Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dalang Inggris Pentaskan Wayang Kulit di Pantura

28 Juli 2018   13:45 Diperbarui: 29 Juli 2018   00:31 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu penampilan mendalang oleh Professor Cohen. Foto: Kanda Buwana.

Kebudayaan Indonesia sejak dulu diminati oleh para warga negara asing (WNA) untuk dipelajari. Keunikan dan keberagamannya konon tiada duanya di dunia. Selain karena kekhasan bentuknya, terdapat kekuatan nilai filosofis yang terkandung dalam masing-masing elemen kebudayaan itu sendiri.

Jumlah WNA pelaku budaya Indonesia pun meningkat dari tahun ke tahun. Tidak hanya sekedar belajar, namun juga mempraktekkannya dalam keseharian atau bahkan menjadikan tari, gamelan, batik atau wayang sebagai ladang pekerjaan mereka. Hal ini patut diapresiasi karena mereka secara nyata turut membantu pelestarian dan promosi budaya Indonesia.

Kiprah mereka telah menjadi kebanggaan bagi Indonesia. Mereka telah diakui sebagai aset diplomasi budaya Indonesia dan mulai dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan Indonesia baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa orang bahkan menerima penghargaan khusus dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan lembaga kebudayaan di Indonesia.

Kelompok gamelan Siswa Sukra dari London yang tampil di ISI Surakarta dalam tur mereka ke Jawa tahun lalu. Foto: soloevent.id.
Kelompok gamelan Siswa Sukra dari London yang tampil di ISI Surakarta dalam tur mereka ke Jawa tahun lalu. Foto: soloevent.id.
Kecintaan para WNA pada budaya Indonesia diharapkan mampu mendorong orang-orang di Indonesia untuk tidak mau kalah. Bila orang yang tak terlahir di Indonesia saja bisa sedemikian aktif dalam mengembangkan budaya Indonesia, maka kita yang sejak kecil dibesarkan di Indonesia pun seharusnya turut aktif dalam upaya pemajuan dan pelestarian budaya Indonesia.

Salah satu dari budayawan dari luar negeri itu adalah Prof. Matthew Isaac Cohen. Sejarawan dan antropolog lulusan Universitas Harvard dan Yale di Amerika Serikat ini sudah mempelajari seni wayang kulit sejak tahun 1988 saat beliau menjadi mahasiswa Akademi Seni Karawitan Indonesia Surakarta dengan beasiswa Fulbright.

Petualangan beliau mendalami dunia wayang berlanjut hingga ke kota-kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sekembalinya dari Indonesia, beliau terus mengembangkan kemampuannya mendalang. Tercatat beliau pernah menampilkan wayang kulit di British Museum, Harvard University, the Vanvouver Gamelan Festival, Festival of Ideas Cambridge University, Pemakaman Astana Gunung Jati, Sono Budoyo, Festival Wayang Nasional TMII, Linden-Museum Stuttgart dan Yale University Art Gallery.

Lokananta: Gamelannya Para Dewa dipergelarkan dengan dalang Prof. Cohen di Universitas York, Inggris pada tahun 2012. Foto: Kanda Buwana.
Lokananta: Gamelannya Para Dewa dipergelarkan dengan dalang Prof. Cohen di Universitas York, Inggris pada tahun 2012. Foto: Kanda Buwana.
Sosok yang kini menjabat sebagai Professor Teater Internasional dan Direktur Pusat Pengkajian Teater dan Tari Asia di Royal Holloway, University of London itu berkesempatan hadir kembali ke Indonesia pada bulan Juli dan Agustus ini. Kedatangannya kali ini spesial karena mengajak empat orang rekannya yaitu Andy Channing, Robert Campion, Katie Bruce, Elly Gladman dan putrinya Hannah Cohen.

Profil rekan-rekan Prof. Cohen tidak kalah mentereng. Andy Channing adalah pendiri dan direktur artistik dari Gamelan Lila Cita (Bali) yang berbasis di Inggris. Sejak tahun 1991, Andy sudah mengajar gamelan di berbagai universitas dan komunitas yang tersebar di Inggris, Portugal dan Perancis. Robert Campion yang merupakan Direktur Musik Gamelan pada Universitas Cambridge ini merupakan fasilitator untuk organisasi Good Vibrations yang menggagas program gamelan bagi para narapidana di lembaga pemasyarakatan di Inggris.

Andy Channing (memainkan seruling) bersama murid-muridnya. Foto: Gamelan Lila Cita.
Andy Channing (memainkan seruling) bersama murid-muridnya. Foto: Gamelan Lila Cita.
Sementara itu, Katie Bruce telah menceburkan diri dalam dunia gamelan sejak tahun 2009 saat belajar gamelan degung dengan Simon Cook di Royal Holloway, University of London. Kini ia aktif tampil di beraneka pertunjukan bersama berbagai komunitas gamelan di Eropa. Rekannya, Elly Gladman belajar karawitan pada Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung pada tahun 2014 dan melanjutkan kiprahnya menabuh gamelan bersama Southbank Gamelan Players di London dan Gamelan Naga Mas di Glasgow.

Peribahasa 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya' sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana Hannah Cohen mengikuti jejak ayahnya dalam mencintai seni wayang dan gamelan. Mahasiswi semester 4 pada jurusan ilmu komputer di Universitas Heriot-Watt of Scotland ini mulai tertarik pada wayang sejak masih kanak-kanak. Kini ia turut tampil bersama ayahnya dan berperan sebagai cantriknya dalang.

Hannah Cohen yang mengikuti jejak kecintaan ayahnya pada wayang. Foto: Tribunnews.
Hannah Cohen yang mengikuti jejak kecintaan ayahnya pada wayang. Foto: Tribunnews.
Mereka berenam datang ke Indonesia bukan untuk liburan melainkan dalam rangka Pentas Wayang Kulit di sepuluh titik di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa. Kegiatan ini didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kedutaan Besar Republik Indonesia di London, dan pemerintah-pemerintah daerah di kota/kabupaten yang menjadi lokasi pementasan, Kasultanan Kasepuhan Cirebon dan Kasultanan Kacirebonan.

Pentas perdana sekaligus pembukaan sudah berlangsung pada hari Jumat tanggal 27 Juli 2018 di Kasultanan Kasepuhan Cirebon. Acara yang dihadiri oleh Sultan Sepuh XIV, Direktur Kepercayaan dan Tradisi Kemdikbud Nono Adya Supriyatno dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di London Prof. Endang Aminuddin Aziz ini berlangsung lancar dan mendapat sambutan antusias dari warga masyarakat.

Pentas wayang kulit oleh dalang Prof. Cohen diiringi gamelan di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jumat 27 Juli 2018. Foto: Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud.
Pentas wayang kulit oleh dalang Prof. Cohen diiringi gamelan di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jumat 27 Juli 2018. Foto: Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud.
Secara spesifik, wayang kulit yang dipentaskan adalah bergaya Cirebon. Lakon yang dibawakan adalah kisah klasik yang bersumber pada cerita Mahabharata: Palguna (Murid Durna, Ekalaya Palasatra) yang berkaitan erat dengan dunia pendidikan dan isu sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini.

Keunikan pada pementasan ini adalah pada bahasa yang digunakan. Bahasa Jawa Cirebon dikombinasi dengan bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan Jawa Kuno (untuk sulukan) menjadi medium penyampaian oleh dalang. Gamelan pengiring adalah gamelan Prawa dan Pelog gaya Cirebon yang ditabuh oleh nayaga dari Inggris dan Cirebon.

Acara juga semakin spesial karena sebelum pentas dimulai Sultan Sepuh XIV menganugerahkan gelar "Ki Dalang Bawana" kepada Prof. Cohen. Gelar tersebut disematkan atas dasar apresiasi pada upaya gigih yang diberikan oleh Prof. Cohen dalam memajukan dan melestarikan wayang kulit khususnya yang bergaya Cirebon. Prof. Cohen dengan sumringah menerima sertifikat gelar tersebut dan menyampaikan bahwa hal ini akan semakin memacu semangat dan kecintaannya dalam mendalang.

Sertifikat yang diterima oleh Prof. Cohen dari Sultan Sepuh XIV. Foto pribadi Prof. Cohen.
Sertifikat yang diterima oleh Prof. Cohen dari Sultan Sepuh XIV. Foto pribadi Prof. Cohen.
Sesuai dengan namanya, pentas wayang keliling ini akan berlanjut menjelajahi kota/kabupaten di kawasan Pantura Jawa dengan jadwal sebagai berikut:
  1. Keraton Kasepuhan, Kotamadya Cirebon 27 Juli
  2. Taman Surawisesa, Kabupaten Purwakarta 28 Juli
  3. Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang 29 Juli
  4. Pamanukan, Kabupaten Subang 30 Juli
  5. Halaman GOR Wiralodra, Kabupaten Indramayu 31 Juli
  6. Alun-alun Palimanan, Kabupaten Cirebon 1 Agustus
  7. Keraton Kacirebonan, Kotamadya Cirebon 3 Agustus
  8. Kantor Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka 5 Agustus
  9. Kantor Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes 6 Agustus
  10. Lingkungan Pemda/Alun-alun Kota Tegal 7 Agustus

Bagi warga di kota/kabupaten tersebut yang berminat untuk menyaksikan pentas wayang tim Prof. Matthew Cohen, maka cukup hadir ke lokasi-lokasi pertunjukan. Acara dimulai setelah waktu sholat Isya atau sekitar pukul 20.00 dengan diawali oleh tarian penyambutan dari daerah setempat. Tak perlu khawatir tentang biaya yang harus dirogoh dari kocek karena semua pentas ini bersifat gratis.

Antusiasme publik Purwakarta menyaksikan pentas wayang oleh Prof. Cohen, Sabtu 28 Juli 2018. Foto: Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud.
Antusiasme publik Purwakarta menyaksikan pentas wayang oleh Prof. Cohen, Sabtu 28 Juli 2018. Foto: Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid berharap dengan terselenggaranya program ini pola gotong-royong antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat, khususnya para pelaku, pecinta dan pemerhati wayang di Indonesia, akan semakin erat dalam memajukan wayang sebagai warisan budaya. Pelestarian dan pengembangan wayang sebagai salah satu pilar kebudayaan bangsa merupakan salah satu amanat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Terlebih lagi, Wayang Puppet Theatre dari Indonesia telah diinskripsi oleh UNESCO dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 4 November 2008. Pengakuan dari UNESCO tersebut berarti bahwa bangsa ini harus melestarikan keberadaan dari wayang yang kaya akan nilai-nilai semesta yang luar biasa (outstanding universal value).

Salam diplomasi budaya Indonesia!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun