Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng
Ahmad Sugeng Mohon Tunggu... Buruh - Pencinta Sejarah Lombok

Lombok Files

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang yang Hilang di Tanjung Karang

29 April 2021   12:06 Diperbarui: 29 April 2021   12:08 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gde Parimartha  dalam Lombok Abad XIX menyebut, usaha Wayan Tagah mendekati pedagang  Inggris membuahkan hasil. Tanjung Karang  disinggahi  banyak kapal kapal dagang berbendera Inggris. Terutama kapal kapal yang sedang mengangkut rempah dari Maluku.

Selain itu, Wayan Tagah  juga membuka pintu untuk para pedagang  nusantara. Diantaranya para pedagang dar Bengkulu. Salah satu pedagang  Bengkulu yang tercatat kerap  bongkar muat di Tanjung Karang  bernama Daeng Manupa.

Alhasil di bawah kepemimpinan Tegah,  tahun 1760, Tanjung Karang tumbuh sebagai  pelabuhan ramai yang yang banyak disinggahi  kapal asing. Bukan sekadar pelabuhan, Tanjung Karang dan sekitarnya tumbuh menjadi kota dagang dengan kantor-kantor perwakilan dagang internasional.

Namun sinar gemilang Tanjung Karang perlahan memudar menyusul  menyusul kematian Wayan Tagah tahun 1775. Perang saudara para pewaris membuat para pedagang enggan datang.

Alfons van der Kraan dalam Lombok : Conquest, Colonization, and Underdevelopment, 1870-1940 menyebut saat itu kerajaan terpecah menjadi empat kekuatan utama. Para pengeran berebut kuasa. Yakni Cakranegara (Karangasem Sasak), Mataram, Pagesangan dan Pagutan. Dari empat kekuatan itu, Karangasem Sasak dan Mataram adalah dua kekuatan terbesar.

Karangasem Sasak, memanfaatkan Tanjung Karang sebagai pelabuhan utamanya, sedangkan Mataram menggunakan pelabuhan Ampenan. Awalnya persaingan dua pelabuhan ini sempat membuat perdagangan di  pantai barat Lombok menggeliat.
Para pedagang Perancis dan Bourbon kerap singgah melakukan pertukaran. Mereka menyukai beras berkualitas dengan harga terjangkau yang tersedia di Tanjung Karang.

Dalam babak inilah sejarah kemudian mengenang seorang saudagar muda asal  Denmark, Mads Johansen Lange.  Pria kelahiran Rudkobing, Denmark 18 September 1807 itu menjadi bagian penting dalam sejarah Tanjung Karang.

Mads Lange muda tiba di Lombok sekitar tahun 1830 bersama rekannya John Burd, kapten kapal The Syden. Awalnya mereka merupakan perwakilan dagang untuk  perusahaan multinasional Jardine  Matheson & Co yang berpusat di Canton, China.
Namun berkat hubungan baiknya dengan Raja Karangasem Sasak,  memudahkan mereka membangun sebuah firma sendiri bernama  Burd & Co. Raja memberinya izin tinggal dan membangun kantor di Tanjung Karang.

Dari tempat ini Mads Lange mengumpulkan aneka hasil bumi mulai dari beras, ternak, kayu sepang dan lainnya untuk diekspor ke China, Singapura, Mauritius dan Australia. Dari luar ia kemudian memasok ragam barang semisal candu (opium) kain lena, amunisi dan senjata.

Kesuksesan Mads Lange bukan tanpa saingan. Di periode yang sama muncul juga seorang saudagar Inggris, George Peacock King alias GP King. Seperti halnya Mads Lange ia juga merupakan pengumpul hasil bumi dan memasok ragam kebutuhan dari mancanegara.

Bedanya, GP King  memilih para Pangeran dari Puri Mataram sebagai patron. Karena itu ia membangun pusat usaha di Pelabuhan Ampenan. Geliat perekonomian di pesisir barat Lombok semakin hidup.  1836 tercatat ada 18 kapal asing milik pengusaha Inggris dan Prancis rutin bongkar muat  di Tanjung Karang dan Ampenan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun