Mohon tunggu...
Ghaitsa Ranawigena
Ghaitsa Ranawigena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Stay

Salam kenal dari Bogor Semoga bermanfaat "... Sabarlah dan kuatkan kesabaranmu...." QS 3:200

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tentang Kesedihan

20 Oktober 2021   20:21 Diperbarui: 20 Oktober 2021   20:44 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang membuat seseorang itu sedih?

Bukankah karena ada harapan sebelumnya?

Bukankah ada keinginan sebelumnya?

Lantas tidak seperti itu kejadiannya. Kenapa harus sedih?

Karena tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

Normal dan wajar.

Yup, sedih itu normal dan wajar jika terus dirasakan. Hidup selalu seperti itu fasenya bahagia dan sedih sama-sama bergantian menghampiri. Keduanya punya masa sendiri. Itu mengapa orang bijak bilang untuk tidak berlebih-lebihan terhadap sesuatu. Biasa saja. Nanti akan berganti juga fasenya.

Sama dengan kesedihan. Tidak perlu lama-lama. Secukupnya saja. Sulit ya? Pasti karena masih dalam pengendalian emosi bukan yang mengendalikan emosi. Konsepnya sederhana tentang perasaan ini bahwa semuanya akan bergilir, memiliki masanya masing-masing dan ada saatnya dirasakan oleh diri sendiri. Jika paham akan hal itu maka seberapa pun jatuhnya kita tetap ada alasan untuk bangkit lagi. Besok-besok pasti bahagia, kan? Sesederhana itu.

Memang tidak semua bisa disederhanakan. Perlu latihan, perlu keyakinan, perlu usaha untuk memahaminya. Tapi, lambat laun saat diri sudah mau berdamai pasti akan sederhana. Katanya, semakin dewasa semakin tidak perlu yang neko-neko? Sederhana saja.

Kesedihan akan bergilir, bergantian dengan kebahagiaan. Masalahnya sudah tahu akan seperti itu kejadiannya, tetap sedih. Itu normal?

Pernah mengalami hal tersebut? Suatu kesempatan rasanya cemas sekali jika kebahagiaan ini akan hilang karena tahu memang akan berganti terus-menerus. Konsepnya sudah paham tapi perasaan bahagianya ingin selalu ada tidak pernah tinggal, sayangnya pemahaman itu sudah ada jadi rasanya cemas terus jika masa kesedihan itu datang. Padahal sudah tahu kejadian yang sedih itu akan terjadi, lantas kenapa harus cemas? Bahkan membuat perasaan yang sedang bahagia itu jadi sedih. Sayang, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun