Mohon tunggu...
Gielang FM
Gielang FM Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perubahan

22 November 2023   19:37 Diperbarui: 22 November 2023   19:41 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu langit senja menunjukkan bahwa hari akan mulai berganti. Gemuruh angin di sekitar rumah Ardi, membuatnya termenung. "Apakah ini sungguh Kota mewah, megah, dan sempurna yang dibicarakan dalam berita-berita itu?" gumam Ardi sambil memandangi rel kereta yang berada sekitar 1km di seberang teras rumahnya. Bisa jadi itu bukan semua rumah, melainkan gubuk yang sudah renta dan entah sampai kapan bisa betahan di pinggiran kota yang tidak terurus. Pada akhirnya, Ardi masuk ke kamar kecilnya dan memutuskan untuk tidur dan memulai hari esoknya.

Ardi merupakan seorang lulusan SMA, tepatnya dia berusia 18 tahun. Tak pernah merasakan nikmatnya perayaan ulang tahun, makanan enak, sekolah dengan fasilitas memadai, bahkan tidur tanpa digigit nyamuk. Orang tuanya merupakan seorang serabutan yang bekerja disaat mereka dibutuhkan orang lain. Tidak ada tempat yang mau menerima lulusan SMA seperti orang tua Ardi di kota dengan penuh kemegahan.

Keesokan paginya, Ardi terbangun dengan kepala yang pusing berputar-putar. Ia merasa seperti telah memikirkan mengenai sesuatu walaupun ia tak tahu apa yang dipikirkannya. Sepanjang malam ia hanya tertidur dalam mimpinya. Namun entah mengapa, Ardi mendapat keinginan bahwa ia harus pergi ke pusat kota. "Ini kenapa aku punya keinginan untuk pergi ke pusat kota? Mimpi apa ya aku semalam?" ujar Ardi yang tenggelam dalam pikirannya. Tak lama setelah itu, ibu Ardi memanggilnya untuk sarapan di ruang tamu yang bahkan tidak ada mejanya. Mereka sudah terbiasa dengan hal tersebut dan justru lebih menikmati makan di lantai sambil berbincang-bincang. Lantas, Ardi tiba-tiba melontarkan keinginannya untuk pergi ke pusat kota kepada orang tuanya. Orang tua Ardi terdiam sejenak dan tidak tahu ingin berkata apa. Mereka hanya berkata bahwa biaya hidup di pusat kota jauh lebih tidak masuk akal daripada hidup di pinggiran kota kumuh seperti ini. Namun, Ardi hanya ingin mencoba untuk pergi ke sana. Mungkin keberuntungan akan berpihak kepadanya? Siapa tahu mengenai hal tersebut. Segera setelah selesai makan, Ardi pun bergegas kembali ke kamarnya dan mencoba mencari segala tabungan yang ia miliki. Tak disangka-sangka, ia memiliki Rp. 1.500.000 sebagai tabungannya selama ia sekolah dulu. Ardi pun membawa seluruh uang itu kembali ke ruang tamu dan kembali membicarakan hal ini kepada kedua orang tuanya. "Pak, buk, ini tabungan Ardi selama sekolah dari SD sampai SMA dulu. Ardi jarang banget jajan entah kenapa. Mungkin tuhan sudah membimbing Ardi untuk hal ini." Ujar Ardi dengan sopan kepada kedua orang tuanya. Mata kedua orang tuanya saling bertatapan, mereka akhirnya merelakan Ardi untuk mencoba pergi ke pusat kota dan membuat nasibnya menjadi lebih baik. Mereka juga tak ingin Ardi berada dalam jalan cerita yang sama seperti yang mereka hadapi selama ini. Akhirnya orang tua Ardi pun memberi tambahan uang saku sebesar Rp 200.000 untuk ongkos Ardi pergi ke pusat kota.

