Mohon tunggu...
Ghazan Athar Krisna
Ghazan Athar Krisna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya

Mahasiswa Psikologi Universitas Pembangunan Jaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Childhood: The Start of A Journey, Not The End of A Story

7 Juni 2023   18:00 Diperbarui: 7 Juni 2023   18:01 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebuah perjalanan orang sukses dari masa kecil yang sulit

Tentunya setiap orang pasti mengalami masa dimana meraka masih dimanjakan oleh orang tua mereka, kehidupan masih dipenuhi canda tawa, dimana masih belum merasakan tekanan-tekanan dari orang lain, sesuatu yang kita kenali sebagai masa kecil. Namun, secara definisi, apa sih masa kecil itu? Menurut Miller-Perrin & Perrin pada tahun 2013, masa kecil adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia, semacam konstruksi sosial yang bermacam-macam melalui waktu dan budaya (Kerr, 2022). Dari hal tersebut, kebutuhan, perkembangan, hak, dan kewajiban orang dewasa yang perlu dipenuhi di masa kanak-kanak ini bersifat ever-changing atau selalu berubah-ubah berdasarkan dari sudut pandangnya. Dengan artian bahwa setiap kebutuhan yang harus dipenuhi anak untuk membantu pembentukan perkembangannya itu berbeda dari bagaimana lingkungan anak tersebut (Kerr, 2022).

Lalu, sekiranya apa yang memengaruhi setiap perbedaan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan anak? Berdasarkan dari sistem ekologi yang dikemukakan oleh seorang psikologis bernama Urie Bronfenbrenner menjelaskan bahwa perkembangan yang dialami oleh manusia, berdasar dari sebuah prisma “keterhubungan lingkungan dan dampak dari kekuatannya secara langsung memengaruhi perkembangan secara psikologis” (Crawford, 2020). Hubungan dari bagaimana bentuk lingkungan inilah yang menjadi salah satu pengaruh dari keberagaman kebutuhan yang diperlukan demi kualitas perkembangan anak. Tentunya seorang anak yang sedari kecil sudah menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu akan memiliki kebutuhan yang berbeda dari seorang anak yang masih memiliki kedua orang tuanya. Seorang anak yang dilarang untuk keluar rumah dan bermain dengan teman-temannya dan seorang anak yang dibebaskan untuk melakukan apa saja yang ingin dia lakukan tentu akan memiliki kebutuhan yang berbeda. Pada dasarnya, bagaimana lingkungan anak dan orang-orang disekitarnya, terutama pengasuhnya, memperilakukan anak tersebut akan berpengaruh pada kebutuhan yang diperlukan untuk perkembangannya secara psikologis. Hal ini bersangkutan dengan apa yang dikatakan Bronfenbrenner yakni “perkembangan manusia merupakan sebuah produk dari interaksi antara organisme manusia yang berkembang dengan lingkungannya” (Crawford, 2020).

Berarti jika aku memiliki masa kecil yang suram atau kurang menyenangkan, aku tidak bisa berkembang secara psikologis dengan baik dong? Eits, jangan negative thinking dulu. Tentu memang kelihatannya seakan bahwa hal-hal buruk seperti perceraian ayah dan ibu atau mungkin mereka yang sering bertengkar dan membuat ketidaknyamanan di lingkungan si anak akan memengaruhi perkembangan psikologis si anak, tapi bukan berarti itu akan berakhir menjadi sesuatu yang buruk juga. Author sudah menyediakan nih, sebuah cerita dari seseorang yang ditinggal oleh orang tuanya, namun tetap bisa menjadi seseorang yang sukses. Yuk simak cerita berikut!

My Parents Left Me, But Then Music Found me

Willie Nelson, seorang penyanyi asal amerika yang melakukan debut pertamanya pada tahun 1962. Nelson sendiri adalah seseorang yang lahir saat terjadinya krisis ekonomi di amerika yang dikenal sebagai “The Great Depression”, dimana banyak warga amerika yang mengalami kesulitan mencari pekerjaan dan kesulitan untuk membuka bisnis. Tidak lama setelah Nelson lahir, ibunya langsung pergi meninggalkannya, dan setelah itu ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan pada akhirnya pergi meninggalkan Nelson juga. Dan akhirnya, Nelson bersama dengan saudarinya Bobbie diasuh oleh kakek-nenek mereka, dimana Nelson mulai mengenali dunia musik untuk pertama kalinya (Smooth Radio, 2021).

Meskipun tidak memiliki rasa pengasuhan secara langsung dari orang tuanya akibat kepergian mereka, Nelson memiliki hubungan yang sangat erat dengan kedua kakek-neneknya. Salah satu media dimana mereka bisa berkomunikasi antara satu sama lain adalah melalui musik, sesuatu yang dikenalkan oleh si kakek kepada Willie kecil yang dimana ia jatuh cinta kepadanya. Hidup Nelson menjadi berorientasi kepada musik sampai dia akhirnya melakukan debut pertamanya pada tahun 1962 dan ditahun yang sama, dia melepas dua album baru yaitu “Touch Me” dan “Willingly” yang mencapai 10 lagu ter hits di seluruh Amerika. Bahkan hingga sekarang Willie Nelson merupakan salah satu penyanyi yang sangat dikenal di warga Amerika dan bahkan masih tetap aktif di umur 84 tahun (Smooth Radio, 2021).

Ok, He Found Music and Became Succesful. So what?

Oke, dia menemukan musik yang ternyata menjadi passion-nya dia dan pada akhirnya dia menjadi orang sukses. Lalu, apa kaitannya dengan hal-hal perkembangan psikologis tadi? Nah, disitulah justru letak kunci dari cerita ini. Nelson dan kakeknya sering menggunakan musik untuk berinteraksi satu sama lain. Berawal dari kakeknya mengenali Nelson ke dunia musik, Nelson pun tertarik dan pada akhirnya jatuh cinta dengan musik. Musik inilah yang membentuk ikatan yang erat antara dia dengan kakeknya, yakni pengasuhnya. Sempat dijelaskan bahwa lingkungan dan orang-orang disekitar sang anak, terutama sang pengasuh, dapat memengaruhi perkembangan psikologis si anak tersebut (Crawford, 2020).

Melalui musik, Nelson bisa memiliki ikatan yang batin dengan si pengasuhnya yaitu si kakek yang telah mengenalinya ke dunia musik. Dengan itu, dia melihat musik sebagai representasi dari rasa “cinta” yakni cinta kepada kakeknya yang telah mengasuhnya diumur tua atas kepergian orang tuanya. Melalui musik, Nelson menemukan rasa cinta, hormat, dan sayang bercampur aduk kepada kakeknya. Dia yang telah berada bersamanya ketika orang tuanya memilih untuk menyerah. Baginya, musik adalah sesuatu yang membentuk sebuah ikatan erat antara dia dengan orang tersayangnya (Smooth Radio, 2021).

So Do I Have to Find a Caretaker? But I Don’t Need One Anymore!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun