Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Alasan Hakim Tidak Memvonis Mati atau Seumur Hidup

28 Oktober 2016   06:37 Diperbarui: 28 Oktober 2016   08:14 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di TV masih ribut, dan masih akan terus riuh polemik tentang vonis Kamis sore kemarin. Malamnya setelah vonis, talk show menghadirkan orang-orang yang masih panas keberpihakannya pada yang berkepentingan di pengadilan. Reporter masih akan terus mengorek berita dari pihak-pihak yang terlibat, bahkan dengan tema pertanyaan yang cenderung lebay, basi, dan menyebalkan.

Melalui rangkaian sidang berbulan-bulan yang pastinya melelahkan bagi yang menjalankan, akhirnya vonis hakim dibacakan. Terdakwa yang sudah lama terpenjara di ruang tahanan selama periode persidangan terlihat tidak menerima keputusan. Apalagi penasihat hukumnya.

Memang beredar kasak-kusuk di masyarakat yang menyuarakan keganjilan. Ada yang beranggapan jaksa tak yakin pada tuntutan, tak yakin terdakwa dapat terbukti bersalah secara meyakinkan. Karena hanya menuntut 20 tahun hukuman kurungan, bukan hukuman mati atau seumur hidup.

Apapun itu, hakim akhirnya mengabulkan tuntutan jaksa, tanpa menambah atau menguranginya. Terdakwa divonis 20 tahun penjara, potong masa tahanan. Banyak pihak yang tak puas dan cenderung meragukan. Karena jika hakim yakin terdakwa terbukti secara meyakinkan melakukan pembunuhan berencana, mengapa tak dihukum mati atau paling tidak seumur hidup saja?

Lepas dari itu merupakan prerogatif hakim, bolehlah kita menebak alasannya. Alasan paling sederhana adalah karena para hakim kebingungan menghitung konversi potongan masa tahanannya.

Kalau melihat kenyataan, persepsi keadilan di dunia memang tidak universal. Sesuatu dianggap adil hanya oleh golongan yang tuntutannya terpuaskan. Makanya tak usah terlalu heran, Kawan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun