Mohon tunggu...
Rabudin Ramli
Rabudin Ramli Mohon Tunggu... Penulis - Rara

RaRa Kepies Gayo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Problematika Remaja Zaman Now

17 Juli 2019   22:14 Diperbarui: 17 Juli 2019   22:15 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang remaja penulis ingin kembali mengangkat tulisan saudara saya DR Edy Putra Kelana Gayo, M.Pd, M.AP dalam sebuah buku yang ditulisnya, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa puber. 

Pada masa inilah umumnya dikenal sebagai masa pancaroba, keadaan remaja penuh energy, serba ingin tahu, belum sepenuhnya memiliki pertimbangan yang matang, mudah terombang ambing, mudah terpengaruh, nekat dan berani, emosi tinggi, selalu ingin coba dan tidak mau ketinggalan. 

Pada masa inilah mereka merupakan kelompok yang paling rawan dan rentan terhadap hal-hal yang sifatnya cenderung kearah yang lebih negative, seperti merokok, pecandu narkotika, judi dan lain-lain. 

Kenakalan remaja atau juvenile delinquency dapat ditinjau dari empat factor penyebab yakni factor pribadi, factor keluarga yang merupakan lingkungan utama, factor lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar yang secara potensial dapat membentuk prilaku seorang anak (remaja). 

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaaan suci, bimbingan orang tua yang bertanggung jawab dapat mengantarkan individu manusia menerima hidayah Allah SWT, sehingga potensi kemalaikatan yang ada dalam dirinyalah yang akan berkembang, sebaliknya tanpa bimbingan orang tua tidak mustahil justru potensi kebinatangan yang ada dalam diri individu yang akan muncul. 

Hal ini berlaku karena individu tersebut telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak rasional yang mewakili nafsu kebinatangan, serta pengalaman yang diterima sejak kecil.

Pada tahap perkembangan awal sebagian besar waktu anak pada umumnya dihabiskan di lingkungan rumah atau dalam pengawasan keluarga, ini berarti bahwa perkembangan mental, fisik dan social individu ada di bawah arahan orang tua atau terpola pada kebiasaan yang berlaku dalam rumah tangga. Dengan demikian jika remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar factor keluarga turut mempengaruhi keadaan tersebut.

Kondisi keluarga yang dapat menyumbang terhadap terjadinya kenakalan anak adalah kurangnya perhatian yang diberikan orang tua, serta kurangnya penghayatan dan pengamalan orang tua/keluarga terhadap agama, karna bak kata pepatah "Buah itu tidak akan pernah jauh jatuh dari pohonnya". 

Sekolah merupakan lingkungan belajar kedua, yang berkontribusi terhadap keberhasilan dan ketidak berhasilan, dengan salah satu indikator kenakalan anak. Faktor sekolah yang berkontribusi terhadap kenakalan remaja antara lain disiplin sekolah yang longgar, ketidak acuhan guru dan pengelola sekolah terhadap masalah siswa (anak) diluar urusan sekolah, serta tidak lancarnya komunikasi antara guru dan orang tua yang menyebabkan kecilnya peran orang tua dalam kemajuan pendidikan anaknya.

Faktor lingkungan merujuk kepada peran masyarakat, multimedia dan berbagai fasilitas, serta pusat-pusat hiburan yang menyediakan berbagai produk yang bisa menumbuhkan dan meningkatkan rangsangan seksual dan nafsu hewani. 

Aktivitas lingkungan yang menyumnbang terhadap kenakalan remaja antara lain pergaulan bebas diantara pria dan wanita, sikap primitive yang ditunjukkan masyarakat, munculnya pusat-pusat hiburan serta pertunjukkan yang mengumbar birahi serta tayangan kekerasan dan pornografi. 

Pada praktiknya keempat factor tersebut berbeda-beda dalam berbagai kasus kenakalan remaja, sekalipun demikian jika seorang remaja terjatuh dalam kenakalan, maka orang tualah yang memiliki tanggung jawab terbesar, ketimbang menyalahkan pihak lain, orang tua pulalah hendaknya yang mengambil inisiatif memperbaiki dengan keadaan demikian seyogyanya orang tua ; 1. Dapat memaafkan dan berlaku adil terhadap anak. 2. Tidak terlalu menampakkan kekecewaan dan dapat menerima anak apa adanya. 3. Memberi pertolongan dan membimbing dengan sabar, lemah lembut dan penuh kasih saying. 4. Meminta pendapat remaja yang bersangkutan tentang bagaimana mencari solusi masalah yang sedang di hadapi. Berjaga-jaga dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, selalu lebih baik daripada mengobati sebelum atau sekurang-kurangnya pada saat memohon dianugerahi anak yang shaleh kita seharusnya siap menjadi orang tua yang shaleh juga. 

Orang tua yang shaleh adalah pria yang mampu menjadi pemimpin buat istri dan anak-anaknya dan ibu yang selalu berusaha menyiapkan surga bagi anak-anaknya ditelapak kakinya.

Orang tua yang siap memberikan  tauladan buat anak-anaknya dan orang tua yang bertanggung jawab terhadap kebahagiaan dunia akherat anak-anak. Sebagaimana sebuah hadist mengatakan " Setiap saat bayi terlahir dalam keadaan suci, terpulang kepada orang tuanyalah untuk meyahudikannya atau menasranikannya" (HR.BUKHARI) dan seiring juga dengan arti sebuah ayat Al-qur`an mengatakan "jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka".

Akibat modernisasi juga hampir mengikis norma-norma agama, norma sosial serta adat istiadat yang kita miliki. Contohnya anak tingkat SMP kita sekarang pernahkah kita perhatikan bagaimana kondisinya saat ini, bagaimana gayanya? Lebih mirisnya lagi saat kita lihat secara langsung di jalan umum bagaimana etika mereka berlalu lintas, bagaimana action mereka, seakan-akan jalan menjadi milik mereka sendiri sehingga mengganggu pengguna jalan lain. 

Begitu juga dalam hal merokok remaja seusia siswa SMP sekarang kebanyakan sudah ketergantungan terhadap benda tersebut. Tentunya dalam hal ini dituntut kepada kita untuk berupaya lebih ekstra lagi didalam melakukan pengawasan apalagi kita sebagai orang tua. 

Ada kalanya kita diharapkan untuk berpikir dan berasumsi tentang keberadaan putra putri kita, pakah disaat mereka keluar di pagi hari langsung sampai ke sekolah atau malah singgah ditempat yang lain, begitu juga dikala siang atau sore harinya. 

Sekali-kali ada baiknya kita luangkan waktu untuk memantau secara langsung keberadaan putra putri kita sebelum penyesalan itu hadir menerpa kita dikemudian hari. Apakah kita terlalu sibuk dengan urusan kita sehingga kita lupa akan titipan sang Pencipta itu?

Seharusnya dalam kehidupan ini yang sifatnya hanya sementara sudah sewajarnya kita menggabungkan antara pikir, zikir dan ikhtiar agar kehidupan remaja kita lebih bermakna. 

Melalui tulisan ini penulis ingin menggugah hati nurani kita sebagai orang tua yang peduli terhadap remaja semua untuk membenahi dan memperhatikan remaja (anak) kita dengan serius,dan rasa tanggung jawab sehingga di masa yang akan datang akan terlahir generasi penerus yang beriman,berakhlak, cerdas, kreatif, inovatif dan berkualitas dunia akherat. Semua ini kita yang mampu mewujudkannya. Insya Allah (RaRa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun