Mohon tunggu...
Gedang Kepok
Gedang Kepok Mohon Tunggu... -

Gedang Kepok adalah nama pena untuk penulis Kompasiana ini. Karena satu dan lain hal, identitas asli Gedang Kepok belum bisa diungkapkan di profil penulis. Gedang Kepok tertarik dengan banyak hal, mulai dari politik, budaya, dan humaniora. Semua tulisan akan diabdikan untuk kebebasan berpikir, kemanusiaan, dan demokrasi! Salam Kompasiana! God bless Indonesia!

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Ngeles" Seperti Anas, Prabowo Tak Berani Menjawab Keraguan Publik

8 Juni 2014   06:07 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:45 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dengan beban masa lalu yang dipertanyakan, ternyata Prabowo dan tim hore-nya belum bisa menjawab keraguan publik. Persis seperti Anas Urbaningrum yang tidak menjawab tuduhan KPK dengan fakta dan data, Prabowo juga pinter mengalihkan perhatian dengan menghindari kejadian-kejadian kritis dan menghindari kebenaran tentang track record-nya.

Pertama-tama, Anas menolak semua tuduhan KPK dan  mengatakan tuduhan-tuduhan tersebut imajiner and ilusif. Sementara Anas tidak bisa menjelaskan dari mana asal mobil-mobilnya dan menghindar untuk menjelaskan asal tanah yang diatasnamakan mertuanya. Prabowo pun hampir sama. Dia menghindari penjelasan tentang penculikan tetapi menolak tegas kerusuhan Mei sebagai dalangnya. Publik sudah tahu, kerusuhan Mei memang kompleks dan sengaja digelapkan dan mungkin Prabowo memang tidak terlibat seperti yang dituduhkan. Namun soal penculikan dan nasib para penculik yang banyak berkarir di Gerindra dan menjadi direktur di perusahaan Prabowo, tentu bisa menjelaskan hubungan antara penculikan aktifis dan Prabowo (silahkan lihat investigasi Made Supriatma: http://indoprogress.com/2014/05/melacak-tim-mawar/).

Apakah Prabowo pernah menjelaskan programnya saat menjadi ketua HKTI tahun 2004? Ya, dan beberapa program yang diungkap di media antara lain akses teknologi informasi untuk petani (program komputer untuk petani) sehingga petani tidak ketinggalan informasi, program sawah sejuta hektar, dan pembuatan mie beras. sampai kini, publik tidak tahu program mana yang sudah berhasil dijalankan HKTI. Kemungkinan besar program ini berjalan untuk untuk petani pengusaha (a.k.a. pengusaha kaya yang mengklaim dirinya sebagai petani) dan untuk mengembangkan website HKTI yang menampilkan wajah Prabowo dan Fadli Zon.

Membuat visi misi dan program organisasi memang mudah, tetapi untuk mengeksekusi dan memberikan manfaat pada masyarakat sipil, utamanya petani, Prabowo belum bisa membuktikan dirinya seorang pemimpin yang berhasil ataupun seorang eksekutor program development yang tangkas. Tentu saja Prabowo tidak akan menjawab keraguan publik ini karena hal ini tidak penting baginya dan karena memang tidak perlu ada yang dijelaskan karena kegagalan programnya di HKTI. Siapa yang mau mempersoalkan tercapainya program di HKTI kalau semua unsur 'gizi' di organisasi ini datangnya dari satu sumber: Prabowo & adiknya yang pengusaha itu?

Yang kedua mengenai isu tentang tuduhan pemecatan, permohonan kewarganegaraan Yordania, pelemparan handphone terhadap kader PPP, dan stabilitas emosional Prabowo secara umum. Calon presiden ini tiak pernah menjawab tuduhan-tuduhan ini secara langsung. Yang selalu dibantah Prabowo secara langsung hanya yang menyangkut kerusuhan Mei dan isu kudeta kepada Habibie. Sedangkan peristiwa-peristiwa lain di atas, dia tidak pernah menyinggungnya sama sekali. Dan kita tahu, Prabowo adalah ksatria yang jujur. Kalau tidak menjawab, berarti memang "IYA". Persis seperti Anas, yang tidak menjawab tuduhan soal mobil dan soal pemalsuan plat nomer! Karena jawaban-nya "IYA", tak perlu ada jawaban langsung ataupun penjelasan. Harapannya, publik akan segera lupa.

Terakhir adalah mengenai ideologi Hasyim, adiknya, yang mengatakan Prabowo pro-Amerika dan dididik di Amerika dan kalau jadi presiden akan menjadikan Amerika mitra yang spesial untuk Indonesia! Prabowo tidak mau dan tidak berani menjalaskan fakta yang terungkap publik lewat video resmi Gerindra ini dan memilih diam--yang artinya "IYA". Hemm, Gerindra memang akan menjadikan Indonesia Macan Asia  sekaligus juga 'pet'-nya negara adidaya! Ironi narasi ketegasan seorang Prabowo.

Harapan saya si gedang kepok, publik kita semakin dewasa dan tidak mudah lupa! Regime Suharto sudah masa lalu, dan kita tidak mau mengulanginya!

Salam Kompasiana! Salam Demokrasi! Merdeka!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun