Mohon tunggu...
Artefak IT
Artefak IT Mohon Tunggu... Ilmuwan - Gerry : Peneliiti dan Praktisi di bidang Teknologi Informasi

GERRY FIRMANSYAH. # pernah kuliah di : UNPAD - Jurnalistik # Politeknik ITB - Teknik Komputer (A.Md) # ITB - Informatika (S.T) # UI - Magister Teknologi Informasi (M.Kom) # UI - Program Doktor Ilmu Komputer (Dr.)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Centang Biru yang Membuat Stress!

16 November 2020   14:55 Diperbarui: 8 Desember 2020   18:58 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini orang dimungkinkan untuk berkomunikasi satu dengan yang lain di manapun dan kapanpun. 

Dari penelitian yang dilakukan oleh APJII mengenai penggunaan internet di Indonesia, ternyata untuk berkomunikasi masyarakat Indonesia banyak menggunakan aplikasi berbagi pesan Whatsapp. 

WhatsApp adalah aplikasi berbagi pesan yang didirikan pada tahun 2009, dengan tujuan untuk menyediakan alternatif pengiriman pesan teks yang biasanya menggunakan SMS (Short Message Service). Pada tahun 2020 jumlah pengguna WhatsApp lebih dari 2 miliar pengguna (2.000.000.000). 

Menurut Connectiva System pada tahun 2019 disebutkan jumlah pesan yang dikirimkan lewat WhatsApp sebesar 65 miliar setiap hari. Artinya 750.000 pesan per detik.

Dengan media tersebut komunikasi personal dapat berjalan lancar, bahkan digunakan untuk pengiriman pesan secara broadcast untuk Grup-grup WhatsApp (WAG) yang terbentuk. Akhirnya Smartphone kita berisikan WAG dari mulai grup teman SD, SMP, SMA, Kuliah, Arisan, kantor, Tugas dsb..dsb. 

Dengan adanya pengiriman pesan baik personal maupun lewat grup, akhirnya kita merasa Tsunami Pesan. Suatu berita yang dianggap menarik akan mudah pindah dari satu grup ke grup lain. 

Dampaknya berita datang secara bertubi-tubi, jik akita keluar dari suatu grup akan membuat panik member lain, semua jadi bertanya-tanya ... "apa yang salah ?",  "ada apa dengannya ?", "jangan-jangan tersinggung?", kadang dipaksa kembali untuk masuk kedalam WAG. .. (luar biasa!)

Hal yang khas dari WhatsApp ini adalah saat pesan dikirim maka ada notfikasi berupa tanda centang :
satu centang artinya : pesan sudah terkirim
dua centang artinya : pesan sudah diterima
dua centang biru artinya : pesan sudah diterima dan dibaca.

Dengan ada notifikasi pengiriman pesan tersebut membuat aplikasi ini menjadi enak digunakan. Pada awal-awal digunakan notifikasi tersebut menyenangkan, semakin lama notifikasi tersebut menjadi tekanan.

Menurut Julie Aranda merupakan ekspert untuk android user reseach google, penggunaan notifikasi itu disebut The Obligation to respond. Kondisi ini menjadi tekanan bagi Pengirim pesan maupun Penerima pesan. (kok bisa gitu..?)

perhatikan kasus dibawah :

1. Pada saat pesan dikirim penerima akan ternotifikasi (baik bunyi beep, vibrate atau hal lain).
2. Pada saat pesan diterima, penerima belum tentu sedang bebas sehingga tidak langsung pesan dibaca. Jika sedang melakukan hal lain yang dan pesan tidak langsung dibaca maka penerima jadi bertanya-tanya : "Ada hal penting apa ?" , "Siapa yang mengirim?" , ... dsb..dsb (akhirnya mengganggu konsentrasi), bisa dibayangkan saat penerima sedang meeting atau presentasi, begitu menerima pesan maka fokus akan terganggu.
3. Jika tidak langsung dijawab maka pengirim akan berpikir : "apakah penerima sedang sibuk ?", "Sedang rapat apa ?", "sedang membahas apa? / sedang bersama siapa (hingga tidak bisa diganggu)"

dalam kondisi seperti ini baik pengirim maupun penerima merasakan stress sendiri, jika masalah pembacaan belum selesai (tuntas) maka stress-nya bertambah panjang baik pengirim maupun penerima.

tapi jika penerima langsung membaca (centang biru), tetapi tidak langsung dijawab malahan akan membuat tekanan bagi keduanya lebih berat lagi...

.... (ceritanya bisa lebih diperpanjang lagi, silahkan ditambahkan )

Artinya, sebuah fitur pesan yang tujuannya memudahkan kirim-terima pesan, malahan membuat orang bertambah stress.. Saatnya para pengguna smartphone / berbagi pesan lebih bijak dalam menghadapi ini.

#materi ini pernah disampaikan dalam acara Forum Ilmiah Dosen Universitas Esa Unggul, pada hari Rabu 8 Juli 2020 dengan judul "Sudah Sejahterakah Kita di dunia Digital ? (Digital Wellbeing)"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun