APA yang ada di benak seorang pembenci? Tak lain dan tak bukan hanyalah kebencian. Kenapa kebencian itu bisa muncul? Karena merasa diri lebih dari segalanya dan menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya. Apa faktanya? Ia bukan apa-apa, dan tidak lebih baik dari orang yang dibencinya. Kasihan!
Ya, tentu saja kasihan. Tak terbayangkan rasa sakit yang dideritanya menerima kenyataan yang sebenarnya. Seorang pembenci lebih tahu apa yang dirasakannya. Apalagi ketika melihat orang yang dibenci lebih bahagia. Seperti kata lagu, “Sakitnya tuh di sini.” (sambil menunjuk jantungnya). Bukan sesuatu yang mengherankan, beberapa rumah sakit penuh oleh orang-orang yang memendam kebencian.
Selain sombong, seorang pembenci menanam sifat kedengkian di hatinya. Selalu gelisah dengan prestasi yang diraih orang lain. Selalu ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain dengan jerih payah mereka sementara dirinya sendiri tak kuasa untuk meraihnya. Kedengkian yang mengakar telah membunuh janin-janin kreativitas di dalam otaknya. Maka tidak perlu dipertanyakan, seorang pembenci nan dengki merupakan orang yang sangat lemah akalnya.
Kehidupan memerlukan keseimbangan hati dan akal. Keduanya takkan berguna selama kebencian belum dihapuskan. Hidup penuh rasa syukur itulah yang dianjurkan. Bukankah nikmat sehat itu mahal? Maka jauhilah prasangka yang dapat mendatangkan benci, dan hindari penggunaan kata-kata negatif yang menyulut kebencian. Jadilah pribadi yang bijaksana, demi keberlangsungan kehidupan yang lebih baik. Ganti hate speech dengan love speech!
Tangerang, 12 November 2015.
Di RSUD Kabupaten Tangerang.