Satu hari berlalu setelah Ardi meminta izin kepada kedua orang tuanya. Dia sudah siap dengan segala barang keperluannya dan akan pergi ke halte bis di dekat daerahnya. Akhirnya, dia berpamitan kepada kedua orang tuanya dan menuju ke halte bis tersebut dengan ojek online yang dia pesan dari gadgetnya. Di halte bis, dia tidak sengaja menabrak bapak-bapak berumur 40 tahunan karena dia sibuk memperhatikan halte bis tersebut. Bapak-bapak tersebut santai terhadap ketidaksengajaan Ardi dan akhirnya mereka pun berkenalan. Nama bapak itu adalah Pak Yanto. Setelah berbincang-bincang, mereka berdua akhirnya duduk bersebelahan dalam bis tersebut karena ternyata mereka memiliki tujuan yang sama yaitu pusat kota. Tiga jam berlalu, Ardi dan Pak Yanto akhirnya sampai di halte bis pusat kota dan Ardi pun memandangi indahnya pusat kota yang selama ini ia tak pernah kunjungi. "Ini pusat kota benar-benar seperti yang ada dalam berita. Mewah dan megah." Ujarnya dalam hati. Setelah selesai mengemasi barang-barangnya dari bagasi bis, Ardi dan Pak Yanto pun harus berpisah karena tujuan mereka sudah berbeda mulai sekarang. Ardi pergi ke tempat yang menerima lowongan pekerjaan sedangkan dan Pak Yanto hanya bilang dia akan pergi ke rumahnya.

Ardi menyewa kos-kosan termurah di pusat kota dan berusaha sehemat mungkin dalam pengeluaran sampai dia benar-benar mendapat suatu pekerjaan. Namun nasib tidak berkata demikian, hingga hari terakhir, dia tidak mendapat pekerjaan apapun disana. Tabungannya sudah sangat menipis, bahkan hanya cukup untuk dia pergi pulang ke rumahnya di pinggiran kota. Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk berkeliling untuk terakhir kalinya dan mencoba mencari pekerjaan. Hingga dia Kembali bertemu dengan Pak Yanto. Ternyata, Pak Yanto merupakan seorang pengusaha di pusat kota yang terbilang cukup sukses. Tanpa berpikir panjang, Pak Yanto pun menerima lamaran pekerjaan Ardi karena dia masih mengingat betul bagaimana dia hidup di pinggiran kota bersama kedua orang tuanya yang dia ceritakan sesaat setelah dia telah berada di bis bersebelahan dengan Pak Yanto.

Tak terasa, 6 bulan berlalu setelah Ardi diterima untuk bekerja sebagai pelayan di salah satu restoran Pak Yanto di pusat kota. Dalam pengamatan manajer restoran maupun Pak Yanto yang melakukan kunjungan bulanan rutin, Ardi tak pernah Nampak bermalas-malasan dalam bekerja. Selalu penuh dengan determinasi dan ambisi untuk dapat merubah nasibnya ke  arah yang lebih baik dari sebelumnya. Tak pernah ia mengeluh sedikitpun baik kepada rekan kerjanya maupun ke manajer restorannya. Ardi juga merupakan sosok yang tidak bisa dibenci oleh saingan teman kerjanya sendiri. Dia tak pernah membuat orang lain merasa kesal dengan dirinya. Hanya ada pemikiran untuk fokus bekerja sebagai pelayan yang ada di benaknya. Ia juga tak mau mengecewakan Pak Yanto sebagai orang yang telah menerima ia bekerja di sana. Ardi juga membuktikan bahwa Pak Yanto tidak hanya mempekerjakan dia hanya karena kasihan, namun juga karena dia memiliki tekad yang kuat.

Hingga suatu hari, Ardi di panggil secara pribadi oleh Pak Yanto ke salah satu rumahnya di pusat kota. Pak Yanto bercerita bahwa alasan dia berada di pinggiran kota saat itu adalah karena dia sedang ingin mengecek gudang persediaan stoknya disana. Ia juga memberikan alasan mengapa ia memilih untuk menaiki bis umum daripada memakai mobil pribadi bersama supirnya. Ia hanya merasa bahwa dia ditakdirkan untuk hal tersebut. Benar saja, dia bertemu Ardi di halte bis itu dan mendengarkan kisah-kisah Ardi. Pak Yanto juga merasa miris dengan keadaan pinggiran kota yang benar-benar berbeda 180 derajat dari pusat kota. Dan pada akhirnya, Pak Yanto memberikan alasan kepada Ardi kenapa ia ingin mempekerjakan Ardi. Pak Yanto melihat Ardi sebagai orang yang jujur, terbuka, dan bertekad baja. Ardi tak pernah mengeluh selama perjalanan di bis, maupun saat bekerja di restorannya. Bahkan suatu hari, pak Yanto pernah menyuruh manajernya saat itu untuk memberi Ardi tambahan jam lembur karena ada orang penting yang mau berkunjung untuk makan malam disana. Ardi tak menolak sedikitpun dan langsung menerima perintah tersebut. Bagi Ardi, bekerja di sana saja sudah merupakan sebuah mukjizat baginya. Hingga akhirnya, mukjizat yang lebih besar akan terjadi kepada Ardi.

Pak Yanto ternyata memiliki niatan untuk mendirikian sebuah restoran di daerah pinggiran kota sekitar rumah Ardi. Mengapa? Karena sebenarnya daerah tersebut lumayan strategis dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu daerah transit pengunjung yang ingin mengunjungi kota. Pak Yanto juga menyampaikan rencananya untuk membeli semua tanah disana dan merubah sebagian menjadi restorannya dan sebagian lagi menjadi kos-kosan yang bisa dihuni para warga yang tanahnya telah dibeli pak Yanto. Pak Yanto juga menginginkan seluruh pekerja di restorannya di sana berasal dari warga yang dibeli tanahnya. Jadi, mereka masih bisa bekerja untuk membayar sewa rumah selagi memiliki pekerjaan yang tetap. Jikalau suatu saat uang mereka sudah mencukupi, mereka bahkan bisa membeli rumah-rumah sewa tersebut dan menjadikannya milik mereka sendiri selagi bekerja di restoran pak Yanto. Ardi benar-benar terharu dengan rencana pak Yanto. Dia tidak pernah mengira bahwa suatu saat daerah pinggiran kota seperti itu akan berubah hanya karena seorang pengusaha yang mau membuka hatinya untuk memperbaiki nasib orang-orang disana.

Pak Yanto pun memberikan pernyataan terakhir bahwa ia ingin menjadikan Ardi sebagai manajer utama disana. Pak Yanto akan membiayai Ardi untuk kuliah manajemen bisnis dan Pak Yanto juga akan menjamin hidup keluarga Ardi selama Ardi kuliah. Sungguh terkejut Ardi saat dia mendengarkan niatan pak Yanto. Ardi merasa bahwa dirinya tak pantas menerima itu semua. Dia hanyalah seorang remaja yang merantau dari pinggiran kota ke pusat kota untuk memperbaiki nasibnya. Namun ternyata, berkat pertemuan tidak disengajanya dengan seseorang, hidupnya akan berubah sepenuhnya. Sebenarnya Ardi ingin menolak tawaran Pak Yanto. Namun disisilain, Pak Yanto juga memberikan alasan mengapa ia memilih Ardi untuk menjadi manajernya. Alasan paling utama adalah Ardi yang berasal dari daerah tersebut sehingga Ardi pasti banyak mengenal warga-warga disana dan dapat meyakinkan mereka bahwa akan terjadi perubahan besar pada daerahnya. Pak Yanto juga meyakinkan bahwa bukan hanya Ardi dan seluruh warga daerahnya yang diuntungkan, Pak Yanto juga akan diuntungkan dengan penghasilan dari restoran tersebut. Jadi bisnis masih tetaplah bisnis dan membantu masih tetaplah membantu.

Hingga akhirnya, Ardi menerima tawaran Pak Yanto dan dia pun melanjutkan pendidikannya untuk menjadi bekal dalam memanajemen restoran Pak Yanto nanti. Sambil menunggu dimulainya kuliah Ardi, Pak Yanto Bersama Ardi Kembali ke daerah rumah Ardi di pinggiran kota dan meyakinkan warga disana bahwa kehidupan mereka selama ini akan berubah. Para warga sangat mengenal Ardi karena kebaikannya dan juga tekadnya, jadi mereka memercayai hal tersebut dan memercayai Ardi dan Pak Yanto bahwa mereka akan merubah nasib dari warga-warga tersebut. Tak lupa pula Ardi menghampiri kedua orang tuanya dan memeluk mereka karena berkat izin yang mereka berikan, Ardi bisa mencapai segala hal ini dan bertemu dengan Pak Yanto. Jika saja Ardi tidak diberi izin untuk pergi ke pusat kota, maka semua cerita kesuksesan ini tidak akan pernah terjadi. Bagi Ardi, Pak Yanto dengan kebaikannya sudah seperti pahlawan dalam hidup Ardi yang membantunya merubah jalur hidupnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun