Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wangsit Ki Lurah Semar

21 Juni 2016   07:43 Diperbarui: 21 Juni 2016   08:04 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: commons.wikimedia.org

Suatu hari lewat tengah malam bulan puasa, Paido tiba-tiba terjaga dari tidurnya. Ia merasa baru saja mendapat wangsit fiksi audiovisual bergambar Semar bergigi tunggal. Kalimat berbunyi"when fasting, your enemy is your own kitchen" terus menggema di hatinya. Menilik waktu mimpinya, ia memastikan itu puspa tajem jenisnya, mimpi yang memiliki makna.

Diingatnya pesan mimpi tadi, dicobanya untuk meraba-raba dan menarik maknanya. Ia kerahkan segenap ingatan dan kemampuan berpikirnya. Langkah awal adalah menerjemahkannya menjadi "saat puasa, musuhmu adalah dapurmu sendiri".

Paido merasa itulah maknanya. Sekilas memang benar adanya. Kalau ia punya anak yang belum bisa puasa, makanan untuk si anak tentu dibuat di sana, di dapurnya. Dengan hidangan penuh gizi yang ada, dapur bisa jadi sangat menggoda iman orang yang sedang berpuasa, meski itu orang yang memasaknya. Aroma dan penampakan dapur berpotensi 'membatalkan' puasa. Tapi kalau dapur sendiri sampai di-"sweeping" sendiri, apa kata dunia? Paido masih ragu dengan penafsirannya. Ia perlu second, third, atau bahkan tenth opinion untuk menafsirkan mimpinya. Ia butuh orang yang luas wawasannya dari segi budaya dan bahasa. Akan dicobanya mencari dan menemui mereka keesokan harinya.

Paido senang, hasil konsultasinya dengan para budayawan polyglot menghasilkan penafsiran lebih presisi. Kata mereka, gambar Semar merupakan bagian dari petunjuk arti, karakter Semar mewakili budaya Jawi. Hanya saja pasti ada kata kunci yang menunjukkan bagian inti.

Paido merasa mendapat pencerahan. Pesan wangsit mimpi itu kembali disusun dan dikonstruksinya. Hasilnya sebuah kalimat berbahasa Jawa KW yang berbunyi:

"Yen lagi pasa, musuhmu kuwi dhapurmu dhewe‼"

Paido puas. Meski sederhana, tafsir mimpinya tentang pesan Ki Lurah Semar memiliki makna amat luas. Bahwa puasa Ramadan itu urusan pribadi. Kalau berpuasa dan ingin cari musuh, carilah di dalam diri sendiri. Kalau puasa dan ingin sekali perang, perangi saja hawa nafsu pribadi. Bukankah ini jihad terbesar yang dimaksud para ustad dan kyai? Jadi, tak usah mencari musuh di luar diri, apalagi sampai ke luar negeri.

happy fasting
 #lengip_edition

–
Catatan:
Dalam bahasa Jawa, "dhapur" dapat berarti wajah/perwajahan, tekstur atau arsitektur. Kata ini umum digunakan untuk mendeskripsikan rumah, keris, dan tombak pusaka. Kalau digunakan untuk mendeskripsikan manusia, berarti wajah, proporsi tubuh, profil, atau perawakan; tapi biasanya terkandung dalam paket makian/kasar.

Eg: Dhapurmu! (Jawa) ~ Muke lu! (Betawi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun