Mohon tunggu...
Geyonk
Geyonk Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga 62

Photomood, Saya dan kopi hitam .:: IG::.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Valentine Bukan Budaya Kita, Catatan yang Tertunda

22 Februari 2020   12:06 Diperbarui: 22 Februari 2020   12:05 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena udah lewat seminggu semula berniat mengurungkan niat untuk menulis ini, namun berhubung datang surat dari editor pada kotak masuk akhirnya memaksakan diri untuk melanjutkan yang tertunda, karena kalimat pembukanya surat itu menarik hati.

Dokpri
Dokpri
Kesampingan kata pertama pada judul  saya akan menuliskan tentang Budaya Kita. Kata Kita mungkin sudah jelas, anda semua dan saya kemudian budaya, apa itu budaya? Bila kita ketikkan kata budaya di kolom pencarian pada peramban favorit tentu akan keluar ribuan hasil, tinggal pilih mana yang anda suka. 

Budaya dalam pengertian saya yang sederhana memaknainya dengan usaha manusia yang mempunyai akal dan budi memahami lingkungannya dalam usaha untuk bertahan hidup dan kemudian diwariskan turun temurun. Artinya budaya kita adalah budaya anda dan saya, karena saya orang Jawa mungkin budaya kita adalah budaya Jawa, dan kerena Jawa bagian dari Indonesia, maka budaya kita adalah budaya Indonesia bukan? 

Apa itu budaya Indonesia, atau seperti apa budaya Indonesia? Untuk bisa menjawabnya tentu kita perlu tahu dulu budaya Indonesia itu seperti apa, baru bisa paham.

Memahami Indonesia | dok.pri
Memahami Indonesia | dok.pri

Untuk seberapa lama kita bisa tahu atau paham, saya ingat ketika discovery channel saat menayangkan part unknown acara yang dipandu (alm) Anthony Bourdain, session 12 episode 3 tentang Indonesia. Desi Anwar yang saat itu menemani berkata "They say if you really want to know and try every single dish in Indonesia, you have to live here for 40 years. Tony, you need to stay here for a long time, because every single area has its own specialty." 

Perlu waktu 40 tahun untuk bisa mengetahui semua makanan yang merupakan salah satu dari hasil kebudayaan Indonesia. Itu baru satu, padahal hasil kebudayaan tidak hanya makanan, bila 'cara memahami lingkungan' itu diajarkan secara luas terbatas ia akan menjadi gaya hidup, tertuang dalam tulisan ia akan menjadi sastra, bila dalam cara berkomunikasi akan menjadi bahasa, bila diwujudkan ia akan menjadi peralatan, dan lain sebagainya. Jadi menurut pemikiran sederhana ini, paham budaya sendiri lebih gimana gitu.

Karya sastra | dok.pri
Karya sastra | dok.pri

Kalangwan | dok.pri
Kalangwan | dok.pri

Mengetahui kemudian memahami budaya seringkali membuat kita terjebak pada romantika masa lalu kemudian baper, mirip event di sini mengenang mantan. Seperti ketika saya menonton tayangan History Channel, Forged in Fire ajang para pandai besi dalam membuat senjata yang berfungsi. Empat orang pandai besi akan beradu bakat dalam sistem gugur dan finalis terpilih akan diadu dalam membuat senjata ikonik dunia untuk memperebutkan hadiah $ 10.000. 

Pada session 6, senjata ikoniknya adalah Javanese kris. Hahaha, antara bangga juga nyesek campur jadi satu ketika menontonnya, bangga jadikan iconic weapons in world history, nyesek liat cara tes/uji kemampuannya. Bila hanya keris saja mungkin daerah lain atau bahkan negara lain seperti Malaysia, Brunai bahkan Thailand juga punya benda hasil budaya ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun