Mohon tunggu...
Ghina ZFirdausi
Ghina ZFirdausi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang melakukan studi S1 jurusan bimbingan dan konseling di Universitas Pendidikan Indonesia

Memiliki hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Skizofrenia Ditinjau dari Penyebab dan Akibatnya

1 November 2023   23:15 Diperbarui: 1 November 2023   23:52 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dosen pengampu : Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd. dan Nadia Aulia Nadhira, M.Pd.

Penyakit mental, biasa disebut dengan gangguan kesehatan mental. Dan mengacu kepada berbagai kondisi kesehatan mental atau gangguan mental yang memengaruhi suasana hati, pemikiran, serta perilaku individu, salah satu contohnya yaitu skizofrenia. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kesehatan mental berat yang memengaruhi tingkah laku, perasaan, dan perilaku individu. Skizofrenia ini disebabkan karena beberapa faktor, yang setiap individunya memiliki faktor yang berbeda. Bisa berdasarkan faktor genetik, fisik, dan sosial budaya. Serta menimbulkan ciri-ciri seperti halusinasi, perilaku kacau, pembicaraan yang tidak jelas, waham, serta gejala-gejala negatif lainnya. (Surya. Ratri, 2018)

            Istilah skizofrenia ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu skizo yang memiliki arti perpecahan dan phren yang artinya jiwa. Dalam istilah ini digunakan agar bisa menjelaskan terpecahnya atau terfragmentasinya pikiran seseorang atas gangguan ini. Namun gejala ini tidak menunjukkan beragamnya kepribadian pada setiap individu. Lalu terdapat beberapa tokoh yang berperan dalam pengenalan dan perkembangan skizofrenia, tiga tokoh utama yang berperan adalah Benedict Morel (1809-1873), Email Kraepelin (1856-1926) dan Eugene Bleuler (1857-1939). (Sadock et al., 2014)

            Menurut departemen kesehatan Republik Indonesia, terdapat beberapa tipe dari skizofrenia. Yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual, dan skizofrenia simpleks, serta depresi pasca skizofrenia. Menurut data yang telah dikemukakan oleh WHO, skizofrenia paranoid merupakan tipe yang paling banyak ditemukan di berbagai negara. Pada tipe ini ditandai dengan adanya satu atau lebih waham dengan halusinasi yang sering muncul, dan sering terjadi pada laki-laki. (Surya. Ratri, 2018)

            Faktor penyebab skizofrenia terjadi memiliki beberapa bagian dimulai dari faktor biologis, diantaranya yaitu 1) Komplikasi kelahiran, ketika terjadi hipoksia prenatal maka akan meningkatkan kerentanan seseorang mengalami skizofrenia 2) Infeksi, ketika terjadi perubahan anatomi pada susunan saraf pusat mengakibatkan infeksi virus yang mengakibatkan skizofrenia muncul. 3) Hipotesis dopamin, dopamin ini merupakan neurotransmitter pertama yang berkontribusi terhadap gejala skizofrenia.

4) Hipotesis serotonin, penelitian yang pernah dilakukan oleh Woley menghasilkan bahwa lysergic acid diethlamide merupakan zat yang menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal 5) Struktur otak, dapat terdeteksi ketika masa setelah lahir. Dan faktor genetik, para ilmuwan sudah sangat lama mengetahui bahwa skizofrenia ini dapat diturunkan, terutama yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki-laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Atau bisa juga hubungan derajat kedua yaitu seperti paman, bibi, kakek atau nenek, dan sepupu. (Eko, 2014)

            Berbicara mengenai skizofrenia, tentu akan ada akibat yang ditanggung baik oleh penderita itu sendiri, maupun oleh caregiver atau seseorang yang memberikan dukungan, perhatian, kebutuhan, dan lain sebagainya kepada penderita yang mengalami skizofrenia. Tentunya bagi penderita itu sendiri akan menerima akibat seperti hidup yang tak tahu arah atau bahkan dapat dikatakan tidak memiliki masa depan jika tidak ditangani secara mendalam. Selain itu lingkungan sosial atau pertemanan sudah pasti memiliki dua pandangan yang berbeda, akan ada yang memberi dukungan atau bahkan menjauhinya. 

Sudah seharusnya kita yang ada di lingkungan sekitarnya memberikan dukungan kepada sang penderita karena itu merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung penderita untuk bisa sembuh. Dan bagi caregiver, sedikit lebihnya pasti pernah mengalami atau mendapatkan perlakuan dan sikap yang negatif dari penderita, selain itu juga dari segi ekonominya pasti akan banyak menghabiskan finansialnya bagi pengobatan penderita. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Novia dan Siti pada tahun 2015, mereka berhasil mengobservasi kasus skizofrenia beserta akibat yang ditanggung oleh penderita, dan caregiver.

            Berdasarkan beberapa poin yang telah dipaparkan di atas, maka sudah dapat diketahui bahwa skizofrenia ini disebabkan oleh banyak faktor salah satunya yaitu faktor genetik. Skizofrenia ini akan menimbulkan gejala-gejala seperti depresi, dan terdapat salah satu tipe skizofrenia yang  paling banyak ditemukan adalah skizofrenia paranoid. Lalu kita sebagai faktor sosial pendukung tentunya harus bisa bersikap lebih perhatian dan merangkul penderita.

Referensi:

Gitasari, N., & Savira, S. I. (2015). Pengalaman family caregiver orang dengan    skizofrenia. Novia Gitasari Siti Ina Savira Abstrak. Character, 3(2), 1-8.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun