Mohon tunggu...
Ghozali Qodratullah
Ghozali Qodratullah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mulai suka menulis semenjak menyukai fotografi, agar foto yang diambil bersanding dengan cerita dan kisah dibaliknya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gemercik Kedamaian di Air Terjun Lhoong

21 Maret 2013   09:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:27 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sapaan sang surya siang ini terasa menyengat, yang seakan membakar semangat kami untuk mengunjungi sebuah lokasi wisata alam yang berada di Jalur Banda Aceh - Meulaboh Km 45. Pelindung tubuh berupa jaket serta helm SNI telah siap mengamankan perjalanan kami untuk merasakan sejuknya air terjun ditengah puncak evaporasi siang ini. Dengan kompak kami berdelapan memilih pasangan masing-masing untuk meluncur di atas sepasang karet hitam nan bundar. Segera terbentuk barisan dimana skipper, midler hingga sweeper secara otomatis. Tak lupa seorang kawan mengenggam pengabadi gambar bergerak di setiap lekuk perjalanan kami.

Garis demi garis marka putih seakan pertanda bahwa perjalanan kami telah dimulai, sengatan mentari membuat pandangan kami mengalami fatamorgana yang seakan melelehkan kekokohan jalanan aspal yang terlihat nun jauh di depan kami. Tanpa terasa lampu sign kendaraan sang skipper telah menyala, menandakan ada persimpangan yang membuat kami mengucapkan sampai jumpa pada jalan hotmix. Segera jalan sempit nan sejuk dengan gapura pepohonan menyambut kedatangan kami. Sempitnya jalan serta ruang pandang membuat kami harus berhati-hati mengambil setiap tikungan, polisi tidur yang senantiasa berada pada posisinya selama 24 jam juga turun andil bagian dalam menjaga laju kendaraan kami agar lebih sopan dilihat oleh masyarakat sekitar lokasi tersebut.

Tak berapa lama rasa penasaran kami mulai terkikis setelah melihat gerbang pintu masuk lokasi air terjun yang ditinggalkan oleh sang petugas. "terima kasih pak petugas, berkat ketiadaan anda saat ini kami dapat melupakan sapaan lembaran retribusi" ujarku dalam hati (padahal cuma rp. 2000). Para pengunjung yang datang pada tanggal hitam tersebut tak hanya dari pihak manusia saja, namun para sapi sudah memadati kawasan parkir dan toilet. Setelah menemukan lokasi parkir yang teduh untuk mendinginkan mesin kendaraan, beranjak melangkahkan kaki ini menuju pinggiran air terjun tersebut. Tanpa komando, segera masing-masing personel mengeluarkan lensa dalam berbagai bentuk. Pose-pose layaknya model penuh riasan berhamburan tanpa rasa canggung :D.

Segera benda berkaki tiga kutarik pelan dari peraduannya selama perjalanan, kamera mulai merasakan tusukan disertai uliran benda ini. Satu hal yang tersesal dalam pikiran ini, "filter ND sama sekali belum berkenalan dengan ulir lensa kit ini :( ".permainan slow shutter speed menjadi kurang harmonis ketika muncul dalam LCD kamera. Berbagai cara digunakan, penurunan exposure hingga pemendekan nyawa timing shutter.

</a>

Seakan berada dalam dunia sendiri (terbius slow shutter speed), hingga handai taulan belum terekam dalam kartu memori. Layaknya penyiar radio yang melayani request pendengar setianya, segera kuarahkan mata elektronik menuju keceriaan mereka. "jangan bergerak selama 2 detik ya...kalo gerak tanggung sendiri akibatnya" teriakku kepada sang model-model dadakan nan ceria. Tertransferlah pose mereka didampingi dengan benang-benang kucuran air terjun yang tertarik gravitasi.

Berlarian mencari sudut dengan objek membuat semakin mencandunya slow shutter speed ini. Sesekali teman berteriak "kalo mau ambil gambar ngomong-ngomong dong....biar kita bisa berpose dulu :D". Ibarat masakan, pose (pura-pura) tidak melihat kamera terkadang menjadi bumbu tambahan yang menambah komposisi. Deburan air yang terbawa angin menerpa wajah ini, seakan mengajak untuk merasakan sejuknya air sebagai pelipur tepaan sang surya. Dentuman air seakan tak hentinya memabawa bola mata ini bergerak naik turun mengikuti setiap titik air yang berjatuhan.

Terpayungi butiran air yang terbang membuat pikiran terdalam seakan memanggil memori akan nostalgia saat masih mudah bertemu, bersua, bercanda dan berkumpul bersama teman-teman. Terbesit kerinduan akan kehangatan canda tawa penuh riuh suka cita nan bahagia. "apa kabar teman??" ujarku menyapa mereka dalam segenap kerinduan yang terbit dalam remang hati ini, semoga mereka mendengar sapaan penuh harap dapat berjumpa dengan mereka suatu saat nanti. "maaf kawan, kebahagiaan kali ini hanya dapat  kami bagi melalui dunia maya, kelak kami berjanji akan dapat melebur kebahagiaan bersama kalian di tanah kelahiran".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun