"Itu apa, Pak? Mau buat apa?"
Kulihat Bapak tengah memasukkan sobekan-sobekan kertas kecil ke dalam plastik-plastik bening yang masing-masing berisi sesuatu berwarna coklat seukuran biji kopi.
"Ini tanah dari tempat-tempat angker di desa kita," jawab bapak sambil meneruskan aktivitasnya.
"Mau buat apa? Sobekan kertas-kertas itu?" kembali aku bertanya.
"Ini kertas keterangan lokasi tanahnya. Mau Bapak bawa ke Pak Kartono, biar dideteksi isinya apa." Bapak bercerita sambil senyam-senyum senang. Aku penasaran.
"Tanah itu? Ada isinya? Apa isinya?"
"Bisa akik, keris, atau benda jimat lainnya. Pak Kartono itu orang pintar, baru pindah ke desa tetangga. Dia bisa mendeteksi apakah di suatu tempat ada benda gaibnya atau tidak hanya dari secuil tanahnya, seukuran yang Bapak plastiki ini."
"Diapakan tanahnya?"
"Dipegang, ditempelkan ke dahinya, lalu dia sebutkan isinya apa."
"Bapak membuktikan sendiri?"
"Ya. Kemarin diajak Giman ke sana. Bapak lihat cara deteksinya, Giman bawa tanah kuburan simbahnya. Katanya ada wesi kuning-nya."