Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Beban Juara AFF Cup di Pundak Tiga Sekawan Primavera

2 November 2018   14:02 Diperbarui: 2 November 2018   17:13 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain timnas Indonesia meluapkan kegembiraan setelah berhasil mencetak gol saat bertanding melawan Thailand pada laga final Piala AFF Suzuki Cup 2016 leg pertama di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (14/12/2016). (KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO)

Namun, segala upaya Riedl di tahun 2016 berbuah naas, meskipun Ia sudah bisa membujuk Boaz untuk bergabung dengan timnya, Indonesia tetap kalah di final dan membuatnya kembali merasakan dj vu.

Perjalanan Riedl di Indonesia berakhir tanpa senyuman. Ia merasa sepakbola Indonesia tidak berprogres sama sekali setelah ditangani dirinya. Bukan perkara gelar spesialis runner up melainkan stuck secara menyeluruh. 

Masalahnya masih itu-itu saja, terlepas dari faktor usia rasa-rasanya Riedl enggan kembali lagi ke Indonesia jika PSSI memerlukan bantuannya. Ia sudah belajar banyak dari permasalahan yang dialaminya, bahkan kita pun bisa memetik pelajaran kenapa Indonesia masih sulit sekadar juara AFF Cup.

Butuh Reformasi

"Gaji tiga pelatih Timnas Indonesia sempat ditunggak oleh PSSI". Itulah topik yang diangkat beberapa halaman utama koran dalam kurun waktu satu minggu ini. Selain itu, dihalaman berikutnya harian olahraga terkemuka juga menerbitkan judul "PSSI Dikejar Hutang". Hal tersebut terungkap setelah Luis Milla diputus kontrak dan beberapa hari jelang Timnas Indonesia berlaga di AFF 2018.

Saya kira hanya Gaji Milla dan jajarannya saja yang ditunggak, karena jika hitung-hitungan nominal memang wajar kemudian PSSI kewalahan memfasilitasi pelatih sekaliber Milla. Ternyata beberapa minggu berselang pasca pemecatan itu beredar tunggakan lain PSSI terhadap dua pelatih Timnas kelompok umur. Fahri Husaini dan Indra Sjafri, namun keduanya tak lantang bersuara. Seolah mereka paham dengan kebiasaan federasi.

Hal tersebut memunculkan tanda Tanya besar. Kemana mengalirnya uang sanksi dari Komisi Disiplin? Tentu bicara laporan keuangan kita berurusan dengan masalah transparansi Sekjen Ratu Tisha beserta jajarannya kepada publik. Apalagi ada dana-dana yang mengalir dari pemerintah  (APBN), termasuk juga kucuran dana dari FIFA, AFC, AFF, dan lembaga lainnya.

Selain persoalan transparansi. Belakangan ini PSSI dikejar hutang personal oleh La Nyalla Mattalitti sebesar 13,9 miliar. Runyamnya lagi, bukan kepada mantan ketua PSSI saja mereka memiliki hutang, berdasarkan temuan Save Our Soccer (SOS) ada juga utang piutang pribadi seperti kepada Nirwan D. Bakrie, Joko Driyono.

"Anehnya, pinjaman tersebut banyak yang tidak disertai surat perjanjian tertulis secara formal, tidak dikenakan bunga, dan tidak disertai tahapan prosedur pembayarannya. Ini sejatinya sangat riskan dan membuka terjadinya manipulasi data. Akuntabilitas utang patut dipertanyakan. Bukan mustahil malah menjadi tempat #moneylaundry", tulis Akmal Marhali selaku ketua SOS di akun instagramnya.

"Bukan hanya utang personal, PSSI juga berutang kepada sejumlah promotor, maupun pihak pengadaan barang dan jasa, wasit bahkan klub. PSSI wajib membukanya kepada public terkait semua utang yang dimilikki agar tak ada manipulasi. Dan, yang menarik semua utang sejak jaman Nurdin Halid, Djohar Arifin, La Nyalla, dan Edy Rahmayadi selalu ada sosok Joko Driyono, dengan sejumlah jabatan yang dimilikinya setiap era. Baiknya, pak Jokdri membukanya secara transparan untuk menjaga wibawa dan juga TRUST kepada federasi", lanjutnya.

Terlepas dari catatan utang piutang,, bukan berarti pula PSSI tanpa kinerja positif sejauh ini. Maraknya kursus lisensi kepelatihan dari C AFC, B AFC, A AFC, serta digulirkannya kompetisi Elite Youth Academy Liga 1 U-16 sangat layak kita apresiasi. Pun dengan cetak biru sepakbola Indonesia dari Dirtek PSSI. Filosofi sepakbola Indonesia atau disingkat FILANESIA merupakan terobosan baru di era PSSI hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun