Mohon tunggu...
G. Imam Santosa
G. Imam Santosa Mohon Tunggu... -

Orang Indonesia biasa ...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kotaku

22 November 2010   15:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:23 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kotaku: Mengingatkanku pada 9-11 Tahun yang Lalu

Pagi itu, aroma segar daun jati yang baru saja dipetik dari hutan milik  pemerintah. Segar aroma kapang kedelai. Segar aroma sejuk hembus angin persawahan. Mbok-mbok yang pergi ke pasar untuk menggerakkan roda hidupnya, untuk membakar wangi sedap tungkunya, untuk memberi sesuap nasi pada anaknya dan untuk membantu suami tercinta, sungguh membuatku terpana.

Sedangkan aroma wangi cengkih dari sebatang kretek yang dihisap tukang ojek yang mangkal di bawah patung Merdeka, membuatku merasa lebih dewasa. Pagi itu, sungguh mengingatkanku pada 9 hingga 11 tahun yang lalu, ketika daerah patung Merdeka masih asri, masih ada cericit burung-burung di pohon Tanjung tua yang sudah keropos.

Sekarang, semuanya telah hilang. Tertelan perkembangan kota yang semakin pesat, termakan jaman yang makin tidak bersahabat. Yang masih ada hanyalah sedikit aroma segar daun jati, sekelebat bayang mbok-mbok yang pergi ke pasar, dan secuil aroma cengkih dari rokok kretek yang bercampur dengan asap solar.

Kotaku, mungkinkah aku mendapatkan apa yang pernah aku rasakan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun