Mohon tunggu...
Gia
Gia Mohon Tunggu... Freelancer - -

-

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perangi Hoaks Portal Berita Online dengan Beragam Verifikasi

7 Oktober 2019   20:27 Diperbarui: 7 Oktober 2019   21:42 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berita di Facebook yang menggunakan hyperlink

Hoaks menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi dalam jaringan adalah berita bohong. Hoaks dapat menyebar melalui berbagai perantara, dari mulut ke mulut atau pun media sosial dan media daring.

Tersebarnya hoaks di era media baru tidak dapat terhindarkan. Pertukaran informasi yang begitu cepat menyulitkan kita untuk memilah dan memilih apa yang ingin kita lihat dan apa yang tidak ingin kita ketahui sama sekali. Informasi suka tidak suka silih berganti, datang dan pergi di layar smartphone atau gawai kita.

Menurut Lister, media baru memungkinkan setiap orang dapat mengakses hyperlink atau berbagai tautan yang sudah tertera dalam satu tautan. 

Kelebihan hypertextual dari media baru memang memudahkan kita mengakses informasi. Satu tautan berita kita klik, akan muncul tautan lainnya yang berkaitan dengan berita tersebut.

Melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter, hyperlink sebuah berita dapat langsung disebarluaskan oleh pengguna. Pengguna pun dapat menambahkan caption sesuka mereka. Alhasil, hoaks mudah menyebar dengan berbagai bumbu opini.

Meski tidak semua informasi terindikasi hoaks, terkadang butuh kejelian untuk membedakan informasi benar dan hoaks. Agar tidak terkecoh dengan hoaks, ada baiknya Anda mengenali konten atau berita hoaks terlebih dahulu.

Berikut cara-cara mengenali hoaks yang dilansir dari Okezone.com dan Republika.co.id.

Pertama, cek judul berita. Judul clickbait tidak selamanya salah, namun juga tidak selamanya benar. Cermati isi beritanya apakah memiliki korelasi dengan judul ataukah tidak. Misalnya ada judul clickbait mengenai adanya gempa susulan dengan kekuatan tertentu setelah gempa.

Biasanya isi beritanya hanya mengenai gempa yang baru saja benar-benar terjadi, bukan yang belum terjadi. Menurut Shelly dalam Okezone.com, gempa susulan tidak dapat diprediksi.

Ketika ada judul yang diawali kata provokatif seperti 'Awas!', 'Hati-Hati!', 'Waspada!', 'Viralkan!', dan kata lainnya dengan tanda seru lebih dari satu, ada baiknya Anda tidak langsung percaya. Kata-kata seru tersebut merupakan salah satu indikasi berita hoaks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun