Ah, meracau lagi. Mungkin siang sudah terlampau terik dan isi kepala terlalu berkecamuk. Namun tidak juga, saya tak berada lagi di jalanan atau merasa kepanasan di atas motor dan bikin kepala melantur.Â
Sebab saya tengah berada di warung kopi seraya mendengarkan senandung "Lagu Kesepian"-nya sang loper koran. Sepi dalam harfiah yang sebenarnya. Seabreg koran di tengah jalanan kota yang sepi dan pintu-pintu rumah yang makin terkunci.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!