Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dilema Petani Ganja Gayo Lues Sebelum Pensiun

11 Oktober 2017   17:32 Diperbarui: 12 Oktober 2017   21:37 4299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka jelas ya, prosesnya tidak mudah, kecuali mungkin pada zaman "batu" dulu atau di lain tempat.

Saya pun pernah bertanya pada para mantan, apa masih ingin jadi petani ganja. Ternyata apa? Mereka sama sekali tidak ingin, dengan penyesalan mereka mengaku sudah lama melupakan. Malah menyebut hanya orang bodoh yang mau menanam ganja---untuk dijual.

Alasan pensiun

Pertama, prosesnya yang tidak mudah,
Kedua, risiko tinggi, di penjara hingga hukuman mati,
Ketiga, ada usaha yang lebih "menggiurkan".

Nah, pada bagian ketiga ini sebenarnya penyebab utama kenapa mereka berhenti. "Kalau memang mengambil Rotan harus ke mulut macan, tak apa lah mengikat pagar walau hanya dengan sepotong akar," begitu kiranya.

Saya juga sangat mempercayai itu. Sekali pun pembangunan infrastruktur masih mangkrak, eh merangkak maksudnya, tapi hasil-hasil pertanian dari Gayo Lues sudah lumayan laku, ada pengepul yang mendistribusikan ke luar daerah (kalau usaha pemerintah mendistribusikannya saya belum tau). Masalah harga yang memang terkadang tidak berprikemanusiaan dan berprikeadilan, itu diwajarkan saja (ganja juga begitu).


Hingga kalau masalah ekonomi, seperti yang sekarang masih ditudingkan, jelas saja itu bukan alasan. Karena sudah banyak tanaman alternatif lainnya yang sudah berhasil.

Dulu buah alpukat dan mangga nyaris mustahil menghasilkan uang, sekarang dari luar daerah toke berdatangan, menampung berapa pun kuantitasnya. Ada lagi tanaman baru yang cukup potensial dan menghasilkan yaitu terong belanda, sirsak dan jeruk purut (masih jarang).

Dan ada lagi tanaman potensial yang sudah "melegenda" kegemilangan hasilnya, Seperti kopi yang banyak di Kecamatan Pantan Cuaca, kakao yang lumayan banyak. Lalu kemiri di Kecamatan Putri Betung, cabe dan bawang merah di Kecamatan Blangpegayon, Nilam di Kecamatan Pining dan Terangun dan Serai Wangi di hampir semua kecamatan.

Juga tentu saja pemerintah tidak berdiam diri, tapi terus berinovasi mengalihkan ke jenis usaha lainnya. Seperti "sihiran" mantan Camat Blangkejeren, Sartika Mayasari, yang mengubah Kampung Agusen yang dulunya ganja jadi komoditi unggulan, menjadi salah satu tujuan wisata dengan nama lain Kampung Inggris, melatih masyarakat berbahasa Inggris. Kalau ada yang mau melakukan studi tentang petani ganja, Kampung Agusen tempatnya.

Sartika mayasari, Jilbab Pink (sartikamayasariawaluddin.blogspot.co.id)
Sartika mayasari, Jilbab Pink (sartikamayasariawaluddin.blogspot.co.id)
Selain itu ada juga pihak BNN, memberikan santunan/bantuan pada para mantan agar kelak tidak kembali lagi ke profesi semula.

Nah, kenapa masih belum punah peredarannya? Menurut saya karena adanya dugaan seperti yang saya tulis di sini--- we are mafia men... yang bisa juga membayar lebih petani untuk menanamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun