Mohon tunggu...
Gedang Kepok
Gedang Kepok Mohon Tunggu...

Gedang Kepok adalah nama pena untuk penulis Kompasiana ini. Karena satu dan lain hal, identitas asli Gedang Kepok belum bisa diungkapkan di profil penulis. Gedang Kepok tertarik dengan banyak hal, mulai dari politik, budaya, dan humaniora. Semua tulisan akan diabdikan untuk kebebasan berpikir, kemanusiaan, dan demokrasi! Salam Kompasiana! God bless Indonesia!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mafia, PDIP, dan Punahnya Harapan Rakyat

6 Februari 2015   10:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:44 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada saat Risma, Walikota Surabaya ditekan politisi di DPRD dan juga PDIP, Gedang Kepok sudah mengkritik PDIP habis-habisan. Partai ini sudah melupakan kepentingan rakyat dan kepentingan nasional tetapi lebih mengedepankan kepentingan mafia. Bayangkan, PDIP merasa Risma tidak bisa membawa suara partai karena tidak mau mendukung mafia Kebon Binatang dan juga karena Risma mengkritik keras pemalsuan tanda tangan yang memungkinkan munculnya wakil walikota Surabaya yang integritas dipertanyakan. Sekarang Jokowi mengalami hal yang sama, ditekan habis-habisan hanya karena tidak mau menempatkan "satu perwira" dengan rekening gendut sebagai Kapolri. Jelas sekali PDIP sudah kehilangan marwahnya menyuarakan rakyat, dan sudah dibajak oleh mafia-mafia yang tidak ingin Indonesia cepat maju, cepat bersih, dan transparan.

Pembantu-pembantu dekat Jokowi pun menjadi sasaran kemarahan para mafia ini. Rini, yang dianggap tidak bisa menempatkan orang-orang partai di BUMN mendapat tekanan paling keras. Demikian pula Andi Widjayanto dan Ruhut yang juga menolak tekanan PDIP yang mendorong BG untuk jadi kapolri.

Rakyat sudah tahu! Polisi dengan indikasi rekening gendut terindikasi pula sebagai polisi korup! Terindikasi pula punya hubungan dengan mafia yang hanya mau mencari keuntungan sesaat dan tidak pernah peduli pada kepentingan nasional, masa depan bangsa dan negara.

Kita bisa bayangkan kalau Polri dipimpin gembong mafia! Kita bayangkan seandainya mafia resmi itu memakai seragam, dilindungi undang-undang, dan bisa mengkriminalkan siapa saja yang mengkritik atau melawan. Mafia ini lebih terang-terangan dari mafia sesungguhnya, Cosa Nostra, keluarga Carleon, ataupun keluarga Gambino! Kita bayangkan mafia itu bisa leluasa masuk ke pemerintahan, membekingi koruptor, membekingi politisi hitam, dan membekingi bisnis-bisnis ilegal! Indonesia akan menjadi Cosa Nostra, dan mereka yang lurus, jujur, dan bekerja keras dengan hati nurani akan dipinggirkan dan disingkirkan.

Di Jawa kita sudah pernah mengalami, Ken Arok, gembong perampok itu akhirnya menjadi seorang akuwu dan kemudian menjadi raja, dan akhirnya menulis sejarah dengan jemuwa---ia adalah keturunan dewa! Perampok ataupun mafia, kalau memenangkan pertarungan ia akan menulis versi sejarahnya dan menghapus sejarah hitamnya.

PDIP telah bergandengan tangan dengan kekuatan-kekuatan hitam dan menafikan suara nurani hanya karena gagal menempatkan orang-orangnya, yang akan menjarah negara.

Salam Demokrasi! Salam Kompasiana! Bendera Setengah Tiang untuk Indonesia dan KPK!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun