Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Warna-warni Bantaran Kali

9 November 2018   20:21 Diperbarui: 9 November 2018   20:42 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(starjogja - okezone)

Pada beberapa kota, bantaran sungai menjadi wilayah strategis untuk memanjakan mata pejalan sekitar. Baik kebetulan lewat, maupun mereka yang sengaja menuju daerah tersebut akan memandangi dekorasinya. Sebatas pengetahuan saya ada Semarang, Malang dan Yogyakarta yang menawarkan pesona kampung warna-warni bantaran kali.

Monita Tahalea pernah memilih lokasi di Semarang menjadi salah satu lokasi videoklip-nya. Kampung Jodhipan di Malang, terakhir popular karena film Yo Wis Ben yang dibintangi Bayu Skak, Joshua Suherman dan kawan-kawan.

Lantas bagaimana dengan Yogyakarta, ketenarannya mulai meredup sebab orang tak lagi banyak melempar pandang salah satu karya Romo Mangun ini. Oleh karena tergerus popularitas kawasan wisata sekitar yang tak kalah menarik dibuatnya.

Warna-warna bantaran kali di Yogyakarta terletak sekitar Kali Code, tepatnya antara bawah Jembatan Gondolayu sampai Kretek Kewek. Benar, Romo Mangun menjadikannya adikarya ketika berada dilokasi tersebut. Ketika hari terang, para penikmat bisa melihatnya paling jelas dari selatan Jembatan Gondolayu, arahkan saja pandangan pada arah barat. Atau juga selepas santap keluarga di Raminten lalu berencana ke Tugu, jangan lepaskan mata dari sisi kiri jendela mobil anda.

Sejatinya, Kali Code punya makna mendalam bagi perjalanan Yogyakarta. Kutanegara dalam bukunya "Manusia, Lingkungan dan Sungai" menulis peran Kali Code dari masa ke masa.

Sebagai bagian dari kosmos Gunung Merapi, Keraton dan Parangtritis, aliran air ini berperan penting mulai dari buangan lahar dingin pasca erupsi sampai dengan aspek manfaatnya bagi masyarakat sekeliling bantaran. Berganti tahun berganti masa, Kali Code tak lagi berperan "praktis" seperti awalnya. Bantaran kali menjadi tempat tinggal bagi mereka yang mayoritas pendatang.

Stigma negatif kerap melekat pada pemukiman ini, sebab memang suasana yang cenderung gelap membuat yang melihatnya seram. Namun ternyata tidak sama sekali, sapaan hangat menjadi "menu pembuka" ketika saya beserta kawan sejawat beberapa kali bertandang kesana.

Bantaran Kali Code memang warna-warni, tidak hanya warna temboknya tetapi cerita ceria orang-orang yang tinggal didalamnya. Gang-gang sempit tidak lantas membuat warga terbatas bercengkerama, justru sebaliknya. Gerak tawa rumah depan sering terdengar sampai sekeliling temboknya, cair sekali.

(starjogja - okezone)
(starjogja - okezone)
Lantas apalagi yang membuatnya menarik, terdapat sanggar seni yang menjadi wadah berbagai ekspresi. Juga terdapat perpustakaan sebagai penunjang literasi, serta kelas bagi para relawan yang ingin mengajar. Seperti Kali Code menampilkan wajah barunya kali ini.

Memang warisan budaya banyak bentuknya, namun tetap harus dijaga baik citra maupun manfaatnya. Hal demikian senada dengan Bambang Soepijanto dalam komitmennya; menjaga wajah warisan budaya. Dirinya dan Jogja seperti menyatu dalam aliran air, senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat.

Jangan takut bersua gang-gang sempit, justru tatap muka menjadi semakin dekat. Jadi ingat penjual mie ayam Pak Man, saking bertahun-tahun jadi langganan jadi seperti saudara. Yogyakarta selalu penuh cerita, jadi apakah anda tidak ingin ambil bagian didalamnya? Seperti warna-warna bantaran kali, kita bisa mengukir pada kayu, semen, batu bata maupun langsung pada warna temboknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun