Mohon tunggu...
Asep Abdurrahman
Asep Abdurrahman Mohon Tunggu... Dosen - Hidup untuk berkarya dan berkarya untuk hidup

Motto: Membelajarkan Hidup dan Menghidupkan Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rintihan Disertasi

9 Juni 2020   15:00 Diperbarui: 9 Juni 2020   15:33 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal dengan "disertasi", tugas akademik yang membuat mual-mual ini, menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa program strata tiga. Bagi mahasiswa ingin segera lulus, tentu harus melewati yang nama disertasi.

Disertasi adalah tugas penelitian bagi mahasisa strata tiga, yang di dalamnya bukan hanya sekedar menulis berbagai teori. Tetapi jauh dari itu, disertasi berusaha mengkonstruk pengetahuan menjadi pemahaman.

Dari pemahaman digeser menjadi aplikasi. Dari aplikasi digeser menjadi analisis ilmiah. Dari analisis menjadi sintesis. Dan dari sintesis mampu mengevaluasi menjadi sebuah teori dari hasil temuan di lapangan, tentu perspektif penelitian kualitatif.

Bagi mahasiswa pascasarjana yang mendapatkan beasiswa 5000 Doktor, misalnya, pemerintah memberikan tenggat waktu selama tiga tahun lamanya harus segera menyelesaikan studi strata tiga.

Tiga tahun menyelesaikan kuliah program Doktor, memang tak mudah. Mungkin, yang sanggup menyelesaikan studi tiga tahun, hanya hitungan jari saja, kalau bukan hitungan puluhan mungkin juga ratusan.

Setiap mahasiswa punya kesulitan yang berbeda. Ada yang lancar dari awal, namun begitu  masuk ke tahap penelitian, bingung melihat begitu banyak data yang harus dikontruksi maknanya. Ada yang sudah ujian proposal, namun setelah lulus ujian proposal, pimpinan pasca meminta untuk diganti tema penelitiannya.

Ada yang sudah melakukan ujian progress, namun setelah kembali ke promotornya, diminta untuk menulis ulang dari proposal. Padahal, mahasiswa tersebut sudah menulis dua bab dengan susah payah. Dengan keringat siang malam.

Meninggalkan keluarga, bersemedi di QR (Quiet room), namun itulah realita yang harus disikapi secara positif, sebagai peluang untuk belajar mengadapi tantangan mental yang tidak semua orang mendapatkan ujian seperti itu.

Hanya dialah yang sanggup, Tuhan Maha Adil, dengan adil-adilnya. Dan ada juga kebingungan menuliskan proposal, ujian proposal tak lulus-lulus, kesibukan mencari ekonomi yang tumpang tindih dengan penelitian, sejumlah masalah keluarga yang harus dihadapi oleh masing-masing mahasiswa, kesehatan fisik yang seringkali drop sampai ada mahasiswa yang mengalami gangguan kesehatan yang cukup serius.

Belum lagi kendala psikologis akibatnya menahan rindu berat dengan sanak keluarga dan kehidupan rumah tangga pun jadi abnormal. Wajar kalau muka terlihat lebih tua. Semua itu sangat berpengaruh terhadap kelancaran disertasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun