libur kompetisi ISC 2016-17, Lapangan Sepakbola Lodaya dikerumuni masyarakat bola yang menamakan dirinya sebagai Bobotoh. Para Bobotoh seperti sudah dikoordinir untuk memadati setiap sisi lapangan sore itu. Dengan catatan hanya latihan perdana, saya jadi tak bisa menyimpulkan apa yang terjadi di lapangan, apakah itu bentuk rasa cinta atau kerinduan belaka terhadap para idola yang jika dihitung-hitung belum genap sebulan mereka liburan dari sepak bola.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sore itu latihan masih dipimpin oleh asisten pelatih Herrie ‘Jose’ Setiawan mengingat pelatih kepala Djanur tengah mengambil lisensi A AFC di Thailand. Terlihat coach Jose begitu bekerja keras dalam latihan yang dilangsungkan dalam durasi dua jam itu, sembari sesekali berintruksi kepada pemainnya, dia memasang keperluan latihan sekaligus menjadi security lapangan mengingat Bobotoh tak bisa dibendung hingga melebar ke pinggir lapangan tempat Hariono dan kolega berlatih. Intruksinya seakan terbelah dua, kepada penonton dan pemain.

“Tong sisi teuing rada munduran.” (jangan terlalu masuk, agak munduran), Jose terus berintruksi sambil menyusuri pinggir lapangan. “Puhara, ngalatih teh bari ngarangkap security kieu”. (Ampun, melatih sambil merangkap security gini), coach Jose terus menggerutu seolah-olah mengajak berguyon kepada bobotoh yang hadir.

Coach Herrie 'Jose' Setiawan melakukan pengamanan. (dokumentasi pribadi)
Coach Herrie 'Jose' Setiawan melakukan pengamanan. (dokumentasi pribadi)
Sedangkan saya masih saja terfokus kepada gerombolan anak kecil yang tengah asyik berdiskusi tak ubahnya bobotoh senior, para bobotoh cilik itu mengangkat topik yang lumayan sedikit berat menurut saya, mengenai teka-teki calon pengganti yang sepadan untuk Marcos Flores. Ketika mereka menyebut nama Alex Willian Costa sebagai sosok yang pas untuk mengantikan Marcos saya seketika terperangah dan terkaget. Bagaimana bisa bocah-bocah itu menganalisa secara mendalam permainan pemain yang sebelumnya tidak pernah sama sekali beredar di kompetisi nasional.

Beberapa menit kemudian, sosok yang tengah dibicarakan onggokan bobotoh cilik itu membelah keseriusan berdiskusi mereka. Ya, Alex Willian masuk ke lapangan secara terpisah dari rombongan tim, Ia datang sedikit telat bersama seorang agen-nya. Bobotoh mendadak pecah, gemuruh tepuk tangan pun seolah menyambut kedatangan pemain yang kabarnya tak diminati dan saat ini sudah dikembalikan ke Negara-nya, seakan-akan segala keriuhan itu menjelaskan bahwa; Selamat bergabung, inilah Persib! Alex melambaikan tangan ke sekeliling yang hadir, untuk kemudian bergabung dengan rekan-rekannya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Tak berselang lama manajer H. Umuh Muchtar terlihat di lapangan Lodaya yang digelayuti awan mendung itu. Ia memang sengaja hadir untuk memantau permainan Alex. Ketika hujan mulai turun saya ikut berteduh di bench bersama sang manajer. Di sana, saya mendengar beberapa petikan percakapan menarik antara agen dan pak Haji yang kemudian diakhiri dengan kata, “Nanti dilihat dulu,” saat agen Alex bertanya, ‘Bagaimana pak?’

Hujan deras tak mampu mengusir bobotoh yang hadir dari tempat duduknya. Alih-alih pergi, bobotoh malah makin riuh seakan mereka bernostalgia dengan ‘sepak bola dan hujan’. Apalagi ketika Alex Willian mencetak gol dengan cara ciamik ‘setengah voly’ di sesi latihan game. Semua yang hadir berteriak; Bungkus pak haji! Seolah meminta manajemen menjalin kesepakatan dengan pemain asal Argentina saat itu juga.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sesi latihan pun berakhir pukul 18.00 WIB, pemain berlarian menuju bus via akses pintu belakang lapangan. Tetap saja, beberapa pemain tertahan di lapangan untuk dimintai foto dan tanda tangan oleh bobotoh yang menyerbu ke tengah lapangan. Aksi kejar-kejaran pun tak bisa lagi dihindarkan antara bobotoh dan pemain.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Tak sampai disitu, beberapa bobotoh yang merasa tak puas langsung mendatangi Mess Persib di jalan Ahmad Yani, Sidolig. Mereka menunggu hingga malam untuk bisa bertemu sang idola. Pria, wanita, anak kecil semua berkumpul di teras depan Mess Persib. Beberapa pemain segan untuk keluar karena ditunggu oleh massa yang tidak sedikit, ada yang memutuskan untuk menginap di mess, ada pula yang nekat turun untuk pulang ke rumah dan mereka harus menyamar dengan menggunakan helm plus masker.

Deden Natshir saat tengah menyamar menggunakan helm (dokumentasi pribadi)
Deden Natshir saat tengah menyamar menggunakan helm (dokumentasi pribadi)
Bobotoh memang jeli, sekalipun menyamar para tetap tertangkap basah (ketahuan). Dan permintaan foto pun tak bisa lagi dihindarkan. Tony Sucipto, Made Wirawan, Deden Natshir, Alex Willian, Gian Zola, Febri Haryadi, dan pemain lain tersendat di teras mess saat perjalanan menuju pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun