Mohon tunggu...
gevira damaia
gevira damaia Mohon Tunggu... Mahasiswa

_

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Optimalisasi Asupan Gizi sebagai Strategi Pencegahan dan Pengelolaan Frailty Syndrome pada Lansia

25 September 2025   13:02 Diperbarui: 25 September 2025   13:02 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Frailty syndrome merupakan salah satu sindroma geriatri yang kini mendapat perhatian luas dalam bidang kesehatan masyarakat. Sindroma ini ditandai oleh penurunan cadangan fisiologis, melemahnya kemampuan adaptasi, dan meningkatnya kerentanan lansia terhadap berbagai penyakit serta stresor lingkungan. Kondisi ini dapat memicu peningkatan angka kesakitan, perawatan di rumah sakit, disabilitas, hingga mortalitas pada kelompok usia lanjut. Prevalensi frailty diperkirakan mencapai 7% pada individu usia di atas 65 tahun dan meningkat hingga 30% pada kelompok usia di atas 80 tahun. Hal tersebut menunjukkan urgensi penanganan frailty sebagai salah satu tantangan besar kesehatan masyarakat global. Salah satu faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap munculnya frailty adalah malnutrisi, khususnya kekurangan asupan protein dan mikronutrien penting. Oleh karena itu, optimalisasi gizi memiliki peran fundamental dalam pencegahan dan pengelolaan frailty pada lansia.

Konsep Frailty Syndrome 

Frailty bukanlah suatu penyakit tunggal, melainkan suatu kondisi multidimensional yang muncul akibat akumulasi defisit fungsi fisiologis seiring bertambahnya usia. Manifestasi klinis sindroma ini meliputi kelemahan otot, lambatnya kecepatan berjalan, kelelahan, penurunan aktivitas fisik, dan penurunan berat badan yang tidak diinginkan. Menurut kriteria Fried, seseorang dikatakan mengalami frailty apabila memenuhi tiga atau lebih dari lima indikator tersebut, sementara kondisi pre-frail didiagnosis jika terdapat satu atau dua indikator. Mekanisme biologis yang mendasari sindroma ini mencakup inflamasi kronis, stres oksidatif, perubahan hormonal, serta gangguan metabolik yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan massa otot, kelemahan fungsional, dan meningkatnya risiko ketergantungan.

Peran Asupan Gizi dalam Pencegahan dan Pengelolaan Frailty

Gizi memiliki peran sentral dalam patogenesis maupun pencegahan frailty. Kekurangan energi dan protein terbukti mempercepat terjadinya sarkopenia, yakni penurunan massa dan kekuatan otot yang menjadi salah satu penentu utama frailty. Penelitian di Kota Malang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara asupan protein dengan angka kejadian frailty, sedangkan asupan energi tidak menunjukkan hubungan yang berarti. Lansia dengan asupan protein tinggi memiliki risiko frailty yang lebih rendah dibandingkan mereka yang konsumsi proteinnya rendah. Temuan ini menegaskan bahwa kualitas asupan gizi, khususnya protein, lebih berperan dibandingkan kuantitas energi semata.

Selain protein, defisiensi mikronutrien seperti vitamin D, vitamin B12, zinc, dan selenium juga berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kelemahan otot dan inflamasi. Kekurangan vitamin D, misalnya, terbukti menurunkan keseimbangan tubuh, meningkatkan risiko jatuh, dan memperburuk kondisi tulang sehingga mempercepat timbulnya frailty. Review internasional menekankan bahwa pola makan berbasis protein berkualitas tinggi dan pola diet antiinflamasi, seperti diet Mediterania, berkontribusi besar dalam memperlambat progresivitas frailty dengan cara mempertahankan massa otot, meningkatkan kapasitas fungsional, serta mengurangi beban inflamasi sistemik.

Strategi Optimalisasi Gizi Lansia

Strategi optimalisasi gizi dalam pencegahan dan pengelolaan frailty perlu dilakukan melalui pendekatan komprehensif. Peningkatan asupan protein hewani maupun nabati yang kaya akan asam amino esensial, khususnya leusin, sangat penting untuk merangsang sintesis protein otot pada lansia yang mengalami resistensi anabolik. Distribusi protein secara merata pada setiap waktu makan terbukti lebih efektif dalam menjaga keseimbangan nitrogen tubuh dibandingkan konsumsi dalam jumlah besar hanya pada satu waktu makan.

Selain protein, suplementasi vitamin D dan kalsium direkomendasikan bagi lansia dengan risiko defisiensi, karena berperan dalam menjaga kekuatan otot, kesehatan tulang, dan mencegah jatuh. Penggabungan intervensi gizi dengan latihan fisik, baik aerobik maupun resistensi, akan memberikan efek sinergis dalam mempertahankan massa otot, meningkatkan kapasitas fungsional, dan memperlambat terjadinya frailty. Lebih jauh, pemantauan status gizi secara berkala melalui penilaian komposisi tubuh, kekuatan genggam tangan, serta kecepatan berjalan dapat membantu tenaga kesehatan dalam mendeteksi dini risiko frailty dan menyusun intervensi gizi yang sesuai.

Kesimpulan

Frailty syndrome merupakan sindroma geriatri kompleks yang berimplikasi serius terhadap kualitas hidup dan kemandirian lansia. Faktor gizi terbukti memiliki peran sentral dalam pencegahan dan pengelolaannya. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa protein merupakan komponen nutrisi terpenting dalam menurunkan risiko frailty, disusul oleh mikronutrien seperti vitamin D yang berperan dalam menjaga kesehatan otot dan tulang. Optimalisasi gizi pada lansia harus dilakukan melalui strategi holistik, mencakup pemenuhan kebutuhan protein, suplementasi mikronutrien, penerapan pola makan antiinflamasi, serta integrasi dengan latihan fisik. Dengan demikian, intervensi berbasis gizi dapat memperlambat progresivitas frailty, meningkatkan kemandirian, dan menjaga kualitas hidup lansia.

   

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun