Mohon tunggu...
Gen Toleran
Gen Toleran Mohon Tunggu... Lainnya - Gen Toleran

Indonesian Troops of Tolerance! 🇮🇩 Wadah untuk berbagi cerita toleransi yang dialami oleh beragam generasi di Indonesia "Menebar Semangat Toleransi!"

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Inilah 5 Contoh Kosakata Bahasa Jawa dan Sunda yang Serupa tapi Tak Sama

10 Maret 2021   20:54 Diperbarui: 5 April 2022   15:48 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia dengan 260 juta jiwa penduduk, dikutip dari databoks.katadata.co.id. Hal ini membuat Indonesia kaya akan budaya, suku, agama, adat istiadat, dan bahasa yang beragam.

Dilansir dari kompas.com, Presiden Jokowi menyampaikan, Indonesia terdiri dari 714 suku dan memiliki lebih dari 1.001 bahasa daerah. Pulau Jawa yang merupakan pulau terpadat di Indonesia memiliki 10 bahasa daerah dan yang paling terkenal adalah bahasa Jawa dan Sunda. Dari kedua bahasa ini, ada lima contoh kosakata yang pengucapannya sama namun berbeda makna. Nah, kira-kira apa aja sih kosakata tersebut?

1. Abdi. Dalam bahasa Jawa berarti pembantu, sedangkan dalam bahasa Sunda artinya saya.

2. Sampean. Tentunya kalian yang tinggal di Pulau Jawa sudah tidak asing lagi dengan kata ini, 'sampean' dalam bahasa Jawa berarti kamu, tapi dalam bahasa Sunda artinya kaki.

3. Getek. Pada bahasa sunda artinya geli, sedangkan pada bahasa Jawa artinya perahu rakit.

4. Gelis. Pengucapannya sama, 'gelis' dalam bahasa Jawa artinya cepat. Sedangkan pada bahasa Sunda (bertuliskan 'geulis') bermakna cantik.

5. Payun dalam bahasa sunda yang artinya di depan, sedangkan dalam bahasa Jawa (bertuliskan 'payon') artinya di atap.

Ada sebuah cerita tentang perbedaan makna yang bisa menyebabkan kesalahpahaman ketika berkomunikasi. Cerita tersebut dilansir dari mojok.co, tentang kata payun dan payon. Ada seorang guru yang bertugas di salah satu daerah di Jawa Barat. Ketika akan berangkat bekerja, ia naik angkutan desa kota untuk menuju sekolahnya.

"Mangga Pak Guru, duduk di payun," (Silakan Pak Guru, duduk di depan) kata orang-orang.

"Oke," ucap Pak Guru, dan dengan sigap dia naik ke payon (atap) mobil, sebab saat itu sudah banyak orang yang duduk di atap. Pak Guru menyangka ia disuruh pindah ke atap, karena mobil angkutan tersebut sudah terlalu penuh oleh ibu-ibu yang pulang dari pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun