Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kyai Ano Gagal Prediksi Pemimpin Negeri

2 Juni 2019   06:10 Diperbarui: 2 Juni 2019   06:31 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
publicdomainvectors.org

Ini cerita jadul. Berawal dari kisah tentang seseorang yang disebut Kyai Ano. Orangnya lembut, tetapi jenaka. Hidupnya sederhana, tak masyhur, tak populer. Pokoknya tak terendus media massa. Tapi ia sering jadi tempat bertanya bagi orang-orang alim, baik yang benar-benar mengenalnya maupun yang baru tahu kabarnya saja sebelumnya.

Kyai Ano dianggap ulama yang mumpuni ilmu rohaninya, sangat tajam mata batinnya. Selain ditengarai mampu menebak pikiran orang yang datang padanya, Kyai Ano dianggap memiliki kemampuan memprediksi masa depan. Dengan akurat tentu saja. Karena kalau sekadar memprediksi masa depan, siapa pun bisa, dengan margin error semaunya.

Banyak pihak yang sudah membuktikan kesaktian Kyai Ano. Sebagian merasa terbantu dengan sarannya, sebagian lagi merasa terselamatkan oleh nasihatnya. Anehnya, kekeramatan Kyai Ano tidak terpublikasikan secara masif. Mungkin karena media jauh lebih tertarik pada masalah politik.

Namun, ada peristiwa yang sedikit menodai kekeramatan Kyai Ano. Paling tidak di mata pengagumnya. Ceritanya waktu ada gelaran Pilkadip (Pemilihan Kepala Kadipaten) di Kadipaten Karepem, suatu wilayah sekitar pesisir utara pulau Jawa. Kebetulan calonnya cuma 2 pasang.

Saat itu salah satu pendakwah populer yang menurut pengakuanya bukan tim sukses maupun simpatisan pasangan calon adipati dan patih manapun mendatangi Kyai Ano. Sekadar silaturahmi, katanya.

Sebagai orang yang memiliki kepekaan nurani tinggi, Kyai Ano sudah dapat memprediksi arah kemauan si pendakwah. Maka dengan arif ia bercerita. Bahwa ia mendapat petunjuk gaib berupa mimpi. Ia pun membisikkan sebuah nama, Ratmoko... Ratmoko.. Ratmoko.. Ratmoko.. Ratmoko. Sang kyai mengaku lima kali bertemu dengan orang itu dalam mimpinya.

Si pendakwah girang bukan kepalang. Info itu sesuai benar dengan kata hatinya, sesuai benar dengan cita-cita politiknya. Namun ia masih jaim, jaga image. Ia tidak memperlihatkan kegirangannya pada Kyai Ano hingga akhirnya pamit dan meninggalkan kediaman sang kyai.

**

Dengan penuh sukacita sang pendakwah mendatangi calon adipati idolanya. Disaksikan ribuan pewarta dari segala penjuru negeri, si pendakwah memaparkan hasil pertemuannya dengan sang kyai "keramat". Rakyat Kadipaten Karepem pun heboh. 

Pendukung calon Adipati Ratmoko makin mantap dengan dukungannya, pengikut si pendakwah yang tadinya mengaku netral itu pun sebagian besar meyakininya. Bahwa Ki Ratmoko adalah calon Adipati pilihan Tuhan. 

Ki Ratmoko panen tambahan dukungan. Legitimasi langit yang didoktrinkan si pendakwah meski dengan malu-malu meong terbukti tertanam kuat di otak kanan sebagian rakyat.

Anehnya, pada laga penentuan, si calon Adipati Ratmoko justru tak mampu mengungguli rivalnya yang berjuluk Ki Lurah Petahana. Ajian Lembu Sekilan Reloaded yang dimiliki Ki Lurah Petahana berhasil mementahkan serangan Ki Ratmoko, bahkan membalikkan semua serangan itu pada penyerangnya.

Meski Ki Lurah Petahana terlihat diam saja waktu diserang, Ki Ratmoko justru bolak-balik terhuyung, berteriak-teriak kesakitan, lalu jatuh sendiri. Setiap kali memukul, pukulannya berbalik menonjok mukanya sendiri hingga bengkak gembil. 

Setiap kali ia menendang, pantatnya sendiri yang nyeri-nyeri seperti disepaki orang satu kesebelasan.. plus wasit, hakim garis, dan para anak gawang. Saking marahnya, Ki Ratmoko pun merapal ajian impor pamungkasnya yang bernama Kobela-Bela Tekasing.

Normalnya, ajian milik Ki Ratmoko itu dirapal sambil menepuk tanah tiga kali. Tapi, berhubung emosi, Ki Ratmoko sekaligus ingin pamer kekuatan di hadapan semua yang menonton. Maka ia pun mendekati meja panitia pertandingan. Dalam hitungan detik ia pun menggebrak meja panitia pertandingan sambil lantang meneriakkan kata,

"KOBELA-BELA TEKASING!!!"

Ajaib! Tiba-tiba dari arah belakang Ki Ratmoko muncul jin blangkon kecil kurus tua sambil mengangkat kedua tangannya membentuk capit kepiting. Jin Yuyu kangkang kata orang Jawa.

Ki Ratmoko terkejut. Tak menyangka yang keluar dari ajian pamungkasnya makhluk seperti itu. Normalnya, yang keluar adalah raksasa kecil semacam candabirawa-nya Prabu Salya dalam kisah pewayangan. Raksasa kecil yang jika dibunuh musuh akan hidup lagi berganda-ganda banyaknya. Mati satu tumbuh seribu kalau kata orang partai yang baru saja ditinggal mundur salah satu kader terbaiknya yang jadi bupati di Pulau Dewa. Tapi ini?

Ki Ratmoko kebingungan. Kenapa raksasa kecil yang biasa disebutnya Kobela-Bela itu mungkret, mengkerut nyaris seukuran jenglot. Dan lebih heran lagi ternyata ajiannya itu sama sekali tak berguna, tidak mampu membantunya melawan musuhnya. Hanya menyeringai ke kanan-kiri sambil memamerkan gestur capitnya dan lidahnya yang ternyata juga bercabang dua.

Sementara itu Ki Lurah Petahana hanya tersenyum geli menyaksikan ajian lucu Kobela-Bela milik Ki Ratmoko. Ajian itu seperti boneka tua yang aneh, sama sekali tidak menakutkan baginya. Tapi justru itulah kuncinya. Kobela-Bela hanya efektif berfungsi kalau diserang dan dilukai. 

Kalau disenyumi, ia malah ketakutan setengah mati. Maka begitu Ki Lurah Petahana mencoba mendekati, si Kobela-Bela lari terbirit-birit lalu mendekap kaki majikannya, Ki Ratmoko, hingga sarungnya nyaris lepas.

Ki Ratmoko kaget bukan kepalang. Sarung itu menutupi rahasia besar dirinya. Kalau sampai rahasia besar di balik sarungnya itu terekspos publik, bisa hancur reputasinya seketika. Melihat gelagat kurang menguntungkan itu, Ki Ratmoko memutuskan untuk lari meninggalkan gelanggang pertarungan. Tapi bukan cuma itu. 

Ki Ratmoko sempat memaki-maki panitia curang. Ia merasa ada konspirasi besar yang menyebabkannya kalah bertarung secara memalukan. Ki Ratmoko pun menghilang dengan diikuti para pendukung, abdi, bekasaan, dan prajineman-nya. Termasuk si tua Kobela-Bela produk gagal ajiannya. Konon ia mempersiapkan sebuah kudeta.

Singkat cerita, panitia pemilihan Adipati-Patih Kadipaten Karepem memutuskan bahwa pemenang kontes adalah Ki Lurah Petahana dan Patih pendampingnya. Pasangan itu berhak memimpin Kadipaten Karepem untuk 10 tahun ke depan.

Ada banyak romantika yang terjadi setelahnya, tapi yang akan diceritakan di sini adalah fenomena prediksi kyai keramat yang disampaikan oleh pendakwah paling mashyur di Kadipaten Karepem. Prediksi yang oleh sebagian orang dianggap terbukti tidak akurat. 

Prediksi yang secara fakta mestinya mempermalukan dan menghancurkan kredibilitas si pendakwah yang menyampaikannya pada Ki Ratmoko secara life dan lugas.

Berbekal rasa penasaran, serombongan orang dari Kadipaten Karepem pun menyelidik ke sana kemari, mencari informasi siapa sebenarnya sumber ide si pendakwah dalam mendukung Ki Ratmoko. 

Karena si pendakwah sendiri bungkam sejuta bahasa soal itu. Akhirnya, meski dengan berbagai cara berliku, mereka menemukan juga nama Kyai Ano lengkap dengan alamatnya. Mereka pun meminta izin untuk audiensi.

Berbeda dengan prasangka di hati mereka semua, ternyata Kyai Ano menyambut dengan riang gembira, bahkan tertawa-tawa. Di sela-sela tawanya itu Kyai Ano bertanya,

"Kalau ada kontes yang diikuti hanya dua kontestan dan aku menyebutkan salah satu nama kontestan itu, menurut kalian, apakah yang kusebut itu kontestan yang bakal menang atau yang bakal kalah?"

Dasarnya memang cerdas-cerdas, rombongan itu pun seketika paham. Tetapi ada di antaranya yang dengan kritis kembali bertanya," Tapi mengapa kyai memilih untuk menyebutkan nama Ki Ratmoko pada pendakwah kami?"

"Karena nama itu yang ada di kepalanya, di otaknya. Sejak awal dia sudah memilih nama itu. Aku hanya menyebutkan saja. Kalau ia bertanya lebih lanjut, aku akan menjelaskannya. Toh ia tidak bertanya lagi dan menyimpulkan sendiri. Menyimpulkan sesuai keinginannya sendiri."

"Baik. Tapi bukankah kyai menyatakan berkali-kali ketemu dengan Ki Ratmoko dalam mimpi? Bukankah itu petunjuk valid bagi seseorang setaraf Anda, kyai? Petunjuk valid bahwa itu sinyal Ilahi?"

Kyai Ano kembali tertawa. Kali ini lebih keras dan lepas, lalu menjawab, "Kalian tahu, mimpi itu benar adanya. Dalam mimpiku Ratmoko datang menemuiku..."

"Nah, itu!!" salah satu anggota rombongan memotong pembicaraan Kyai Ano. Kyai Ano kembali tertawa geli.

"Ah, kalian sama saja dengan pendakwah kalian itu. Di kepala kalian cuma ada nama Ratmoko.. Ratmoko.. Ratmoko. Semua hal akan kalian giring pada kesimpulan bahwa Ratmoko yang akan menang. Seakan kontestan yang lain tak ada artinya!"

"Lho, apakah Ki Lurah Petahana juga datang dalam mimpi Anda, Kyai?"

"Tidak!"

"Nah, itu? Kyai sendiri tidak punya bukti atau alibi yang mengarah ke kemenangan Ki Lurah Petahana, kan?"

Kyai Ano yang aslinya bernama lengkap Anonim itu terlihat gemas, lalu dengan suara menggelegar menandaskan,

"Kalau itu yang kalian maksud, Lurah Petahana memang tidak datang menemuiku dalam mimpi. Tapi justru aku sendiri mendatanginya dalam mimpinya. PAHAM KALIAN?"

Kali ini semua anggota rombongan terdiam ketakutan. Nyali mereka mengkeret. Nyali yang semula sebesar genderuwo tiba-tiba mungkret menjadi sebesar jenglot.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun