Mohon tunggu...
Gideon Givy
Gideon Givy Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Saya ingin belajar lebih lagi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Rintangan Remaja dalam Mengatur Keuangan

29 April 2024   07:59 Diperbarui: 29 April 2024   08:09 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Uang telah menjadi sumber kehidupan bagi semua orang termasuk remaja. Umumnya, remaja mendapatkan uang dari orang tua, dan karena tidak memiliki tanggung jawab lain, maka mereka sering kali menghabiskan uangnya dan tidak memiliki intensi untuk menabung. Mayoritas remaja menggunakan uangnya tak hanya dalam lingkungan sekolah namun juga dalam kehidupan sosial, hobby, dan keperluan/keinginan pribadinya. Namun banyak yang belum bisa menghadapi rintangan dan pilihan dalam mengelola keuangannya. 

Padahal, kemampuan finansial merupakan salah satu aspek atau juga bisa disebut keterampilan terpenting dalam kehidupan. Salah satu tujuan memiliki kemampuan mengelola keuangan yang baik adalah untuk dapat mengembangkan keuangan itu sendiri. Contohnya, seorang anak yang sudah terbiasa menyisihkan uang sakunya untuk menabung akan memiliki uang yang cenderung lebih banyak. Tak hanya itu, remaja yang sudah terbiasa menabung juga akan lebih mudah untuk menabung pada masa dewasanya karena sudah memiliki nilai komitmen dan disiplin pada dirinya. Tetapi tidak mudah untuk bisa melakukan ini apalagi pada zaman modern yang membuat anak remaja bisa melihat lebih banyak informasi yang menghambat kebiasaan menabung mereka. 

Ada berbagai masalah yang dihadapi remaja dalam membangun kebiasaan menabung. Yang pertama dan terpenting adalah keluarga khususnya orang tua. Orang tua memegang peranan penting dalam menjadi contoh dan mengajarkan anaknya untuk menabung. Orang tua harus mengajarkan anaknya mengenai nilai dari uang itu sendiri agar anak bisa menghargai dan menggunakan uang sebijaknya. Bila anak telah memahami nilai uang, maka akan lebih mudah baginya untuk memulai kebiasaan baik. Lalu orang tua harus mendorong anak untuk terus melakukannya menjadi kebiasaan dan membangun pengalaman anak. Tapi, tidak semua orang tua memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengajarkan anaknya mengatur uang yang dimiliki. Banyak orang tua yang merasa bahwa masih banyak hal yang lebih penting seperti pendidikan intelektual, nilai moral, sikap, dan ketika memiliki pikiran yang matang dan dewasa baru mereka belajar mengenai keuangan.

Yang kedua adalah lingkungan pertemanannya. Lingkungan pertemanan yang baik dan suportif akan mengarahkan anak menjadi lebih bijak menabung. Namun tak hanya itu, ada istilah "Fear of Missing Out" atau "FOMO" menjadi sebuah perasaan yang sering kali muncul dalam remaja ketika merasa tertinggal oleh tren. Padahal, tren tersebut tidak membawa keuntungan apapun, hanya agar mereka terlihat relevan dengan apa yang sedang tren Contohnya, ketika semua teman temannya memiliki pakaian,gadget, sepatu tertentu, maka ia ingin menggunakan uangnya untuk membeli barang tersebut agar relevan dengan teman temannya. Sayangnya, banyak sekali remaja yang lebih mementingkan relevansinya di depan teman dibandingkan dengan tabungan uang mereka. "FOMO" Menghambat remaja untuk mencapai tujuan finansial mereka. Tak hanya "FOMO", judi juga menjadi tren yang naik dalam berbagai kalangan termasuk remaja. Banyak yang termakan dengan gimmick yang ada pada media sosial, tergiur dengan jumlah kemenangan yang dijanjikan, dan tak sedikit yang merasa bahwa judi menjadi salah satu cara mereka untuk secara cepat melipatgandakan tabungan mereka. Lingkungan pertemanan juga sering kali menjebak remaja apalagi dengan perasaan tertinggal dengan tren untuk ikut dalam judi.

Faktor yang terakhir adalah faktor internal dari remaja itu sendiri. Perasaan tak tahan diri menjadi satu hal yang paling sulit untuk dikendalikan. Contohnya adalah kebiasaan belanja online, padahal barang yang dibeli tidak terlalu penting dan hanya dibeli karena termakan iklan. Sifat konsumtif, impulsif sangat sulit untuk bisa diubah. Hobi juga bisa menjadi salah satu sumber pengeluaran terbesar seorang remaja karena ia perlu membeli peralatan, aksesoris dan sebagainya. 

Tidak memiliki kebiasaan menabung pada masa remaja dapat menimbulkan akibat bagi diri sendiri pada masa dewasa. Yang pertama, ia akan menjadi seseorang yang tidak bisa mengontrol pembelian barangnya. Ia tidak bisa membedakan dan memprioritaskan antara kebutuhan dan keinginan. Hal ini menjebak mereka menjadi konsumtif. Tidak memiliki kebiasaan menabung juga pastinya menyulitkan mereka untuk membangun kebiasaan menabung pada dewasa yang bisa membawa mereka kepada permasalahan lainnya. Remaja yang tidak menabung jadinya terbiasa untuk selalu meminta kebutuhan dan tidak membeli dengan uangnya sendiri. Dengan kata lain, ia tidak mandiri dalam memenuhi keperluannya. Secara keseluruhan, tidak memiliki kebiasaan menabung membawa kesulitan pada diri sendiri dan memiliki kebiasaan yang buruk pada masa depan.

Solusi yang bisa dilakukan agar remaja dapat belajar menabung yang pertama melalui edukasi. Orang tua harus didorong untuk membangun kemampuan finansial anaknya, sekolah juga bisa memberikan pelajaran pelajaran atau seminar yang membangun kebiasaan itu. Pada jenjang sd, anak bisa diajak untuk membuat tabungan kelas yang nantinya dikumpulkan dan membeli barang yang berguna bagi bersama. Sekolah menjadi tempat dimana mayoritas anak menghabiskan duitnya, maka dari itu penting bagi sekolah untuk mengajarkan bagaimana cara mengatur penggunaanya. Platform digital juga harus digunakan, edukasi keuangan harus dikemas dengan menarik dan berhubungan dengan kehidupan remaja sehari hari. Tapi remaja juga harus diajarkan untuk tidak hanya fokus mengejar uang sebagai tujuan utama mereka agar mereka tidak menjadi diri yang egois dan hanya mementingkan uang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun